Chereads / TRIGONOMETRI / Chapter 30 - Part 28

Chapter 30 - Part 28

Caramel tersenyum penuh membayangkan sebentar lagi motor milik Galaksi akan menghampirinya di lobby rumah sakit. Kemarin malam, Galaksi menghampirinya ke rumah dan mengantar Caramel ke rumah sakit untuk gantian berjaga dengan Vertur. Entah kesambet apa, Galaksi juga menawarkan dirinya untuk menjemput Caramel pagi ini. Sikap Galaksi yang mulai menghangat juga ikut menghangatkan hati Caramel yang sudah berbunga-bunga.

Caramel semakin tersenyum ketika ia melihat Galaksi di ujung jalan sana dengan motor kesayangan milik pria itu mulai menghampirinya.

"Lama?" tanya Galaksi ketika ia sudah tepat berada di hadapan Caramel.

Caramel langsung menggelengkan kepalanya dengan cepat. Siapa Caramel sampai harus mengomeli Galaksi? Apalagi pria itu sudah berbaik hati menjemput Caramel dan mengantarnya ke sekolah.

"Naik."

Galaksi pun memberikan sebuah helm berwarna pink pastel pada Caramel. Caramel mengernyit heran karena baru kali ini ia mendapati helm ini. Biasanya ia hanya memakai helm hitam bermerek yang di berikan oleh Galaksi. Namun kali ini ia mendapatkan helm berwarna pink pastel? Apa Galaksi memang sengaja membelikan untuknya? Ah, tidak itu tidak mungkin bukan?

"Lo mau naik apa enggak?" celetuk Galaksi karena Caramel tak kunjung naik ke atas motornya.

"Ah, iya."

Caramel pun naik, lalu mereka berdua mulai membelah jalanan kota ibu kota yang cukup ramai di pagi hari ini. Suara klakson mobil juga menemani mereka yang memang tak saling berbicara. Sampai beberapa menit kemudian, mereka berdua pun sampai di BIHS yang juga sudah ramai.

"Eh,Caramel sama Galaksi?"

"Astaga, udah jadian mereka?"

"Paling juga bentaran doang, Galaksikan suka bosan anaknya."

"Benar juga sih, mereka sama sekali enggak cocok."

Caramel mengepalkan kedua tangannya mendengar hal itu. Banyak komentar yang tidak bertanggung jawab dan mengkritik dirinya sesuka hati mereka. Caramel pun berpikir untuk memberi pelajaran pada mereka semua, namun tangan besar Galaksi langsung menariknya ke dalam dekapan pria itu.

Deg.

Sial, jantung Caramel serasa mau copot saat ini juga.

"Gal?"

Galaksi menatap Caramel sejenak, lalu mengabaikan panggilan itu. Ia membawa Caramel keluar dari kerumunan siswa dan siswi yang berada di koridor sekolah. Tentu saja sambil merangkul Caramel yang tampak tak mampu untuk berkutik.

"Lo sehat?" tanya Caramel pada akhirnya ketika mereka sampai di depan kelas.

"Enggak ada gunanya lo ladenin mereka semua." ujar Galaksi.

"Mereka udah seenak jidat mengkritik gue, Gal." kata Caramel pula.

"Terus apa?"

Caramel mengernyitkan keningnya bingung.

"Terus lo mau kasih tahu mereka semua gimana lo sebenarnya? Gak penting." kata Galaksi yang kemudian langsung masuk ke dalam kelas mereka, diikuti Caramel yang melangkah di belakang Galaksi.

"Menurut gue itu penting."

"Jangan kayak bocah, lo itu udah besar. Hal seperti itu enggak perlu di ladeni." kata Galaksi lagi yang membuat Caramel merasa kesal.

Bocah?

"Lo juga bocah!"

Caramel memilih untuk duduk di kursinya yang tepat berada di depan Galaksi.

Galaksi memilih diam sejenak. Ia pun mulai memikirkan perkataannya. Hingga akhirnya Galaksi berdiri dari kursinya dan sedikit membungkuk agar ia bisa mensejajarkan mulutnya tepat di sebelah telinga Caramel.

"Peka, gue lakuin itu biar lo aman." ujarnya, kemudian berlalu pergi meninggalkan ruangan kelas.

Caramel termenung mendengar suara Galaksi yang bahkan masih terasa di telinganya. Suara berat itu seakan mempengaruhi konsentrasi Caramel.

"Jadi tujuannya itu?"

Shit, Galaksi benar-benar membuat Caramel merasa melayang di ruang angkasa, berdekatan dengan Galaksi Bima Sakti.

***

"Caramel!"

Caramel menghentikan langkahnya yang akan menuju ke area parkiran sekolah.

"Lo kemana aja?"

Itu suara Antariksa yang langsung menyapa indera pendengarannya. Pria itu menghampiri Caramel dengan tubuh tegapnya yang pelukable.

"Antariksa!"

Caramel mendadak memekik ketika melihat Antariksa yang menghampirinya. Ini kesempatan emas untuk menceritakan pada pria itu apa yang sudah terjadi di antara dirinya dan Galaksi. Sungguh, Caramel akan menceritakan semuanya dengan bangga mengingat kedekatan dirinya dan Galaksi sudah di bilang terdapat banyak kemajuan.

"Gue enggak budek, Cara." ketus Antariksa karena pekikan wanita itu menggangu telinganya.

"Lo harus dengerin cerita gue." katanya dengan antusias.

"Males, gue lapar."

"Great! Ayo, sekalian entar gue mau cerita." kata Caramel dengan semangat.

"No, gue enggak tertarik." celetuk Antariksa yang berpura-pura pergi, tapi Caramel dengan sigap menarik lengan pria itu dan menyeretnya ke parkiran sekolah.

"Enggak ada penolakan."

Dengan gemas, Antariksa menoel sisi kepala Caramel.

"Enggak usah sok ngikutin Galaksi lo." ketusnya mendengar nada Caramel yang mirip dengan perkataannya Galaksi.

"Namanya juga calon istri." kekeh Caramel membayangkan hal itu.

Caramel saja geli mendengar perkataannya sendiri.

"Gue tabok lo ya."

Caramel kembali tertawa, lalu mengajak Antariksa untuk segera masuk ke dalam mobil milik pria itu.

"Heh, mau kemana lo berdua?!" pekik Vertur yang mendadak melihat kedekatan Antariksa beserta kakaknya Caramel.

"Mau jalan." jawab Caramel dengan santai.

"Enggak ada ya!" tolak Vertur yang hendak akan menarik kakaknya, namun Vertur kalah cepat.

Caramel sudah lebih dulu masuk ke dalam mobilnya Antariksa dan menguncinya dari dalam.

Vertur menggeram kesal melihat hal itu.

"Buka woi!" teriak Vertur dari luar kaca jendela mobil Antariksa.

Caramel memeletkan lidahnya untuk mengejek adiknya yang satu itu. Biar saja, kali ini Caramel ingin bersenang-senang melihat kegundahan Vertur.

"Gue bilangin papa lo!"

"Anta cepat masuk!" teriak Caramel dari dalam mobil Antariksa yang bisa di dengar oleh dua orang pria itu.

Vertur melayangkan tatapan tajamnya pada Antariksa. "Awas aja lo kalau macam-macam. Gue tuntut lo." celetuk Vertur yang memilih pasrah.

Antariksa menggelengkan kepalanya melihat keposesifan Vertur. Mungkin kalau Antariksa memiliki kakak atau adek perempuan, ia pasti juga akan melakukan hal yang sama.

"Aman, kita jalan dulu." ujar Antariksa yang kemudian masuk ke dalam mobilnya dan berlalu pergi bersama dengan Caramel.

Vertur menghelakan napas melihat kepergian mereka berdua. Hingga tiba-tiba sebuah tepukan di pundaknya mengagetkan Vertur sendiri.

"Sialan ya lo." ketusnya ketika melihat Cakrawala berada disana.

Cakrawala malah menunjukkan kekehan gelinya melihat keterkejutan Vertur disana.

"Habisnya lo melamun. Kesambet baru tahu rasa." katanya yang langsung mendapat pukulan pelan dari Vertur di bahu Cakrawala.

"Noh, Antariksa bawa kabur kakak gue." katanya memberitahu.

"Serius lo?" tanya Cakrawala terdengar kaget.

"Lo enggak lihat? Makanya punya mata di pake."

"Lo lama-lama nyebelin ya kayak Galaksi." ketus Cakrawala pula.

"Emang mereka mau kemana?" tanya Cakrawala lagi.

Vertur mengedikkan bahunya. "Enggak bilang. Paling makan." katanya santai.

"Gaya lo kayak Anta mau nyulik Caramel aja dah. Padahal cuman mau makan doang." kata Cakrawala merasa heran dengan Vertur.

"Karena dia bawa Caramel. Coba bukan dia, gue juga enggak peduli."

"Yang nyuruh lo peduli siapa?"

Vertur menendang tulang kering Cakrawala dengan kesal.

"Dia kakak gue ya!"

"Sakit anjir!"

Cakrawala bahkan sampai melompat-lompat di tempatnya, merasakan nyeri yang menyerang kaki kanannya.

"Rasain lo."

"Vertur sialan lo!"

***