Chereads / Rahasia Mentari / Chapter 2 - Keseharian#2

Chapter 2 - Keseharian#2

Perjalanan sekolah hari ini diisi dengan canda dan tawa kedua kakak beradik ini. Namun saat sampai di depan gang sekolah, Ridwan meminta kakaknya untuk berhenti dan menurunkannya disini saja.

"Loh kenapa dek ? Sekolah kamu kan masih agak jauh masuk kedalem ?" Tanya kakaknya yang heran.

"Ngak apa-apa.., oh iya! Kakak ngak usah dateng ke acara sekolah Ridwan yah ? Biar mamah aja" Buru-buru turun dari motor, melepaskan helmnya dan berlari menuju sekolah.

Mengambil helm Ridwan "Tapi dek...! kalo mamah ngak bisa gimana....?!" Sedikit berteriak karena Ridwan sudah mulai jauh.

Membalas dengan berteriak membelakangi kakaknya "Ngak apa-apa! Ingat yah kakak ngak usah dateng...!!" Berlari menuju sekolah.

Meskipun heran dengan tingkah adiknya, Tari tetap melanjutkan perjalanannya kesekolah. Sayangnya hari ini mungkin bukan hari keberuntungan Tari, sebuah mobil dari arah belakang mengebut dan tak sengaja mencipratkan genangan air kearah Tari. Alhasil seragam yang dikenakannya basah dan agak kotor, ditambah lagi seragam yang dia kenakan adalah putih abu-abu.

Sesampainya disekolah Tari perlahan turun dari motor dan berusaha menuju keran yang ada di depan kelas, untungnya noda yang ada diseragam sedikit tersamarkan. Setelah itu Tari baru menuju ke kelasnya.

"Assalmualaikum.., maaf saya terlambat bu" Menundukan kepalanya sambil tersenyum kecil.

"Ngak kok.., Ibu juga baru sampai. Silahkan duduk" Guru yang baru saja sampai didalam kelas dan menaruh tasnya.

Saat Tari berjalan menuju bangkunya, dia langsung diberhentikan oleh guru "Tunggu! Itu baju kamu basah dan kotor begitu kenapa ?"

Baru saja Tari ingin menjawab, seorang siswa nyeletuk "Mungkin dia jatuh di kamar mandi 🙄 soalnya KAKINYA KAN BEGITU! Ngek-ngek-ngek-ngek!" Mengejek Tari yang memiliki kekurangan pada kaki kirinya.

*Bruak! (Guru tiba-tiba membanting bukunya ke meja)

"Siapa tadi yang bicara seperti itu ?! Berdiri!" Menunjuk semua siswa.

Kemudian siswa itu berdiri dengan percaya dirinya "Saya bu.." Diikuti oleh suara teman-temannya yang seolah kagum dengan keberanian siswa tersebut "Woo!!"

Guru yang tidak habis pikir dengan tingkah laku siswanya itu langsung mempertegas suaranya dengan lantang "LAGI-LAGI KAMU! MAU KAMU APA SIH FAUZAN ?!! SEKARANG SAYA MINTA KAMU KELUAR DARI KELAS DAN MENUJU KE RUANG KEPALA SEKOLAH!!"

Sambil tertawa Fauzan keluar dari kelas melewati Tari yang masih berdiri di depan pintu dan berbisik kepadanya "Gimana airnya ? dingin ngak ?" Sampai disini tentu kalian tahu bahwa yang melakukannya adalah siswa tersebut.

Guru menghampiri Tari "Jangan pikirkan apa yang dikatakan temanmu yah nak ?, oke kamu boleh duduk" Mengusap punggung Tari sebagai ungkapan penyemangat.

"I-iya bu..., makasih.." Membalas dengan senyuman dan berjalan kearah bangkunya. Belum saja sampai, seorang siswi dengan sengaja membuat Tari tersungkur kedepan dengan mengaitkan kakiknya.

Sambil berbisik "Selamat datang di neraka..." Sedikit tertaa cekikikan. Membalaskan apa yang dilakukannya terhadap Fauzan.

Kaget melihat Tari yang tiba-tiba sudah dilantai "Loh Tari ? kamu kok bisa jatuh begitu ?" Memerhatikan siswi yang senyum-senyum sendiri. "CHIKA! Cepat minta maaf!" Menunjuk tangannya kearah Chika.

Tari membela Chika yang jelas salah dimatanya "Ngak kok bu.., tadi saya ngak sengaja kesandung kakinya Chika" Berusaha berdiri.

"Yasudah lain kali hati-hati dan untuk kamu Chika! Ibu akan awasi kamu!! Ngerti ?!" Kembali menulis di papan tulis.

"Iya bu..." Memutar bola matanya, beberapa kali melirik kearah Tari dengan tatapan sinis.

Sudah 2 tahun Tari bersekolah disini tidak ada satupun yang benar-benar berteman dengannya, mereka hanya memanfaatkan Tari yang kebetulan memiliki otak yang cerdas. Bahkan cara dari mereka meminta tolong saja..., sudah tidak memiliki adab. Namun sebenarnya beberapa dari mereka ingin berteman dengan Tari, tapi sayangnya mereka tidak berani karena takut oleh FAUZAN dan teman geng nya!

Guru sedang menjelaskan, namun tiba-tiba datang seorang siswi yang nafasnya terengah-engah. Seolah habis berlari maraton, berdiri tepat didepan pintu kelas "Pagi bu.., *Hu hu hu..." Memotong penjelasan guru yang sedang mengajar.

Saat hendak masuk ke kelas siswi itu ditahan sebentar sama seperti Tari tadi "Tunggu! Kamu murid baru kan ?" Dijawab dengan anggukan. "Di hari pertama sekolah kamu terlambat ?! Apa alasannya ?" Sedikit tegas.

Sedikit memundukkan kepala "A-nu..., sa-" Pembicaraan terpotong.

"Cepat masuk. Anak zaman sekarang kayak gini. Aduh..." Memijit kepalanya. Saat hendak berbalik, siswi itu teryata tepat berada dibelakang sang Guru alhasil "Astagfirullah! Kamu ini! Bikin saya jantungan saja. Ada apa ?" Mengelus perlahan dadanya.

"Maaf bu hehehe, tapi saya ngak perkenalan diri dulu bu ?" Tersenyum sembari menggaruk kepalanya.

"I-iya silahkan kalau begitu" Mengisyaratkan juga dengan tangannya.

"Halo semua! Pekenalkan nama aku Yuni biasa dipanggil Unun, asal sekolah saya SMA ******" Memperkenalkan diri dengan semangat.

"Baik. Silahkan duduk, jadi-" Pembicaraan terpotong.

"Bu..? saya duduk dimana yah ?" Bertanya dengan polos.

*Hmphh Huuhh (Menarik nafas dan dihembusakan). "Disana ya nak pintar..." Mengarahkannya sambil tersenyum paksa.

Guru menepuk tangannya sekali dan berdiri dari duduknya "Oke Itu saja untuk materi hari ini dan khusus Yuni silahkan mengumpulkan catatan untuk pelajaran saya. Saya kasih waktu 1 minggu, tolong ketua kelas siapkan" Berdiri memegang tas yang berisi buku.

*Kring... kring... Seluruh murid keluar untuk istirahat, hanya tersisa Tari dan Yuni yang kebetulan duduk berseblahan.

Kepala Yuni tertunduk diatas meja "Hmmm, aku kan murid baru..., masa langsung diberi tugas sih ? Yah ngak jadi deh nonton Insidious nanti malam... *hiks hiks" Terlihat sangat sedih seraya menendang-nendang kursi yang ada di depannya.

"Ngak apa-apa.., pinjam buku aku aja dulu. Nih." Menaruh di hadapan Yuni dan melanjutkan makan bekalnya

"Wihh...! Makasih loh... BTW nama kamu siapa ?" Memeluk buku Tari saking senangnya.

"Kenalin aku Tari" Menodongkan tangannya sambil tersenyum.

"O-oh iya. Aku Yuni... salam kenal..." Kembali membalas dengan senyuman.

Saat mereka sibuk dengan kesibukannya mereka masing-masing, Yuni kembali membuka topik pembicaraan. Walau dirinya masih fokus mencatat.

"Kamu kok ngak pergi ke kantin ?" Sibuk dengan catatan dan sedikit bergumam.

"Oh.., soalnya bawa bekal.. sebenarnya mau dimakan pagi tadi.., tapi ngak sempat" Menyantap makanan sambil membaca buku.

"Jadi ngak pernah ke kantin gitu ? ngemil atau ngapain gitu... intinya keluar kelas deh" Masih dengan kegiatan yang sama.

"Kamu mau ke kantin ?" Berhenti membaca dan kemudian menghadap ke arah Yuni sambil menyantap makanannya.

"Oke sudah segini dulu! Emangnya kamu mau nemenin ?" Menutup pulpennya, merapikan bukunya diatas meja dan kembali mengobrol.

"Boleh. Aku sekalian mau beli snack untuk dimakan dirumah" Masih menyantap makananya.

"Tar.., ngak nawarin apa.. gitu..." Memerhatikan Tari yang sedang makan.

Menaikan alisnya "Hm ?! Astagfirullah..., sampai lupa.. ini aku bawa mie goreng kamu mau ?" Mienya masih bergantung diudaran belum masuk kedalam mulut dan bekalnya sedikit ditodongkan kearah Yuni.

"Hahaha... ngak kok bercanda.." Menutup mulutnya kemudian sedikit memukul tangan Tari perlahan. Namun saat Tari ingin bicara, Yuni kembali nyeletuk "Tapi kalo dipaksa yah mau gimana yah ? ngak sopan kan ? Dikit yah..." Tangannya nyerobot mengambil mie goreng milik Tari.

Tari sedikit tertawa sambil menggelengkan kepalanya. Mulai kembali berbicara "Masih jadi mau kekantin ?" Menaruh bekalnya diatas meja agar bisa dimakan bareng.

"Iya. Kenapa emang ? kamunya ngak bisa ?" Mendongakkan kepalanya keatas sambil memasukan mie tadi.

"Bukanya ngak bisa sih..., aku takut nanti kamu malu disana.." Sedikit menundukkan kepalanya.

"Loh kenapa emang ?" Masih asyik menyantap mie goreng milik Tari.

Tari kemudian berdiri dari duduknya dan memperlihatkan cara jalannya (Mohon maaf pinc*ng) Itulah mengapa dia sedikit sulit untuk berjalan cepat, terlebih lagi terkadang orang-orang disekitar memandang rendah dirinya.

Justru tanggapan Yuni diluar dari ekspetasi Tari. Yuni malah pergi begitu saja, hingga dari sini Tari tau bahwa dia memang ditakdirkan untuk tidak memiliki teman.