Lelaki itu terkejut melihat pria dewasa membaca nomor ponselnya yang sengaja di tulis pada uang tersebut berharap Ocha bisa membacanya lalu menghubunginya tapi sialnya pemilik kantin telah mengambilnya lebih dulu. Ocha hanya menunduk tidak mau ikut campur karena hal seperti ini sudah sering terjadi. Lelaki muda yang memberikan nomor ponselnya melalui uang itu sedikit tidak senang dengan tingkah pemilik kantin, dia merasa pemilik kantin itu terlalu ikut campur urusan orang lain. Bahkan dengan kasar memarahi dan mengusirnya. Lelaki muda itu jelas tidak terima dan melotot pada pemilik kantin. Dia adalah johan.
"Paman mereka adalah pelanggan, kenapa kau mengusirnya." Teriak Ocha marah, dengan kelakuan pamannya yang menurutnya aneh.
Johan melotot marah "Pelanggan? Kita di sini untuk menjual makanan, bukan menjual badan." Ocha diam saja. Setelah mengatakan itu Johan pun berbalik pergi kembali ke dapur.
Kenzie dan dua temannya kebetulan berdiri di pintu masuk kantin dan melihat semua yang terjadi di dalam kantin. Mereka bertiga perlahan masuk ke dalam kantin. Kenzie tidak bisa melepaskan tatapannya pada Ocha dia merasa wajah gadis itu tidak asing. Setelah di ingat-ingat akhirnya dia benar-benar mengingatnya "Gadis ikan?"
Ari "Itu dia.. gadis yang cantik, kasir kantin kampus mandala Ocha Hezan."
Arya " Tidak pernah terpikir nama seorang kasir terdengar begitu indah."
Kenzie yang sejak tadi menatap tajam pada Ocha sepertinya memiliki rencana jahat. "Aku lapar!" ujarnya datar dan langsung memesan tanpa mengantre seperti yang lainnya. Membuat mahasiswa yang sudah lama mengantre menjadi marah. Namun ketika melihat siapa orang yang membuat ulah itu, mereka semua diam tidak berani mengatakan apa pun lagi apa lagi untuk protes,
Ocha menatap laki-laki jangkung yang berdiri di hadapannya. Seketika dia terkejut kenapa laki-laki pembuat masalah ini selalu muncul di mana pun.
"Kau lagi.." katanya pelan. Ocha menatap sekeliling "Kenapa kau di sini?"
Kenzie bersandar di meja kasir kedua tangan terlipat di dada, menunjukkan wajah bosan sedikit antusias serta menyebalkan miliknya.
"Aku di sini?! Tentu saja untuk makan!" jawabnya dengan nada menyebalkan "Aku tidak bisa makan di tempat keluargaku?"
Ocha mendengus memilih mengabaikan laki-laki menyebalkan itu dan kembali melayani pelanggan yang sebelumnya di usir oleh Kenzie hingga terdorong ke samping.
Menyadari Ocha mengabaikannya Kenzie semakin meningkatkan level menyebalkan nya. "Aneh. Kantin ini terlihat ramai tapi kenapa pelayanannya bisa begitu buruk? Sejak aku masuk ke sini. Tidak ada seorang pun yang bertanya padaku. Sepertinya.." Kenzie melirik Ocha sudut bibirnya terangkat sinis "…Aku hanya perlu mencari orang baru untuk menempati tempat ini.."
Ocha yang mendengar itu menghela napas, berusaha untuk tetap sabar dan terus fokus pada pekerjaannya. Dia mengambil buku kecil dan pena menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan. Menegakkan kepala tersenyum ramah pada Kenzie. Sejenak Kenzie terpaku pada senyum lebar milik Ocha benar-benar menggetarkan hati.
".. Apa kau ingin memesan sesuatu? Ada beberapa pilihan menu. Nasi goreng udang, sup ayam atau kau ingin makan siang?". Kata Ocha sambil menyebutkan salah satu menu di kantinnya.
Kenzie berbalik menatap Ocha, matanya menyipit masih dengan senyum menyebalkan miliknya "Aku dengar kau baru di sini tapi kau sudah menolak banyak pria elit. Ternyata kau tipe gadis yang sangat pemilih juga. Dan juga lumayan kuat. Sangat sulit untuk mengingat ketika kau di kantor polisi kemarin. Kau terlihat sangat berani dan… sangat.. kasar.."
Ocha merengut memilih menutup mulutnya rapat-rapat enggan melayani omong kosong yang di semburkan Kenzie padanya. Tapi sepertinya laki-laki itu tidak menyerah begitu saja.
"…Apakah semua tindakan kejam dan kasarmu pada semua laki-laki itu palsu? Lihat tatapan menyedihkan di matamu sekarang. Sangat berbeda ketika di kantor polisi kemarin.."
Ocha menghela napas berat diam sepertinya tidak membuat mulut menyebalkan Kenzie berhenti ".. Dengar.. apa yang aku katakan sebelumnya di kantor polisi kemarin bukan Omong kosong. Itu hanya pengetahuan dasar dan semua orang mengetahui nya. Aku menolak semua laki-laki itu karena aku tidak punya waktu untuk berkencan! Bukan karena aku bangga. Kita baru bertemu dua kali dan kau sudah mengatakan aku palsu." Ocha tersenyum sinis "Apakah karena semua wanita yang kau temui palsu?"
Kenzie mendengarkan penuh minat laki-laki itu bahkan tidak membalas sedikit pun, malah matanya semakin berbinar cerah ketika melihat Ocha seolah melihat sesuatu yang benar-benar menarik dan baru.
Ocha kembali berkata "Dan.. Kau! Jika tidak ingin memesan tolong pergi. Banyak yang antri di belakangmu." Ocha lalu memanggil seorang pembeli yang sejak tadi berdiri untuk maju membawa makannya untuk di hitung.
Kenzie sedikit bergeser ke samping, diam-diam Ocha tersenyum meskipun menyebalkan ternyata Kenzie juga sadar. Kenzie membelakangi Ocha kembali melipat tangan di depan dada. Berkata dengan santai dan tenang membuat mata Ocha hampir keluar karena melotot marah padanya.
"Ayo pergi berkencan denganku besok."
Ocha yang sedang menghitung terkejut "APA!"
Kenzie mengabaikan keterkejutan Ocha dan raut kemarahan di wajahnya "Ini kesempatan terakhirmu.. banyak gadis yang ingin berkencan denganku tapi aku menolaknya dan aku bahkan merendahkan harga diriku hanya untuk mengajakmu berkencan. Harusnya kau bangga. Jika kau tidak suka tidak perlu menerimanya, tetapi jangan menyesalinya di kemudian hari."
Tiba-tiba Johan dan bibi Ocha muncul dari belakang. Johan kembali marah-marah seperti sebelumnya. Berteriak-teriak di depan Kenzie. Sambil mempertanyakan siapa pemilik kantin tersebut dengan sombong, bahkan mengusir Kenzie yang terus bicara dengan Ocha.
Kenzie mulai jengah dengan Johan dan berkata dengan nada datar "Kampus ini milik keluargaku! Dan aku akan meminta ibuku untuk mengusirmu! Mari kita lihat di mana kau akan meletakkan kesombongan mu itu!" sinis Kenzie. Seketika Johan terdiam. Bibi yang berdiri di samping Ocha menyenggol keponakannya bertanya apakah itu benar. Ocha meringis sedikit mengangguk.
Melihat situasi yang mulai kacau bibi Ocha maju sambil memarahi suaminya serta mengusirnya ke belakang. Johan hanya bisa diam, nyalinya menciut seketika ketika berhadapan dengan orang yang berdompet tebal. Bibi Ocha mencoba membujuk Kenzie untuk tidak mengusir mereka karena hanya itu mata pencarian dan tempat tinggal mereka.
Bibinya bahkan mencoba membujuk Kenzie dengan makanan, karena masih ingin mengganggu Ocha, Kenzie pun mengikuti langkah bibi ocha yang membawa mereka ke sebuah meja kosong dan meminta mereka untuk duduk. Kemudian bibi memanggil ocha untuk melayani tuan muda tampan itu.
Ocha hanya bisa menghela napas pasrah. Tidak bisa melawan. Ocha berdiri di samping Kenzie. Laki-laki itu di mana pun dia duduk selalu seperti bos besar, angkuh. Ocha memilih mengabaikan saja dan siap mencatat pesanan tiga orang itu. Tapi Kenzie sepertinya selalu tidak puas dalam segala hal. Sebenarnya ada apa dengan otak laki-laki itu.