Setelah memukul Eko. Ria menunjuk ke arah Kenzie dengan gaya sombong "Kenzie! Hari ini kau menyinggung Tyas dan itu juga menyinggung ku! Sebagai saudara angkat aku harus membalas dendam atas perbuatanmu!" Rio menarik kerah jaket Eko hingga membuat laki-laki itu berdiri, kepalanya tertunduk menahan sakit. "Universitas mandala! Jangan satu pun berpikir untuk melarikan diri!"
Kenzie mulai merasa bosan mendengar ocehan Rio dia pun berdiri dan berjalan ke arah Rio, beberapa orang berpikir mungkin akan terjadi perkelahian saat itu tapi ternyata Kenzie hanya melewati Rio membuat laki-laki berwajah sangar itu melongo kesal melihat Kenzie mengabaikannya. Seperti seonggok sampah. Ternyata Kenzie menuju meja bar dan mengambil minuman.
Rio yang tidak terima penghinaan Kenize kembali berkoar-koar "Kenzie.. apa yang kau lakukan!" Rio hendak memukul Kenzie dari belakang tapi salah satu teman Rio menghalanginya sambil berkata.
"Rio! Jangan terburu-buru, keluarganya punya pengacara hebat, bahkan jika dia melakukan sesuatu terhadap kita.. dia tidak akan di hukum pada akhirnya."
Rio melototi punggung Kenzie yang membelakanginya "Itu benar! Pria itu pengacara yang sukses siapa yang tidak tahu di universitas mandala bagaimana ibunya dan pengacara itu… memiliki hubungan yang dekat." Rio seperti ibu-ibu yang gila gosip bahkan tidak menyadari kalau dia adalah seorang laki-laki., mulutnya lebih parah dari pada perempuan.
Kenzie yang mendengar itu memejamkan matanya menahan emosi dan terus minum mengabaikan apa pun yang di dengar oleh telinganya.
Tapi Rio sepertinya memang memancing emosi "Tidak pernah terpikirkan! Pemilik universitas mandala selain mengatur kampus juga sangat mahir mengatur pria." Setelah mengatakan itu Rio berbalik dengan wajah angkuh seperti banci yang menang pertempuran. Dia tidak tahu kalau di belakang Kenzie sudah habis kesabaran dan akan menghajarnya seperti orang gila.
Kenzie langsung menangkap tubuh Rio dan menekannya ke dinding dan entah dari mana Kenzie mendapatkan garpu, langsung mengarahkannya ke kepala Rio. Rio yang di serang mendadak terkejut keningnya berkerut matanya melebar kaget melihat garpu tajam mengarah ke matanya. Bahkan garpu itu kini sudah menyentuh pipinya. Rio benar-benar ketakutan.
"Kenzie! Apa yang kau lakukan!" teriaknya di sela rasa takut.
Nada tenang Kenzie berkata "Apa kau tahu yang aku lakukan adalah melanggar hukum? Hah!"
Rio ingin memberontak tapi Kenzie menekan bahunya sangat kuat di dinding "Kenzie! Kau gila!"
Di belakang Ari dan Arya menatap aksi Kenzie dengan tenang tanpa ada niat untuk menghalangi, karena mereka sudah tahu seperti apa karakter Kenzie yang sebenarnya. Dia akan selalu baik pada orang yang baik padanya, tapi akan membalas berpuluh kali lipat pada orang yang jahat padanya.
"Kau mengingatkan ku. Aku punya penyakit mental! Semua polisi sudah tahu ini, jadi jika aku membunuhmu sekarang, pengacara itu di keluargaku? Dia hanya bisa menyalahkan pada penyakit ku. Dan membebaskan aku tanpa hukuman. Apa kau ingin mencobanya?" wajah Kenzie semakin terlihat gila. Seperti psikopat yang haus darah ingin segera membunuh.
Rio semakin tersudut ketakutan dia sekarang benar-benar takut. Rio sedikit menangis dan Kenzie melepasnya membuat Rio terduduk di lantai dengan napas naik turun, keringat membasahi keningnya, tatapannya kosong untuk sejenak. Di hadapannya berdiri Kenzie masih dengan senyum menyenangkan di wajahnya.
Kenzie tertawa "Kau masih ingin bermain?" tanyanya tenang dan melempar garpu yang di pegangnya ke arah Rio. Kemudian dia berbalik dan kembali pada dua temannya yang tenang menunggunya di tempat duduk.
"Kenzie! Kau gila!" teriak Rio, dan beberapa temannya membantunya untuk berdiri.
Kenzie berbalik menunjuk tepat di depan wajah Rio "Aku membiarkanmu untuk masih memiliki harga diri. Aku lepaskan kau hari ini. Karena kau di sini, rasa bir ini jadi aneh sekarang." Kenzie berbalik pada Eko yang di bantu berdiri oleh Arya "Kutu buku. Kau mau ikut bersama kami atau tetap di sini dan bermain bersama mereka?"
Kenzie pun pergi di ikuti oleh dua temannya. Serta Eko yang melotot marah pada Rio karena sudah memukulnya. Rio yang di tinggal dan sudah berkoar-koar sejak tadi seperti menjatuhkan batu besar di kakinya. Rasanya sakit dan mengesalkan, dia tidak akan menyangka kalau Kenzie akan berbuat sangat gila.
***
Setelah berpisah dengan teman-temannya Kenzie tidak langsung kembali ke rumah dia pergi ke kampus dan masuk ke dalam salah satu ruangan yang sudah tidak terpakai. Ruangan itu seperti kantor yang sudah berubah menjadi gudang, ada piano mahal di tengah-tengah ruangan yang tertutup debu. Kenzie menopangkan kepalanya pada piano sebelah tangannya menekan nada-nada yang menimbulkan bunyi jernih. Arsen terlihat seperti orang pada umumnya bersedih dan kesepian saat sendirian, tidak memakai topeng angkuh dan gilanya.
Arsen menekan satu nada tapi tidak mengeluarkan suara membuatnya kesal dan terus menekannya, tapi hasilnya tetap sama. Kenzie merasa kepalanya sakit kilas bayangan ketika dia masih kecil melintas di benaknya. Dia bersama ayahnya sedang belajar bermain piano.
…Ayah, mengapa aku tidak bisa bermain dengan baik? Aku bukan anak ayah? Ayah bisa bermain dengan baik, aku harusnya bisa seperti ayah…
… Ini bukan salahmu. Piano ini punya hal yang spesial..
…Bagaimana piano bisa punya rahasia?..
… Kau tidak percaya? Ayah akan menunjukkannya padamu…
Kemudian terdengar alunan lembut dari piano, ayahnya juga berkata.. lagu ini menggambarkan kau dan aku, kau perlu mengingat itu oke?
Kenzie yang merasa kepalanya semakin sakit di tambah kilasan bayangan ketika dia masih kecil membuat emosinya seketika naik. Melihat kilasan-kilasan bayangan ketika orang tuanya bertengkar. Ayahnya hanya seorang guru musik sedangkan ibunya putri tunggal pemilik universitas terkenal. Pernikahan mereka juga bukan karena di dasari cinta tapi karena perjodohan. Kenzie semakin meringis kesakitan, selalu seperti itu setiap dia sendirian pecahan-pecahan dari kenangan masa kecilnya seolah menguap ke permukaan. Karena ibunya ayahnya pergi dari rumah, membuatnya tidak memiliki ayah. Saat itu dia juga melihat pengacara kusuma menenangkan ibunya. Kembali kata-kata Rio ketika di klub teringat lagi.
.. Di universitas mandala siapa yang tidak tahu bahwa ibunya dan pengacara itu punya hubungan.. yang sangat.. dekat. Tidak pernah terpikir pemilik universitas mandala selain bisa mengatur kampus juga tahu bagaimana mengatur pria..
Kenzie kecil melihat ibunya bersama pengacara sukma dan melihat tubuh ayahnya terbaring kaku di tempat tidur bunuh diri. Semenjak itu Kenzie membenci ibunya. Yang memilih pengacara kusuma dan membiarkan ayahnya meninggal.
"Ayah.." suara Kenzie terdengar sangat lirih dan parau. "Aku sudah dewasa.. kapan kau akan memberitahuku?" Kenzie bicara dengan piano di hadapannya. Satu-satunya penghubung kenangannya bersama ayahnya. Kenzie menghapus air matanya. Dia merindukan ayahnya "Tidak akan ada yang lain yang memainkan piano ini, memainkan lagu ini.." Kenzie menangis, dan pergi dari ruangan itu, dia harus kuat untuk ayahnya tidak akan lemah dan mudah menangis seperti anak kecil. Dia adalah laki-laki dewasa.
Dengan sisa kenangan masa kecil yang kacau membuat mental Kenzie semakin buruk, selalu membuat kekacauan di mana pun dia berada, tapi pengacara kusuma selalu membantunya tanpa mengeluh satu kata pun meskipun Kenzie selalu mengeluarkan kata-kata kasar padanya.