Mata Cia membulat, kepalanya pening dengan tiba-tiba seperti ada bongkahan kayu yang menghantam kuat, palanya benar-benar sakit. Gadis itu menjambak kuat rambutnya, menghilangkan suara-suara yang ada di kepalanya, itu mengganggu dan Cia takut.
Bela benar-benar khawatir, tangannya berusaha untuk melepaskan jambakan Cia dari kepala gadis itu. "Cia hei sadar! Ini Kakak!" panik Bela.
"Jangan! Sakit! Aakkhh!" Bersamaan dengan Cia menjerit, pintu ruangan Bela terbuka keras.
Bela terkejut ketika melihat seluruh keluarga Maxiem berada tepat di depan ruangannya, benar seluruh bukan satu ataupun dua.
Bela mundur ketika mereka mendekat pada Cia. Namun belum sempat Cia mencengkeram erat jubah dokternya, tubuh gadis itu tambah bergetar takut saat melihat keluarganya.
"Cia sayang ini Mamah nak," tangis Arletta wajahnya terlihat kacau sangat kacau.
"Aku bukan pembunuh! Hiks JANGAN SENTUUUH!" jerit Cia menepis tangan siapa pun yang mencoba menggapai tubuhnya.