Chereads / Ketika Dia Pergi Sebentar / Chapter 11 - Bab Khusus Puisi

Chapter 11 - Bab Khusus Puisi

-Nyaman-

Gelap bawa sunyi

Heningkan sekitar tanpa banyak kata

Dengan sederhana membawa bungkam

Disela tawa menggema oleh bahagia

Aku berisi banyak luka akan duka

Sedang hari ini berisi tentram sebuah tawa

Aku menepi diantara hiruk pikuk,

Hilang... tak lagi ditemui

Sayang semuanya menjadi begitu lengkap

Ruang nyaman yang tak lagi ditemui

Entah untuk yang keberapa kali

Menjelma akan sosok hangat tanpa ujung

Jadi terimakasih...

Aku ingin bilang rindu pada masa lalu

Bilang selamat tinggal pada duka perihal dulu

Yang aku harap berlalu

Menjadi bahagia tanpa ujung teruntuk luka perihal dulu...

-Risih-

Benar ternyata diam yang benar benar sunyi mampu menikammu

Mengulik setiap kisah yang hari demi hari mulai terlupakan

Benar ternyata bahwa sepi yang benar-benar hening mampu membunuhmu

Membawa rindu tanpa sebuah perhitungan

Kita manusia, sang perencana

Sayangnya semesta terlalu banyak mengambil alih

Entah rasa rindu, sunyi yang mencekam, hingga kenangan yang selanjutnya naik kepermukaan.

Lagu-lagu itu mencekik.

Sayang, aku tak tahu caranya beranjak,

Melupa caranya menjadi kuat,

Memilih lemah meniti setiap memori yang menyapa.

Antara aku, kamu, dia dan mereka.

Hingga hanya tersisa Rindu tanpa perlawanan.

Sendiri yang sesungguhnya mulai menghampiri,

Namun aku masih terpaku ditempat.

Tak ingin beranjak,

Walau tau semesta sedang mencoba menyakiti atau mungkin mengingatkan

Hal yang paling membunuh,

Adalah kamu yang harus ada

Adalah aku yang bisa mengenal mu

Adalah kita yang tak pernah menjadi bahagia

Dan juga adalah semesta yang selalu lupa memberi bahagia

-Riuh-

Kota terlalu bising,

Merayap tanpa ampun memecah tenang

Terbentengi oleh rasa ingin berhenti

Sunyi sejenak agar tidak lagi terlalu riuh

Mereka menepi akan kabut

Kabut yang tak lagi terbaca

Abu-abu atau paling tidak hitam

Tak lagi ada kamu, tak lagi kutemui.

Dimana pun itu...

Kota menjadi bising sejak kau tinggalkan

Tentang alasan yang terlupa begitu saja

Aku terlena,

Berharap suatu saat akan ada pahlawan

Sayang aku sering kali lupa,

Bahwa kota ini tak lagi miliki perlawanan

Kota yang memang bukan lagi punya kita

Mampuku hanya bungkam

Menunggu yang entah apa,

Hanya untuk menemukan sosokmu diantara mereka

Namun, kau tak kunjung menepi

Untuk sekedar memberi ruang,

Disudut kota yang dipenuhi riuh dalam mengenang.

-Kelam-

Matamu serupa kaca

Jernih, nyata dan begitu fana

Matamu serupa lentera

Bercahaya, penuh harapan dan hangat

Matamu serupa kelam

Sekali lagi aku menemukan pekat didalamnya

Matamu serupa kelam

Membuat aku kecewa hanya karena tak lagi ada gurat bahagia disana

Matamu serupa kelam

Yang tak lagi ditemani cahaya

Usang, asing dan terluka

Aku tak pernah suka...

Matamu serupa kelam

Kaca paling nyata tentang bayang milikku

Kelam dimatamu apa yang aku miliki bukan?

Jadi apa aku harus beranjak dari sudut pandangmu?

Jangan lagi pandang aku,

Matamu serupa kelam

Retinamu serupa ngilu didasar nestapa

Aku melupa, aku lah sumber Nyaa

-Pembelajaran-

Aku pernah begitu mencintaimu,

Membenci beberapa hal tentang dirimu,

Juga malu karena sifat konyol tak masuk akal diduniamu,

Sayangnya aku terjebak didalamnya.

Kamu tahu,

Bahwa aku selalu merindukanmu

Menolak hati baru hanya untuk mengenangmu,

Membiarkan duniaku terpaku tetap pada poros sandiwaramu,

Sandiwara paling menyenangkan sekaligus menyakitkan,

Tentang luka yang kau sembunyikan sebanyak yang kau mampu,

Aku masih membeku

Menanti tawa mu disetiap detikku.

Kasih,

Jangan pergi terlalu jauh

Sudah ratusan ribu rindu kubunuh hanya karenamu

Beribu tetes air mata pun sudah mengenang tentangmu

Dan kau selalu tahu,

Ditinggalkan olehmu adalah yang paling kubenci disisa duniaku.

-Porsi-

Manusia miliki porsinya

Banyak atau sedikit

Lebih atau kurang

Suka atau tidak

Sayangnya sampai pada kata cukup,

Harus ada proses panjang

Mungkin harus ada nya kegagalan

Mungkin juga harus dari ketidakmampuan

Bagaimana kalau kehancuran?

Apa setiap orang mampu untuk bangkit berdiri?

Aku fikir tidak, tapi tak menutup kemungkinan

Tapi aku juga berharap banyak yang ingin melangkah kembali

Agar banyak yang paham

Sampai pada kata cukup adalah tentang pengendalian

Bahwa dirimu adalah porsi yang cukup untuk semesta

Diciptakan oleh tuhan untuk dapat mengendalikan dunia

Sayangnya, mereka kembali memenangkan ego

Hingga perihal porsi selalu ingin yang lebih

Padahal cukup melihat sekitarnya

Tentang apa yang tak dimiliki orang lain

Tapi mampu ada didalam dirimu

Begitu pula tentang makna syukur yang sesungguhnya

Perihal porsi yang diberi

Adalah tentang syukur akan apa yang dimiliki

Karena sepantasnya,

Porsi pemberian tuhan adalah yang paling adil nyatanya.

-Luka-

Hari ini luka masih tertutupi

Masih banyak yang bersembunyi

Banyak sakit yang juga tertahan

Banyak bahagia yang terpalsukan

Bersama luka aku mengerti

Duka tak selalu berakhir buruk

Tak melulu tentang tangis

Juga segala sesuatu yang menyakitkan

Bersama duka aku paham

Ada bahagia di bagian selanjutnya

Ada cerita disetiap detiknya

Juga syukur yang tak tersirat maknanya

Hari ini mungkin luka ku tertutupi

Juga bahagia yang juga tak menjadi nyata

Tapi aku cukup mengerti

Tak ada bahagia dan luka yang selamanya.

-Ponsel-

Jangan tatap yang lain,

Biarkan hanya terpusat padaku

Kita sudah terlalu lama membisu

Membiarkan semesta mengambil alih

Maka biarkan ini jadi waktu ku

Menyimpan rupa mu disudut ingatan

Melukis tentang mu disudut kebahagian

Hingga nanti luka ingin kembali menyapa

Akan ku kukirimkan pesan bahwa bahagia ku selalu tersimpan rapi

Biarkan segala tentangmu hanya berhubungan denganku

Detik, Menit, Jam, Hari ini ku kukisahkan sebagai nyata kita,

Melupakan nestapa,

Bahwa kau tak lagi mimpi yang hilang kala aku beranjak sadar

Jikalau nyatanya kau terlalu jauh tak kukenali

Maka simpan ponselmu sayang...

-Semesta-

Aku ingat...

Pertemuan kita diisi oleh debat tak berujung

Tentang kau yang bertahan pada kelam

Dan aku yang bertahan untuk menyelamatkan

Kau bohong,

Saat kau katakan kau nyaman didunia itu

Kau bohong,

Saat kau katakan kau tak butuh sebuah pertolongan

Aku mencoba menarik mu pergi

Kau tak lagi mau perduli

Karena mungkin bagimu...

Duka adalah apa yang harus disimpan sendiri

Manusia lain tak perlu paham,

Hingga biarkan dirimu mati dalam penyesalan

Mati dalam beribu pertanyaan

Kenapa dulu tak ada ingin beranjak meraih kebahagiaan

Kau serupa kotak hitam tanpa kunci

Semesta mendekap mu terlalu erat

Tenggelam didasar jurang

Tanpa sebuah perjuangan

Aku menatapmu sebagai kelam

Yang tak ingin diselamatkan

Karena mungkin kita sama

Terjebak dalam ilusi tanpa nama

-Konspirasi-

Semesta berkonspirasi...

Sepakat menjauhkan langkah diantara kita

Aku tergugu diantara banyaknya kelam

Menanti jika kau akan kembali

Setidaknya diwaktu yang tepat

Sayangnya konspirasi semesta satu langkah lebih maju

Menyiksa kita hingga tak lagi berbekas

Hati ku kebas bersama serpihan kehancuran

Kamu pun tahu itu,

Bahwasanya kamu adalah keajaiban yang paling kupercaya

Konspirasi ini menyiksa,

Aku tak tau kau juga atau tidak

Namun lukamu tak juga terlihat

Atau mungkin kau memang tak pernah merasa luka dan duka

Nyatanya hanya aku lah yang kembali patah