-Nyaman-
Gelap bawa sunyi
Heningkan sekitar tanpa banyak kata
Dengan sederhana membawa bungkam
Disela tawa menggema oleh bahagia
Aku berisi banyak luka akan duka
Sedang hari ini berisi tentram sebuah tawa
Aku menepi diantara hiruk pikuk,
Hilang... tak lagi ditemui
Sayang semuanya menjadi begitu lengkap
Ruang nyaman yang tak lagi ditemui
Entah untuk yang keberapa kali
Menjelma akan sosok hangat tanpa ujung
Jadi terimakasih...
Aku ingin bilang rindu pada masa lalu
Bilang selamat tinggal pada duka perihal dulu
Yang aku harap berlalu
Menjadi bahagia tanpa ujung teruntuk luka perihal dulu...
-Risih-
Benar ternyata diam yang benar benar sunyi mampu menikammu
Mengulik setiap kisah yang hari demi hari mulai terlupakan
Benar ternyata bahwa sepi yang benar-benar hening mampu membunuhmu
Membawa rindu tanpa sebuah perhitungan
Kita manusia, sang perencana
Sayangnya semesta terlalu banyak mengambil alih
Entah rasa rindu, sunyi yang mencekam, hingga kenangan yang selanjutnya naik kepermukaan.
Lagu-lagu itu mencekik.
Sayang, aku tak tahu caranya beranjak,
Melupa caranya menjadi kuat,
Memilih lemah meniti setiap memori yang menyapa.
Antara aku, kamu, dia dan mereka.
Hingga hanya tersisa Rindu tanpa perlawanan.
Sendiri yang sesungguhnya mulai menghampiri,
Namun aku masih terpaku ditempat.
Tak ingin beranjak,
Walau tau semesta sedang mencoba menyakiti atau mungkin mengingatkan
Hal yang paling membunuh,
Adalah kamu yang harus ada
Adalah aku yang bisa mengenal mu
Adalah kita yang tak pernah menjadi bahagia
Dan juga adalah semesta yang selalu lupa memberi bahagia
-Riuh-
Kota terlalu bising,
Merayap tanpa ampun memecah tenang
Terbentengi oleh rasa ingin berhenti
Sunyi sejenak agar tidak lagi terlalu riuh
Mereka menepi akan kabut
Kabut yang tak lagi terbaca
Abu-abu atau paling tidak hitam
Tak lagi ada kamu, tak lagi kutemui.
Dimana pun itu...
Kota menjadi bising sejak kau tinggalkan
Tentang alasan yang terlupa begitu saja
Aku terlena,
Berharap suatu saat akan ada pahlawan
Sayang aku sering kali lupa,
Bahwa kota ini tak lagi miliki perlawanan
Kota yang memang bukan lagi punya kita
Mampuku hanya bungkam
Menunggu yang entah apa,
Hanya untuk menemukan sosokmu diantara mereka
Namun, kau tak kunjung menepi
Untuk sekedar memberi ruang,
Disudut kota yang dipenuhi riuh dalam mengenang.
-Kelam-
Matamu serupa kaca
Jernih, nyata dan begitu fana
Matamu serupa lentera
Bercahaya, penuh harapan dan hangat
Matamu serupa kelam
Sekali lagi aku menemukan pekat didalamnya
Matamu serupa kelam
Membuat aku kecewa hanya karena tak lagi ada gurat bahagia disana
Matamu serupa kelam
Yang tak lagi ditemani cahaya
Usang, asing dan terluka
Aku tak pernah suka...
Matamu serupa kelam
Kaca paling nyata tentang bayang milikku
Kelam dimatamu apa yang aku miliki bukan?
Jadi apa aku harus beranjak dari sudut pandangmu?
Jangan lagi pandang aku,
Matamu serupa kelam
Retinamu serupa ngilu didasar nestapa
Aku melupa, aku lah sumber Nyaa
-Pembelajaran-
Aku pernah begitu mencintaimu,
Membenci beberapa hal tentang dirimu,
Juga malu karena sifat konyol tak masuk akal diduniamu,
Sayangnya aku terjebak didalamnya.
Kamu tahu,
Bahwa aku selalu merindukanmu
Menolak hati baru hanya untuk mengenangmu,
Membiarkan duniaku terpaku tetap pada poros sandiwaramu,
Sandiwara paling menyenangkan sekaligus menyakitkan,
Tentang luka yang kau sembunyikan sebanyak yang kau mampu,
Aku masih membeku
Menanti tawa mu disetiap detikku.
Kasih,
Jangan pergi terlalu jauh
Sudah ratusan ribu rindu kubunuh hanya karenamu
Beribu tetes air mata pun sudah mengenang tentangmu
Dan kau selalu tahu,
Ditinggalkan olehmu adalah yang paling kubenci disisa duniaku.
-Porsi-
Manusia miliki porsinya
Banyak atau sedikit
Lebih atau kurang
Suka atau tidak
Sayangnya sampai pada kata cukup,
Harus ada proses panjang
Mungkin harus ada nya kegagalan
Mungkin juga harus dari ketidakmampuan
Bagaimana kalau kehancuran?
Apa setiap orang mampu untuk bangkit berdiri?
Aku fikir tidak, tapi tak menutup kemungkinan
Tapi aku juga berharap banyak yang ingin melangkah kembali
Agar banyak yang paham
Sampai pada kata cukup adalah tentang pengendalian
Bahwa dirimu adalah porsi yang cukup untuk semesta
Diciptakan oleh tuhan untuk dapat mengendalikan dunia
Sayangnya, mereka kembali memenangkan ego
Hingga perihal porsi selalu ingin yang lebih
Padahal cukup melihat sekitarnya
Tentang apa yang tak dimiliki orang lain
Tapi mampu ada didalam dirimu
Begitu pula tentang makna syukur yang sesungguhnya
Perihal porsi yang diberi
Adalah tentang syukur akan apa yang dimiliki
Karena sepantasnya,
Porsi pemberian tuhan adalah yang paling adil nyatanya.
-Luka-
Hari ini luka masih tertutupi
Masih banyak yang bersembunyi
Banyak sakit yang juga tertahan
Banyak bahagia yang terpalsukan
Bersama luka aku mengerti
Duka tak selalu berakhir buruk
Tak melulu tentang tangis
Juga segala sesuatu yang menyakitkan
Bersama duka aku paham
Ada bahagia di bagian selanjutnya
Ada cerita disetiap detiknya
Juga syukur yang tak tersirat maknanya
Hari ini mungkin luka ku tertutupi
Juga bahagia yang juga tak menjadi nyata
Tapi aku cukup mengerti
Tak ada bahagia dan luka yang selamanya.
-Ponsel-
Jangan tatap yang lain,
Biarkan hanya terpusat padaku
Kita sudah terlalu lama membisu
Membiarkan semesta mengambil alih
Maka biarkan ini jadi waktu ku
Menyimpan rupa mu disudut ingatan
Melukis tentang mu disudut kebahagian
Hingga nanti luka ingin kembali menyapa
Akan ku kukirimkan pesan bahwa bahagia ku selalu tersimpan rapi
Biarkan segala tentangmu hanya berhubungan denganku
Detik, Menit, Jam, Hari ini ku kukisahkan sebagai nyata kita,
Melupakan nestapa,
Bahwa kau tak lagi mimpi yang hilang kala aku beranjak sadar
Jikalau nyatanya kau terlalu jauh tak kukenali
Maka simpan ponselmu sayang...
-Semesta-
Aku ingat...
Pertemuan kita diisi oleh debat tak berujung
Tentang kau yang bertahan pada kelam
Dan aku yang bertahan untuk menyelamatkan
Kau bohong,
Saat kau katakan kau nyaman didunia itu
Kau bohong,
Saat kau katakan kau tak butuh sebuah pertolongan
Aku mencoba menarik mu pergi
Kau tak lagi mau perduli
Karena mungkin bagimu...
Duka adalah apa yang harus disimpan sendiri
Manusia lain tak perlu paham,
Hingga biarkan dirimu mati dalam penyesalan
Mati dalam beribu pertanyaan
Kenapa dulu tak ada ingin beranjak meraih kebahagiaan
Kau serupa kotak hitam tanpa kunci
Semesta mendekap mu terlalu erat
Tenggelam didasar jurang
Tanpa sebuah perjuangan
Aku menatapmu sebagai kelam
Yang tak ingin diselamatkan
Karena mungkin kita sama
Terjebak dalam ilusi tanpa nama
-Konspirasi-
Semesta berkonspirasi...
Sepakat menjauhkan langkah diantara kita
Aku tergugu diantara banyaknya kelam
Menanti jika kau akan kembali
Setidaknya diwaktu yang tepat
Sayangnya konspirasi semesta satu langkah lebih maju
Menyiksa kita hingga tak lagi berbekas
Hati ku kebas bersama serpihan kehancuran
Kamu pun tahu itu,
Bahwasanya kamu adalah keajaiban yang paling kupercaya
Konspirasi ini menyiksa,
Aku tak tau kau juga atau tidak
Namun lukamu tak juga terlihat
Atau mungkin kau memang tak pernah merasa luka dan duka
Nyatanya hanya aku lah yang kembali patah