Siapa yang tahu rahasia tuhan ? Jangan terlalu cepat menyimpulkan sesuatu begitu saja, meskipun memang terlihat seolah benar yang anda pikiran.
Yuni tiba-tiba betrhenti di depan papan tulis dan tersenyum sinis "Emang bener! Terus ?! Gue harus maki-maki lo gitu ?! Ninggalin sekalian...?! Itu yang lo mau ?! ingat kata-kata gue Tar. GUE! GUE TAR!" Bicara dengan lantang dengan tangan yang menunjuk dirinya sendiri. "GUE AKAN JADI SAHABAT LO! Dengar! JADI SAHABAT LO!" Berteriak dengan lebih lantang seraya tangan yang menunjuk Tari.
Air mata tak lagi bisa dibendung, Tari terharu atas apa yang dilakukan Yuni. Dihatinya terus memuji Allah "Alhamdulillah, terimakasih ya Allah, terimakasih..."
Perlahan Yuni menghampiri Tari, kedua tangannya dia buka lebar-lebar bermaksud ingin menenangkan Tari dengan pelukan.
"Jadi benar aku bikin malu orang ?" Masih dalam keadaan berpelukan.
Menyudahi pelukannya dan memegang kedua pundak Tari "Emang bener! Mereka mengambil keputusan yang tepat! Mereka ngak berhak berada di dekat lo apalagi berteman dengan lo karena mereka iri! Lo itu special!"
Baru kali ini ada seseorang yang berkata seperti itu kepada Tari, menurutnya saat ini dia berada di dunia mimpi. Tidak percaya, tapi itu nyata dan terjadi kepadanya.
"Yun. Aku boleh tanya ?" Sembari mengusap air matanya.
"Iya boleh. Mau tanya apa ?" Duduk disalah satu bangku.
"Ini di sampul buku kamu, orangnya masyallah yah gantengnya. Ini siapa yah kok kayak bukan orang indonesia ?" Menunjuk buku catatan milik Yuni.
"Tari! Jangan dipegang kayak gitu..." Sekejap mata mengambil bukunya dari tangan Tari.
"Kenapa diambil ? jangan-jangan..? Astagfirullah Yun..., meskipun kita ada rasa sama lawan jen-" Pembicaraan terpotong.
"Syuuttt! Shut up. Oke ? Jangan befikir yang macam-macam karena selera aku tidak ada di kelas ini. Aku larang kamu pegang kayak gitu takutnya Dedek Jungkook kesakitan... kan kasihan ?" Mengelus stiker bergambar jungkook di bukunya.
"Jadi buku itu ada penunggunya ? Berarti kamu bisa lihat yang begituan kan ? apasi namanya...? Indigo ya ? Iya indigo!" Sangat bersemangat.
"Udah ?" Wajah yang tiba-tiba datar. "Bukan Tari..., ini tuh member B..T..S group boyband gitu loh... masa kamu ngak tau sih ?!" Sedikit kesal.
"Oh... yang kayak SMASH itu kan ?" Berharap jawabannya benar.
"I-ya... bener sih.." Bener tapi seperti kurang puas dengan jawaban Tari. "Ni anak lahir tahun berapa dah ?" Begumam dalam hati.
"Tapi mereka ini islam apa ngak ?" Memegang kembali buku Yuni.
"Ih Tari..! Dibilangin jangan dipegang kayak gitu.." Merebut kembali bukunya. "Yah... ngak sih..." Mengelus bukunya dengan penuh kasih sayang. "Udah ah! Ke kantin aja kita yuk!" Menarik tangan Tari dan menggandengnya.
Canda tawa mereka terisi di sepanjang lorong sekolah hingga dikantin pun mereka tetap seperti itu. Mulai dari saat itu mereka berdua akhirnya menjadi sahabat, namun pertanyaannya apakah bertahan lama ? Soalnya...
"Kamu tau harry potter kan ? Itu tu pas dia sebutin mantra apa... lagi. Oh espektrus parstrusnus kan ? hebat banget!" Berjalan kearah meja kantin sambil membawa gorengan untuk dimakan bersama.
Duduk dibangku kantin "Haha.. espektrus parstrusnus..., yang bener expecto patronum Yun..!" Merobek gorengannya kemudian di cocol sambel.
"Woy!" *Bruak! Gorengan dan sambelnya tumpah.
"An..! Astagfirullahadzim..." Yuni mengelus dadanya "Lo ngajak ribut ?!" Mendorong seorang siswa yang bernama Refan.
Memperbaiki kerah bajunya "Woy-woy.., santai bro. Kita ngak ada urusan sama lo! Tapi sama si ngek-ngek-ngek" Memperagakan jalan Tari diiringi dengan tertawaan dari teman geng Refan.
"Lo ada urusan sama dia! Berarti lo! ada urusan sama gue!" Menunjuk Refan dengan mata melotot.
Chika membalas mendorong Yuni "Maksud lo apa nunjuk-nunjuk Refan ?! Udah jelas-jelas Refan punya urusan sama tu anak pincang!! Kenapa jadi lo yang sewot ha ?!!" Menunjuk wajah Yuni.
Sambil tersenyum Yuni kembali membalas "Lo beneran budek atau sengaja budek ?! Kan udah gue bilang urusan Tari! Yah.. urusan gue juga..!" Mendorong Chika hingga jatuh.
Berusaha melerai "Sudah Yun. Kita balik ke kelas aja yuk.." Berbisik kearah Yuni sembari menarik tangannya.
Refan yang melihat Chika seperti itu tidak bisa tinggal diam, dia langsung melayangkan tinjuan kearah Yuni. Belum saja sampai tinjuan itu, langsung dibalas oleh Yuni dengan tendangan yang mengenai Buah zakar Refan. Alhasil Refan menggeliat kesakitan.
"Makanya.. jangan macem-macem sama gua!!" Bergaya ingin menendang Refan lagi.
Ternyata belum sampai disitu, Refan masih kuat untuk berdiri dan berusaha melayangkan tinjuan lagi, namun saat hampir sampai di kepala Yuni, tiba-tiba seorang siswa menahan tangan Refan dan mendorongnya "Masa lo mukul cewe sih ? aduh.." Menggelengkan kepala.
"Anjirr... lo udah keluar aja bro..?" Tos tinju.
Merasa ada kesempatan, Tari berusaha menarik Yuni menuju kelas.
*Tap tap (Tari berusaha untuk mempercepat langkahnya dan tiba-tiba diberhentikan oleh Yuni di tengah lorong sekolah).
"Kenapa berhenti Yun ? *Hu hu hu" Menarik Yuni kembali untuk menuju kelas.
"Stop dulu.. Tar... ini kita lari kayak gini dalam rangka apa ?" Menarik tangannya dari genggaman Tari.
"Pokoknya jangan berurusan dengan mereka..." Nafas yang mulai stabil.
"Ta-tapi kan mereka yang salah ? Mana gua belum mukul mukanya lagi!" Masih sedikit terengah-engah.
"Udah.., biarain aja.., intinya kamu jangan berurusan dengan mereka yah ? demi sahabat ?" Menepuk dadanya perlahan dan kembali menarik Yuni.
"Iya deh..., tapi ke kelas ngak usah jalan cepet kayak gitu lagi..., jalan aja biasa. Gue udah berasa kayak lagi lari maraton tahu!" Mengkerutkan dahinya sambil tersenyum.
"Haha.., iya... Ayo balik ke kelas" Membantu Yuni berdiri dari jongkoknya.
Diperjalanan menuju kelas Yuni hanya terus diam tidak berbicara sepatah kata pun sampai Tari menanyakan keadaannya.
"Kenapa Yun ? tumben diem aja ?" Menggandeng tangan Yuni.
"Laper Tar... *Hiks hiks" Mengsedih.
Memukul Yuni perlahan sambil tertawa "Owalah.. haha.., maaf yah gara-gara aku, kamu ngak jadi makan. Yaudah pulang sekolah nanti kita makan gorengan warung depan sekolah" Sudah sampai di kelas.
"Bukan salah kamu kok! Salah si... anj... nak itu... bikin emosi aja! Kayak ngak ada kerjaan lain apa ?!" Mau berkata kasar tapi ngak jadi sembari duduk dibangku.
*Woy-woy Guru datang (Seorang murid berlari masuk kedalam kelas).
"Silahkan ketua kelas siapkan dulu" Guru menaruh tasnya saja, kemudian duduk saat sudah disiapkan.
"Tar! ingat yah. Pu.. lang se.. ko.. lah!" Berbisik sambil menunjuk-nunjuk Tari.
Mengangguk "Iya.., insyaallah"
Ketua kelas menyiapkan seluruh teman-temannya. Seperti halnya kelas biasa, ada yang benar-benar memperhatikan penjelasan guru dan ada juga yang sibuk dengan kesibukannya sendiri.
Berbeda dengan mereka berdua ini, yah meskipun terkadang Yuni mengajak bercanda Tari.., meskipun begitu, itu hanya sebetas menghilangkan rasa tegang saat belajar (Merileksasikan karena pelajaran Fisika).
*Kring.. kring.. (Bel pulang).
"Akhirnya" Yuni merenggangkan badannya.
"Ingat! Tidak ada lagi yang singgah-singgah! Langsung pulang! Awas aja kalau ada orang tua yang menelfon" Menunjuk satu per satu muridnya.
"Tapi bu! Kalo mau beli gorengan gimana ?" Mengangkat tangannya dan mulai berbicara.
"Kamu jam istirahat kemana aja ?" Menaruh salah satu tangannya di meja seolah-olah terlihat menyender.
"Jangan tanya saya... bu!" Melambaikan tangan didepan dada. "Tanya saja sama murid di depan ibu.." Tersenyum 🙄.
Menyilangkan tangan dan beberapa kali kaki di hentakan "Refan..."
Merasa tidak nyaman "Tapi bu..." Pucat.
"Silahkan keruang BK..." Menunjuk pintu keluar sambil tersenyum.
Merasa kesal dengan hal itu, Refan melirik kearah mereka berdua seperti memberi isyarat "Awas lo nanti!" Justru dibalas dengan Yuni mengejek "😋"