Sudah lewat seminggu lebih namun masih belum juga ada titik terang hubungan antara Erik dan Greysia. Saat tak sengaja bertemu Greysia selalu menghindar dan seakan tak mengenal sosok Erik meski laki-laki itu menyapanya. Bahkan tak jarang malah teman-teman Greysia yang membalas sapaan adik kelas mereka tersebut.
"Lagi..." ujar teman-temannya terdengar kompak saat Erik melewati mereka dan menyapa Greysia seperti biasa.
"Jujur deh lo ada hubungan apa sama tu anak?" tanya Mega kepo.
"Kalo dia nyapa kita-kita tuh wajar tapi yang dia sapa cuma Greysia. Pagi Kak Grey, siang Kak Grey, Kak Grey, Grey, Grey... Aneh tahu" imbuh Susi.
"Hais!! berisik" sarkas Greysia menanggapi.
Tetap saja begitu, menghindari topik dan marah. Dilihat dari sisi manapun jelas sekali ada apa-apanya dengan gadis itu namun memang Greysianya saja yang kolot tak mau memberi tahu mereka tentang yang terjadi.
"Glend" panggil Greysia kepada Glend yang sedang berjalan sendirian menuju kelas.
Laki-laki itu berhenti dan menoleh, menunggu Greysia yang berlari kecil menghampirinya. Terlihat pula teman-teman Greysia yang berjalan bebarengan dibelakang gadis itu.
"Dari mana?" tanya Greysia yang telah mensejajarkan diri disamping Glend.
"Kalian sendiri abis dari mana?" tanya balik Glend.
"Abis dari kantin lah mau dari mana lagi" sahut Rinda.
"Oh abis ini ke lab bukan sih?" tanya Lusi.
"Harusnya sih iya" balas Susi.
"Kalo ke lab gue mau di tempat biasa aja, tugas minggu kemaren belum ngumpulin soalanya. Lo pada udah?" ucap Riva.
"Minggu kemaren yang mana?" tanya Glend.
"Yang itu bukan sih bikin karakter atau apalah itu" kata Riva.
"Oh itu untung aja gue udah" ujar Rinda.
"Gue udah belum sih lupa" ucap Greysia bingung.
"Ya menurut lo, punya siapa yang di pampang di depan buat contoh anak-anak?" sahut Lusi.
"Punya gue" jawab Greysia.
"Yaudah!" kesal Sarang.
Greysia menyenggol lengan Glend, "Galak temen lo" bisiknya pada laki-laki itu.
——
Sudah waktunya giliran untuk nomor absen tiga terakhir hari ini harus membersihkan semua peralatan olahraga yang telah di gunakan kelas mereka dan salah satu dari tiga anak tersebut adalah Greysia. Dia bersama dua teman sekelasnya sibuk menggotongi berbagai alat yang tergeletak di lapangan. Namun bagusnya adalah keenam teman-temannya yang lain masih setia menungguinya hingga selesai.
"Oii masih lama gak?" teriak Rinda bertanya.
"Bentar, ngunci dulu" jawabnya.
Greysia menunggu temannya mengunci pintu ruang olahraga kemudian mereka akhirnya bersama-sama pergi menuju kantin untuk menghilangkan dahaga setelah melakukan olahraga yang memenatkan badan.
Dari kantin terlihat ramai berkerubung bukan dalam hal mengantri namun artian lain. Karena penasaran Greysia dan yang lain berlari menuju gerombolan itu lalu bertanya-tanya ada hal apa hingga membuat kehebohan seperti ini.
"Kenapa woi kenapa?" tanya Riva sedangkan yang lain sibuk berjinjit-jinjit melihat ke tengah sana.
"Ada yang berantem" ucap Wulan menjawab pertanyaan Riva.
"Ha? Serius siapa?" sahut Lusi.
"Ikhsan sama gak tahu anak kelas sepuluh mesin" ucap yang lain.
Susi, Rinda, Sarang, begitu pula Mega memaksa menerobos masuk. Keempat gadis itu bahkan rela berdempet-dempetan hanya karena tahu nama Ikhsan disebut. Benar, mereka dan lingkup pertemanan Ikhsan sangatlah dekat.
Meski bukan hal baru bagi kelas 11 Multimedia 1 perihal Ikhsan yang bertengkar namun tetap saja tidak bisa di biarkan. Greysia yang pertama kali lolos dari masa, lalu disusul tiga orang lainnya. Di sana Ikhsan telah di lerai oleh Septian dan yang lain. Terlihat Wijaya dan Angga memegangi si adik kelas yang tadi di sebutkan oleh Wulan.
Bola mata Greysia langsung membesar begitu saja, jujur dia kaget saat mendapati Erik dengan tampang berantakan tengah saling adu pandangan dengan teman sekelasnya, Ikhsan. Dia ikut degdegan saat Septian dengan suaranya yang tegas memisahkan dua insan itu menjadi dua sudut kanan kiri.
Kerumunan di bubarkan oleh guru, murid-murid yang menonton di giring untuk kembali ke kelas masing-masing. Tak jauh berbeda dengan Ikhsan dan Erik, dua laki-laki itu dibawa ke ruang BK tanpa ada penolakan sama sekali. Beberapa anak kelas Ikhsan juga ikut serta dalam mengarak kedua laki-laki tersebut.
"Erik bukan sih yang sering nyapa lo?" ujar Sarang dari samping Greysia.
"Iya" jawab Greysia singkat.
Sesampainya di ruang BK, ketua kelas dua anak itu di panggil dan ikut diadili di dalam sana meski mereka tak tahu menahu yang terjadi namun sesuai peraturan sekolah seorang ketua kelas bertanggung jawab lebih terhadap kelasnya. Jadi menjabat di posisi itu benar-benar harus memperhatikan dan menjaga tingkah laku teman-temannya.
"Kalian berdua pergi ke UKS. Setelah ini akan saya panggil orang tua masing-masing, ingat perbuatan kalian sangat tidak di benarkan apalagi sebagai seorang pelajar kekerasan bukanlah jawaban untuk menyelesaikan sesuatu" ujar seorang guru BK dengan tegas.
"Maaf, Bu" jawab Ikhsan dan Erik kompak kemudian dua laki-laki itu keluar dari ruangan tersebut.
"Ikhsan belum lama ini pernah dapat teguran kan karena ketahuan membawa rokok, kamu sebagai ketua kelas bagaimana menertibkan temanmu itu?" ujar guru tersebut kepada Greysia.
"Maaf, saya akan berusaha lebih lagi" jawabnya.
"Iya usahakan terus. Ikhsan sama Angga itu anaknya bandel jadi harus lebih ekstra lagi. Tegur terus jangan sampai buat masalah toh nanti kamu juga bakal kena kan malah merugikan diri kamu sendiri"
"Mohon maaf, Bu" kata Greysia lagi.
"Yasudah saya percaya kamu dan kalian bisa ke kelas masing-masing" ucap guru itu.
"Iya, Bu. Permisi" kata dua murid tersebut.
Di luar ruang BK ada Sarang dan Mega disana. Dua gadis itu duduk di bangku permanen yang telah di sediakan. Greysia menyapa terlebih dahulu adik kelasnya tadi sebelum menghampiri kedua temannya. Gadis itu mengacak-acak rambutnya kesal sendiri lalu berdecak pinggang satu sisi.
"Ikhsan?" tanyanya pada dua gadis tersebut.
"Di UKS sama yang lain" jawab Sarang.
"Yaudah lo berdua balik dulu, gue urus Ikhsan sekalian nyuruh anak-anak ke kelas juga. Nanti kalau ada guru kabarin biar gue izin ntar"
Sarang dan Mega mengangguk, "Iya. Kita ke kelas dulu ya" kata mereka.
"Thanks. Oh bilangin ke anak-anak jangan main di luar kelas, di dalem aja takutnya nanti ada guru piket keliling malah pada kena. Biar ikhsan dulu selesai jangan nambahin" ucapnya lagi.
"Oke~"
Greysia berlari menuju UKS yang sedikit agak jauh, dia bahkan harus menunduk saat melewati jendela yang tengah melaksanakan KMB agar tak menganggu kegiatan tersebut. Sesampainya di UKS memang ada sosok Septian dan Angga yang duduk-duduk di dua pinggiran ranjang sembari mengobrol santai seakan kejadian beberapa saat lalu hanyalah angin belaka.
"Lo berdua ngapain disini? Balik cepetan" suruh Greysia kepada dua temamnya.
"Bolos deh gue, jam ini doang nanti kalo udah ganti mapel balik lagi janji" kata Angga.
"Gampang banget nyocrosnya, nawar bae heran" balas Greysia.
"Lagian ya kita-kita cuma pengen nemenin temen yang lagi kesakitan apa salahnya sih" timbal Septian.
Greysia mendekat lalu menoyor kepala Septian membuat laki-laki itu sedikit mengaduh, "Si bangsat udah gede. Luka kek gitu gak ada apa-apanya jadi jangan alai. Balik sekarang!"
"Iye iye cih" kata Angga melengos pergi begitupun Septian.
Namun cowok jangkung itu kembali lagi, "Sekali Grey ya?" tawarnya.
"Cot sempak! Gue genjreng pala lo lama-lama" umpatan gadis itu akhirnya keluar lalu Septian ngacir pergi menyelamatkan diri.
Dan sekarang beralihlah dia pada Ikhsan, si pemeran utama atas kekacauan yang ia ciptakan sendiri.
"Gimana tonjokannya?" sindirnya menelisik wajah Ikhsan.
"Kayak kapas" balas laki-laki itu.
"Setan. Tapi udah di obatin? Di cocol pake es batu gitu, ada yang luka gak sih?"
"Nih udah di plester sama Asep" kata Ikhsan menunjukkan sikunya.
"Yaudah. Lo disini dulu apa mau ke kelas? Bisa gue izinin sampe satu jam kedepan tapi setelah itu lo balik ke kelas terus nunggu panggilan ke alam barzah"
"Disini aja deh, lo disini kan temenin gue?"
"Tergantung sikap lo"
"Stress".