Nama Negara ini adalah Orion, terletak di lintang—ah, apa sih harus ya pakai letak astronomisnya juga—sepertinya ini tak bakalan penting, tidak akan berguna juga. Baik, lewat. Negara ini negara terbesar yang di pimpin oleh Kaisar Revos Andromeda la Orion, yang saat ini masih berusia 24 tahun. Kaisar Revos dikenal sangat disayangi oleh rakyat, karena mengambil tahta dan mengubah semua tatanan Kekaisaran menjadi lebih baik
Yang dahulu pada masa jabatan ayahnya, sangat rusak parah. Dan juga menyengsarakan rakyat, akibat Kaisar terdahulu sangatlah sampah—Istana bahkan dipenuhi banyak selir dari berbagai daerah dan berbagai Kerajaan. Tak cukup di situ, Permaisuri juga hanya mementingkan dirinya sendiri.
Bahkan Putra Mahkota yang asli, memiliki sifat sampah mirip dengan Kaisar terdahulu.
Kaisar Revos memiliki tangan kanan terpercaya dari keluarga Duke Ellington, seorang Duke berdarah dingin di medan perang bahkan dijuluki iblis perenggut nyawa karena mata merahnya itu.
Mata merah ..., Lia langsung tahu itu adalah laki-laki yang mendatanginya sore itu—entah siang—membawa serta dokter untuk memeriksanya. Dia bahkan mengatakan kalimat bahwa Lia aneh, tunggu-tunggu ..., Lia dianggap aneh, pelayan itu bahkan menatapnya dengan pandangan negatif dan pesimis—seakan-akan si pelayan sudah pasrah mau diapakanpun oleh Lia—bukannya ini artinya pemilik tubuh yang jiwanya sekarang di tempati oleh Lia ini artinya ..., orang jahat?
Seriusan, "aku masuk ke tubuh orang jahat gitu?" Kenapa cobaan datang bertubi-tubi sekali rasanya!
Setidaknya biarkan Lia mengambil tempat wanita baik yang punya halo baik di kepalanya! Yang hidupnya tak menderita itu, sekali-kali Lia mau mencobanya. Bahkan bisa menggaet cowok-cowok tampan, mapan dan kece! Yah ..., kalau di cerita-cerita manhwa itukan seperti itu. Tapi Lia juga tidak tahu pasti ih, ah ngomong-ngomong apa ini juga dunia novel atau dunia komik?
Kalau seperti itu, bukankah akhiran orang jahat itu kematian!
Apalagi selain karma besar itu, tidak mungkin ada jalan bagi penjahat untuk dimaafkan secara sukarela atas kejahatan yang banyak dia lakukan. Lia menggigit bibirnya, kalau benar dia bertransmigrasi ke suatu novel atau suatu komik, harusnya sesuatu yang pernah Lia baca sendiri kan? "apa ya itu, aku harap aku tahu agar aku punya pegangan. Untuk gak jadi penjahat besar!"
Sepertinya Lia harus mencari beberapa petunjuk lain yang memungkinkan Lia, bisa memperkirakan masa depan yang akan terjadi nanti.
Setidaknya pegangan hidup untuk tak terbunuh, kalau bisa untuk Lia pulang ke dunianya. Untuk Lia bisa bertemu nenek dan keluarganya lagi, padahal baru sebentar tapi rasanya sudah lama sekali—Lia merindukan mereka. Lia menutup buku-bukunya, menyudahi bacaannya tentang dunia ini. Dia kembali ke tempat tidur nyamannya, sebelumnya Lia mematikan lampu itu membuat kamarnya menjadi gelap gulita lagi. Tanpa setitik cahaya yang datang, ketenangan sekaligus rasa kesepian perlahan menghampiri Lia.
Lia merenung, merenungkan dirinya mengapa bisa ada di sini, mengapa bisa menjadi seperti ini dan banyak hal lainnya yang membuat kepala Lia sakit karena terlalu banyak berpikir. "Negara Orion, Kaisar Revos, Duke ..."
Entah kenapa pada akhirnya mata Lia kembali terpejam. Tertidur dalam buaian mimpi yang merenggut kesadarannya dari kenyataan. Membuat Lia nyenyak.
***
"Nyonya, waktunya bangun. Ini sudah siang, anda telat minum obat."
Lia terbangun, disambut sinar matahari yang sudah meninggi matanya terkena silau itu panas dan pusing rasanya.
"Nyonya?"
Ah, Lia baru sadar ada si pelayan semalam datang padanya. "ini ..., jam berapa?"
"Sudah siang nyonya."
"Oh begitu, siang ya ..."
Siang? Lia dengan cepat mengganti posisinya menjadi duduk, seketika Lia pangsung merasakan badannya yang berat dan sakit punggung itu, lalu kepalanya perlahan jadi agak pusing. Kalau ini siang, berarti badan yang sakit-sakit ini pasti dikarenakan kelamaan tidur, ini wajar, tapi masih menyakitkan karena Lia merasakannya secara langsung. "oh, jadi ini ya terlalu lama rebahan. Rasanya tidak enak juga,"
"Iya Nyonya?"
Pasti pelayan ini mendengar gumaman Lia, "Tidak ada apa-apa." Lia malu jadinya.
"Nyonya mau mandi dulu atau makan dulu?"
Mendengar pertanyaan itu, Lia jadi lapar. Perut Lia merasakan kekosongan, menjerit meminta untuk cepat-cepat diisi dengan energi, karbohidrat, vitamin dan lain-lainnya. Oke, Lia terkesan aneh astaga. "aku ..., mau—" kata makan itu tertelan di tenggorokan Lia, "mau mandi dulu saja."
"Baik Nyonya."
.
.
.
Tidak Lia sangka saat mandi akan ada lebih banyak pelayan, mereka bilang katanya akan membantunya mandi. Lia berteriak untuk jangan dibantu karena memalukan! Tapi mereka tetap bersikeras, Lia jadi bingung. Pada akhirnya tetap saja Lia dimandikan dengan dibantu, Lia terus meringkuk malunya benar-benar.
Lia tak mau dibantu mandi lagi ....
Ini akan jadi yang pertama dan terakhir kali saja, sudah cukup. Lagipula Lia sudah besar, lebih baik mandi sendiri. Benar-benar ini menyeramkan.
***
Tidak lama setelah Lia mandi, makananpun segera dihidangkan dengan cepat. Ada banyak menu makanan yang tersaji di kamar Lia, mereka bahkan bawa meja untuk tempat makanan-makanan itu. Sepertinya lengkap dengan main course, dessert dan appetizer—sesuatu seperti ini? Karena ini benar-benar sangat banyak, Lia tak yakin bisa menghabiskannya. Kemana perginya makanan sisa ini nanti?
"Apa ini tidak terlalu banyak?" ungkap Lia, pada para pelayan yang hampir keluar setelah menyajikan makanan pada Lia.
Salah satu pelayan sana menjawab, "Makanannya seperti biasa ..., dibuang kan Nyonya." salah satu temannya malah menyenggol dia—terlihat jelas oleh mata Lia.
Makanan sebanyak ini dibuang ..., sayang sekali, orang kaya banyak yang buang-buang makanan. Padahal banyak sekali orang-orang di luar sana yang membutuhkannya, "mau makan bersama di sini?"
Ucapan Lia direspon dengan kejutan, mimik muka mereka terasa tak percaya pada omongan yang keluar dari mulut Lia. Lia lagi-lagi merasa sebal pada karakter asli tubuh ini, 'kan benar tubuh ini pastilah jahat' pikir Lia. "Tidak apa-apa, kemarilah. Makan bersama itu lebih enak daripada sendiri bukan?" Lia memaksa mereka.
Untungnya akhirnya mereka mengiyakan omongan Lia, yah ini lebih baik. Meski terkesan memberi perintah, sih.
***
Selesai makan, Lia lanjut membaca buku-buku itu. Kali ini Lia tidak memerlukan lampu penerang itu, karena sudah ada cahaya alami dari sinar matahari—lagipula Lia membaca di balkon kamarnya, kamar ini memang betul-betul nyaman, sudah besar, mewah dan bahkan udaranya terasa asri.
Lia serasa pengangguran berkelas, yang kerjanya hanya tidur saja.
Tidak perlu membereskan kamar, tak perlu menyiapkan apapun hanya tinggal menikmati saja. "Begini ya rasanya menjadi orang kaya." ujar Lia, sambil melihat taman beberapa ratus meter dari tempat Lia duduk
tamannya bagus, luas lagi. Lia jadi ingin ke sana, tapi dia takut kalau bertemu Duke itu. Bukankah informasi dari buku Duke itu dijuluki iblis perenggut nyawa?