Suara azan mulai berkumandang diiringi suara ayam berkokok membuat seorang gadis bangun dari tidurnya. Kakinya perlahan berusaha menuju ke arah kamar mandi untuk mengambil air wudhu.
Matanya yang masih sayup-sayup berusaha dia buka dan pertahankan, hingga akhirnya dia berhasil menunaikan solat. Didalam doanya dia menangis, entah apa yang dia tangiskan hanya Allah dan dirinya saja yang mengetahui rahasia itu.
Pagi yang indah nan cerah ini diselimuti oleh bacaan Al-Qur'an, perlahan tapi pasti gadis itu membacanya. Belum sempat bacaan Al-Qur'an nya selesai, seorang wanita tiba-tiba masuk kedalam kamarnya.
"Nak.., Piringnya sudah dicuci belum ? Ini lantainya juga masih ngeres. Belum kamu bersihkan yah ? Sama jangan lupa pakaiannya dicuci terus di jemur dan satu lagi pakaian yang dikeranjang kamu lipat yah ? Kalau mau makan tinggal ambil aja di dapur mamah udah buatin telur dadar" Buru-buru menuju keluar rumah.
"I-iya mah... Hati-hati dijalan...!" Sambil tersenyum manis.
Bisa dikatakan hari ini Mentari atau biasa dipanggil Tari terlambat bangun karena biasanya dia bangun jam 4 pagi untuk solat tahajud dan setelah itu beres-beres rumah. Tari tidak pernah sedikit pun mengeluh akan hal ini, justru dia sangat senang bisa membantu karena dia tahu bahwa ibunya sangat sibuk dikantor. Meskipun begitu dirinya juga kerap terlambat kesekolah karena harus mengantar adiknya yang sekolahnya lebih jauh.
Berlari kearah jendela kamar dan berteriak "Mamah..! Sebentar sore ada acara disekolah Ridwan..!"
Telfon pintarnya dijepit diantara pundak dan telinga karena ingin membuka pintu mobil "Iya halo pak ?~ iya pak saya segera kirim berkasnya...." Berbicara dengan seseorang ditelfon.
Entah mendengar yang dikatakan oleh anaknya atau tidak, Ibu dengan dua anak tersebut langsung menancap gas dan pergi kekantor.
Itulah Ibu Tari yang super sibuk. Meskipun hal itu sering terjadi kepadanya, tentu ada rasa sedih tersendiri dalam diri Tari. Setelah itu Tari kembali masuk kedalam bergegas membangunkan adiknya.
*Klak! (Pintu kamar terbuka).
"Dek..., udah jam setengah 6 loh..., kamu ngak solat subuh ?" Menggoyangkan badan adiknya perlahan.
Sedikit mendkrong kakaknya "Aduh kak..., orang masih ngantuk juga...!" Menarik selimutnya hingga keatas kepala.
"Oke..., 10 menit yah ? kakak mau beres-beres rumah dulu" Berjalan keluar kamar.
"Berisik...!" Mendorong kakaknya keluar kamar.
*10 MENIT KEMUDIAN.
Mengelap tangannya yang basah sehabis mencuci baju "Dek..., bangun yuk solat subuh dulu" Membangunkan adiknya dengan perlahan.
Ridwan bangkit dari tidurnya, langsung mengambil handuk dan menuju kamar mandi.
"Loh dek kamu ngak solat dulu ?!" Berteriak dari balik pintu kamar mandi.
"Nanti habis mandi...!" Kembali berteriak dari dalam kamar mandi.
"Tapi kan har-" Pembicaraan terpotong. Maksudnya jika terlambat bangun dan belum solat subuh, diharuskan langsung solat.
*Byur! Byur! (Ridwan mengguyur badannya dengan air).
Hanya bisa tersenyum, Tari kembali mengurus rumah sekaligus menyiapkan bekal untuk Ridwan dan dirinya.
Beberapa menit kemudian Ridwan keluar dari kamar dan sudah bersiap menuju sekolah.
"Dek..., sini makan dulu" Tira yang masih sibuk menyiapkan makanan.
"Hmp!! Hah! Hah! Loh kok mahih pangas sih kak ?! Hah!" Mencari air minum untuk meredakan panas didalam mulut.
"Maaf dek. Kakak lupa ngasih tau..., jadi ceritanya mamah memang nyiapin makanan. Tapi telurnya gosong, ya kakak masak lagi donk untuk sarapan kamu sama bekal kamu" Sembari sibuk menyiapkan bekal Ridwan dan dirinya.
Ridwan yang masih mengipas makanannya bertanya kepada kakaknya "Tapi nasinya kok ikutan panas kak ?"
"Masih panas ? padahal kakak udah jabarin dipiring kamu supaya cepat dingin. Soalnya nasinya baru aja mateng tadi, nah ini bekal kamu kakak udah masukin ditas yah..." Memasukkan bekal Ridwan kedalam tas dan kembali mengurus rumah.
"Oh gitu..., lah ? Kakak ngak makan ?" Menyantap makanannya perlahan.
"Nanti aja disekolah, kakak mau lipat baju dulu. Dek minta tolong kalau udah makan kamu panasin motor didepan yah..? Udah di standar 2 kok sama mamah" Berjalan keruang tengah.
"Hmmm, iya..." Seperti terpaksa melakukan.
*30 MENIT KEMUDIAN.
Berteriak dari atas motor "KAK..! Nanti terlambat loh..." Sembari bermain-main dengan pedal motor.
"Iya..! Dikit lagi..!" Masih sibuk dengan jemuran dan setelah selesai langsung bergegas menuju teras rumah.
"Kak cepet donk..." Masih bermain dengan pedal motor.
"Iya..., eh! Jangan mainin pedal motornya dek..., itu motor matic..." Memakai sepatu sekolahnya kemudian mengunci pintu rumah dan menaruhnya dibawah pot bunga.
"Gitu aja marah...!" Memasang raut wajah yang kesal dan berhenti memainkan pedal motor.
"Kakak ngak marah..., cuman... nanti kalo adek kenapa-kenapa gimana ?" Memasangkan helm untuk adiknya.
"Iya maaf..." Tertunduk, tapi seperti tidak ingin dinasehati oleh kakaknya.
"haha..." Tertawa kecil dengan tangan yang mencubit hidung Ridwan. "Mundur sedikit..., hitungan ke tiga dorong bareng yah..." Menaiki motor yang masih terstandar 2. "Siapa-siap... 1..2..3.." Mendorong dengan sekuat tenaga.
*Glak!
"Hehe..." Merasa seru dengan hal ini.
Menghidupkan motornya kemudian berangkat keskolah dengan hati-hati "Bismillah..., ayo kita berangkat..!"
Di pertengahan jalan *Ciittt (Rem motor)
"Aduh! Apalagi si kak..?!" Kesal karena kepalanya kepanduk dengan helm.
"Astagfirulah dek..! kaos kaki kakak belang sebelah.. hehehe" Memutar balik motornya menuju rumah.
"Yah..., kakak sih.." Kecewa karena takut terlambat.
Setelah masalah tadi selesai, mereka akhirnya benar-benar melanjutkan perjalanannya menuju sekolah. Tetapi ada yang aneh dengan sikap adiknya yaitu Ridwan...