*Kring.. kring..
Alarm milik Tari berbunyi, menunjukkan pukul 14.30 saatnya untuk membereskan rumah, kemudian mandi, solat dan berangkat ke sekolah Ridwan.
Suasana hati Tari saat ini bisa dibilang sedang baik karena tidak sabar untuk melihat adiknya.
Sebelum itu Tari mengirim pesan kepada Yuni untuk menemaninya ke sekolah Ridwan, tapi sayangnya Yuni tidak bisa karena sudah diluan berjanji untuk menemani kakaknya membeli buku. Mau tidak mau Tari akhirnya tetap pergi.
Sesampainya disana, parkiran sekolah Ridwan sudah Full akhirnya Tari memarkirkan motornya sedikit agak jauh untuk menyimpannya ditempat yang teduh. Meskipun acaranya sudah dimulai cukup lama, Tari beruntung bisa mendapatkan tempat duduk walau agak jauh dan untungnya pentas yang dilakukan oleh Kelas Ridwan belum dimulai.
Pembawa acara memasuki panggung "Terimakasih untuk kelas 7b.." Agak sulit menepuk tangannya karena ada mic dan kertas yang menghalangi. "Oke acara terakhir! dibawakan oleh... kelas 7a... Mari berikan tepuk tangannya"
Semua orang bertepuk tangan, termasuk Tari yang begitu antusias. Dibanyaknya kerumunan siswa 7a, Tari memerhatikan satu per satu wajah mereka untuk mencari adiknya Ridwan.
Masih mencari "Masyaallah..., Ridwan tampan sekali.." Beberapa kali mealmbaikan tangan sambil tersenyum.
Ridwan yang sebenarnya sama seperti Tari yang tidak berharap banyak kepada ibunya, tetap mencari ibunya di banyak kerumunan dan justru yang dia dapati adalah kakaknya yang tersenyum bahagia. Teman Ridwan pun sempat mengenali kakaknya dan melihat kakanya yang sedang melambaikan tangan.
Menunjuk kakaknya Ridwan dibanyak kerumanan orang "Kakak kamu datang wan ? *Hmph!" Menahan tawa yang bermaksud mengejek.
"I-iya.." Tersenyum paksa. Didalam hatinya begitu kesal dan menatap kakaknya dengan tatapan yang penuh benci. Untungnya hal itu tidak mempengaruhi Ridwan dan pentas yang dilakukan bersama teman-temannya berhasil.
"Terimakasih..." Semua siswa yang ada di atas panggung serentak Melambaikan tangan dan kembali ke belakang panggung.
Pembacara acara kembali ke panggung "Bagi keluarga yang ingin melihat anaknya atau adiknya atau justru kakaknya! Boleh pergi kebelakanng panggung terimakasih" Berjalan kebelakang panggung.
Tari kemudian berusaha berjalan menemui adiknya di belakang panggung dengan susah payah sambil membawa tas yang berisi makanan dan bunga.
Berhasil menemukan adiknya "Ridwan..!" Menghampiri Ridwan. "Tadi kamu keren banget loh! Ini kakak bawain bunga sebagai bentuk apresiasi dan makanan juga" Memberikan tas yang berisi itu semua. "Kita foto dulu yuk..?" Mendekatkan kepalnya ke pundak Ridwan.
Teman-teman Ridwan yang melihat itu hanya menahan tawa dan menceritakan yang tidak-tidak. Ridwan yang lebih mementingkan apa yang dibacarakan teman-temannya dibandingkan kakaknya langsung meledekan emosinya.
*Bruk!! Membanting tas tadi dan hp kakaknya "KAK!! RIDWAN KAN UDAH BILANG JANGAN KESINI!! KENAPA KAKAK TETAP KESISNI ?!! KENAPA ?!!" Membentak kakaknya yang tak peduli dirinya yang diliati oleh banyak orang dibelakang panggung.
Tari yang kaget, kembali tersenyum dan bertanya alasannya "Kenapa kakak ngak boleh datang dek ? kakak udah bawain makanan kesukaan kamu loh ? nih" Mengambil bekal tadi dan menunjukkan isinya.
*Bruak! (Sekali lagi Ridwan membantingnya yang membuat makanan tersebut terhambur kemana-mana).
"KAK!!!" Membentak kakaknya yang sedang membersihkan makanan tadi.
Setelah selesai, Tari kembali bertanya kepada adiknya "Dek.. kakak kenapa ngak boleh datang.. ?" Berlutut dan memegang kedua tangan adiknya sambil tersenyum .
Bukannya memberi alasan, Ridwan justru menarik kakaknya dengan keras. Tari yang berusaha berjalan pun sedih melihat adiknya yang seperti ini, tetapi dirinya berusaha untuk tetap tenang.
Sesampainya di parkiran Ridwan baru melepaskan genggamannya. Pergelangan tangan kakaknya merah, sangat merah.
Sambil berteriak "KAKAK MASIH TANYA KENAPA ?!! RIDWAN MALU KAK !!! MALU!!" Menunjuk dirinya sendiri dengan keras. "SEMENJAK TEMAN-TEMAN LIHAT KAKAK... RIDWAN SELALU DIEJEK !!! RIDWAN MALU PUNYA KAKAK YANG BAHKAN JALAN AJA NGAK BENER.. POKOKNYA RIDWAN NGAK MAU TAU! KAKAK HARUS PERGI SEKARANG!!" Kembali menuju tempat acara.
Di saat itu Tari tetap tegar memaklumi yang dilakukan Ridwan karena menurutnya dirinya juga salah, bahkan sempat berteriak untuk meminta maaf "Dek..! Kakak minta maaf yah.." Berteriak dari kejauhan. Namun Ridwan tidak menghiraukannya dan terus berjalan.
Hatinya tak lagi bisa berbohong satu per satu air matanya mulai berjatuhan. Namun ia kembali menghapusnya agar tak ada orang yang melihatnya.
Diperjalanan ia tetap menjaga dirinya agar tidak menangis, meskipun beberapa dari air mata itu berhasil keluar.
Tari berhasil sampai di rumah. Dengan cepat ia masuk kedalam kamarnya dan mengunci pintunya. Terduduk di lantai "Kamu kenapa bikin malu adikku..?" Berbicara dengan kakinya "Kenapa..?! kasihan dia! Gara-gara kamu dia diejek oleh teman-temannya..." Memukul kakinya yang pinc*ng.
Tangis yang ia tahan selama ini pun akhirnya pecah juga, didalam hatinya ia terus menyalahkan dirinya. Tak terasa ia ketiduran dipinggir kasur karena lelah menangis.
Jam menunjukkan pukul 17.45 Tari tiba-tiba terbangun dari tidurnya, mendengar seseorang masuk kedalam rumah. Berharap yang datang adalah Ridwan dan dugaan itu benar.
Ridwan yang baru saja sampai memasang wajah yang amat kesal dan menatap sinis kakaknya.
Sedangkan Tari berusaha mengikuti langkah Ridwan dan terus meminta maaf. Beberapa kali memegang tangan Ridwan tetapi di tepis balik "Kakak minta maaf yah Dek..? Dek-"
*Bruak!! (Suara pintu yang dibanting) Ridwan tidak sadar bahwa tangannya kakaknya terjepit di pintu, tetapi Ridwan dengan cepat menyadarinya karena kakaknya sedikit berteriak kesakitan. Bukannya minta maaf Ridwan justru mendorong kakaknya.
"Astagfirullah!" Kembali mengetuk pintu kamar Ridwan. "Dek.. kalau kamu mau makan bilang sama kakak aja yah.." Menunggu jawaban adiknya sambil tersenyum sedih.
"PERGI!" Membentak kakaknya.
Tari akhirnya kembali ke kamarnya bersiap untuk solat maghrib. Setelah solat dia berdoa kepada Allah "Ya Allah Tari minta maaf jika menyinggung engkau Ya Allah. Sesungguhnya engkau menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya-" Dilanjutkan denga doa lain.
Setelah itu Tari membaca Al-Qur'an untuk menenangkan dirinya. Di pertengahan bacaan, tiba-tiba seseorang membuka pintu rumah dengan keras yang membuat Tari kaget. Dengan tergesa-gesa Tari berusaha menuju keluar kamar dan yang ia lihat adalah ayahnya yang sedang mabuk.
"ERNA!! DIMANA KAMU ?!!" Memegang botol minuman keras dan mengoceh.
Takut tentu ada dalam diri Tari, tapi ia harus menenangkan ayahnya "Pah.., mamah lagi ngak ada dirumah.. belum pulang.." Membantu Ayahnya untuk duduk di sofa.
"Eh ? Tari... Hai... Kamu udah besar sekarang yah." Menunjuk-nunjuk Tari.
"Papah duduk disini dulu yah, Tari ambilin air minum dulu" Berjalan kearah dapur.
Dibalik pintu kamar, Ridwan melihat ayahnya yang seperti itu membuat dirinya makin membenci keluarga ini.
Tari kembali menemui ayahnya dan memberikan air "Ini pah... minum dulu"
*Burr! (Menyembur air putih yang ia minum) "Kenapa rasanya seperti ini ?! Tidak enak!!" Merebahkan dirinya di sofa dan masih terus mengoceh.
Merasa situasinya mulai tenang, Tari kembali ke kamarnya untuk membaca Al-Qur'an.