Chereads / Ketika Dia Pergi Sebentar / Chapter 21 - Ketakutan Pra?

Chapter 21 - Ketakutan Pra?

Pra saat ini sedang berada di kamar mandi dengan kondisi gelap gulita dan suasana hening. Saat sedang memainkan ponselnya Pra di kagetkan dengan lampu yang tiba-tiba menyala.

"Lah, kok bisa nyala lampu nya?" batin Pra yang bingung karena ia sedari tadi mencoba menyalakan tapi tidak bisa. Lampu darimana?

Belum juga satu menit, lampu tersebut mati lagi. Keringat bercucuran di tubuh Pra saat ini, dengan perasaan yang tidak enak dan juga merinding membuat Pra cepat-cepat ingin keluar dari kamar mandi.

Setelah Pra menyiram dan membersihkan tubuhnya dan memakai celana, Pra juga kebingungan karena pintunya susah di buka. Keringat Pra semakin bercucuran deras sederas hujan di bulan November.

Karena Pra membawa handphone, ia mencoba menghubungi salah satu temannya yaitu si Reno atau siapapun yang bisa di hubungi.

Pra membuka handphonenya, mencari satu persatu nama di kontaknya, "Kok nggak ada ya namanya anak sini" batin Pra dengan terus mencari.

Pra baru sadar ia belum menyimpan nomor teman-temannya.

Pra menghela napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan, ia mencoba tenang membuka pintu tersebut. Pelan-pelan Pra memahami gembok kuncinya dengan senter dari handphonenya.

Model kunci di pintu ini berbeda dari biasanya, menggunakan metode yang berbeda membuat Pra bingung apalagi ia tadi habis di hantui lampu yang menyala dan mati kembali.

Setelah Pra berhasil membukanya, ia langsung berjalan sangat cepat menuju dalam laboratoriumnya.

Orang yang berada di dalam juga terkejut, kenapa Pra sangat terburu-buru dan keringat bercucuran di tubuhnya. Bahkan, baju Pra saat ini sampai basah.

"Woi, kenapaa lu? Sampai keringetan kayak gitu? Udah kayak mandi ajee" kata Reno melihat sekujur tubuh Pra.

"Gue di hantui" jawab Pra lirih.

Reno malah tertawa mendengar jawaban Pra, dan memanggil yang lainnya untuk mendengarkan ceritanya, "Sinii, Pra habis di hantui. Bajunya sampai basah kayak gini" teriak Reno.

Reno memang orangnya pemberani, tetapi jika melihat setan atau apapun itu ia langsung kabur terbirit-birit.

Semua orang mendekat ke arah Pra, semua mata tertuju ke arah Pra dan bersiap mendegarkan cerita Pra yang katanya habus di hantui.

"Di hantui apaan?"

"Dimanaaa?"

"Gimana Pra ceritanya?

Sahut teman-teman Pra yang berada di laboratorium.

Karena desakan semua orang, Pra menghela napas dalam-dalam agar bisa menceritakan semuanya dengan tenang.

"Kan baru datang tadi perut gue mules, sakit banget rasanya. Sebelum itu juga pas berjalan menuju ke sini kayak auranya menyeramkan git--"

Perkataan Pra terpotong oleh Reno, "Terus terus gimana lagi? Setannya muncul?"

Tegar menoyor kepala Reno, "Goblok! Biarin dia cerita dulu baru komentar!"

"Gue juga penasaran!"

"Nggak lu aja, semua orang di sini juga penasaran. Mikirr!" balas Tegar sinis.

Pak Jito berusaha untuk mendamaikan mereka berdua, "Udahh, kalian ini kalo berbeda pendapat mesti ributt, apa-apa ribut" tukas pak Jito, hanya ia yang bisa mendamaikan seisi orang di laboratorium ini. Ucapannya yang tegas dan juga orang yang disiplin membuat semua orang takut padanya, bukan takut tapi lebih ke menghargainya.

Pra melanjutkan ceritanya, "Gue lanjut nih?Karena gue hanya tau kamar mandinya di laboratorium sini jadinya gue langsung pergi ke sini. Nah, gue kaget kamar mandinya kok gelap banget kan, terus nyoba nyalain lampu nggak bisa. Yaudah karena gue udah nggak kuat akhirnya gue masuk ke kamar mandi dengan keadaan gelap, terangnya hanya senter di hp..." Pra menghela napas lagi, apakah nggak terjadi apa-apa jika cerita ini di ceritakan?

"Terus gimana lagi, Pra?" kata pak Jito yang juga sebenarnya penasaran.

"Nah, pas gue lagi enak-enaknya tiba-tiba lampumya nyala dengan sendirinya. Padahal tadi lampunya gue nyalain nggak bisa sama sekali, terus jarak sekian detik lampunya mati lagi. Berhubung itu, dan gue juga masih buang air besar, keringat gue bercucuran. Apapun yang terjadi gue memutuskan untuk keluar, eh malah mau buka kamar mandinya susah karena gue baru pertama kali lihat model yang kayak gitu"

"Katanya di hantui, Pra? Mana?" jawab Reno.

Tegar kembali menoyor kepala Reno, "Bego banget sih lu, jelas-jelas lampu nyala bentar doang itu kayak sudah di gangguu!"

Pak Jito kembali membuat suasana laboratorium menjadi tenang kembali dan berusaha menenangkan Pra, "Sudahh, kembali bekerja. Tetap hati-hati, buat yang ambil sampel juga harus hati-hati, ini sudah malah juga gelap. Nggak usah terbuu-buru dalam menyelesaikan pekerjaan, keselamatan kalian nomor satu" tukas Pak Jito, dan ia menghampiri Pra dan merangkulnya, "Nggak ada apa-apa, tenang aja. Mungkin emang lampunya lagi error, berpikir positif saja, dan jangan lupa untuk berdoa" bisiknya.

Pra mengangguk mengerti ucapan Pak Jito, dan langsung menata alat-alat yang akan di gunakannya analisa.

Memang, apapun yang dilakukan jika kita emang mempunyai niat yang baik akan berbalas dengan sesuatu yang baik juga. Itu yang di yakini Pra, ia tidak menganggu dan di sini hanya bekerja untuk mencari uang. Semoga saja Pra tidak di ganggu sesuatu yang menyeramkan kembali.

Di tempat manapun, pasti selalu saja ada penunggunya. Selalu saja ada yang jahil mengganggu dan ada yang baik.

"Tenang, Praa. Everything gonna be fine" batin Pra dengan menata alat-alat untuk analisa.

Suasana di malam hari juga terasa lebih henin ketimbang pagi, tidak ada orang yang berjalan ke sana kemari dan hanya terdengar suara berisik dari mesin.

Karena sampel Pra tak kunjung datang, ia membuka handphonenya untuk membalas pesan dari kekasihnya. Karena sebelum berangkat tadi, Pra sangat terburu-buru belum sempat membalasnya. Tetapi, ketika melihat jam sudah menunjukkan hampir pukul 12, Pra mengurungkan niatnya itu karena Devi sudah tidur di jam segitu.

Pra menghembuskan napas, "Hmmmm, kayaknya sudah tidur deh, besok pagi aja deh sepulang kerja gue balasnya."

Setelah itu Pra kembali memasukkan handphonenya ke dalam saku dan memilih mengamati sekitar laboratorium.

Tiba-tiba Pra di kagetkan oleh orang yang mengambil sampel, karena ia sudah membawakan sampel untuk Pra, "Woi, ngelamun aja lu. Di sini kalo bisa jangan sampai ngelamun, ntar bahaya. Maen hp aja nggak papa, pokoknya jangan sampai pikiran kosong. Mengerti?"

Pra mengangguk mengerti, "Terimakasihh"

Beruntung banget mempunyai rekan kerja yang saling mengingatkan seperti ini, ya meskipun beberapa ada yang mempunyai sifat yang jahil. Tapi, itu tak menjadi masalah, malah membuat situasi laboratorium menjadi ramai dan seru. Pra hanya bisa mengucap syukur bisa bekerja dengan enak dan mempunyai teman yang baik juga.

Pra langsung mengeksekusi sampel yang baru di dapatnya, karena sampel juga masih panas. Pra memilih menunggu terlebih dahulu agar tidak panas seperti sekarang ini.

Hidup memang harus di jalani mau seperti apapun bentuknya.