Chereads / ALONE WITHOUT PARENTS / Chapter 7 - Tertangkap Basah

Chapter 7 - Tertangkap Basah

Tok.... Tok... Tok...

"Permisi," ucap Aneska.

Aneska mengetuk pintu terlebih dahulu. Hingga akhirnya Guru BK itu mengizinkannya untuk masuk.

"Silahkan masuk."

Aneska dan kak Reza segera masuk ke dalam ruang BK. Guru BK itu tidak asing lagi kenapa Aneska dan kakaknya masuk ke ruang BK. Karena sudah pasti untuk memenuhi panggilan sekolah untuk Aneska yang di berikan olehnya langsung kepada Aneska.

"Aneska?" sapa Guru BK itu.

"Yoi. Iya, Bu."

"Selamat pagi, Bu," sapa kak Reza.

"Selamat pagi juga, Pak. Silahkan duduk."

"Terima kasih, Bu."

Aneska dan kak Reza pun langsung duduk di kursi yang sudah di sediakan di ruang BK. Tepatnya di hadapan Guru BK itu. Kak Reza dan Guru BK sekolahnya Aneska pun langsung membicarakan permasalah yang terjadi dengan Aneska selama di sekolahnya.

"Kalo boleh tau, ini Ayahnya atau siapanya Aneska ya?" tanya Guru BK Aneska.

"Saya kakak kandungnya Aneska, Bu."

"Oh gitu. Baik kalo gitu. Terima kasih sudah meluangkan waktunya untuk datang ke sini. Saya mengundang Bapak ke sini karena ada beberapa yang mau saya sampaikan tentang perbuatan Aneska selama ini di sekolah."

"Iya Bu. Akan saya dengarkan."

Guru BK itu kemudian langsung menjelaskan semua perbuatan Aneska selama di sekolah. Mulai dari kebiasaannya yang selalu menggunkan celana di sekolah, tidur di kelas, menyontek, dan bahkan masalah yang baru saja di lalukan olehnya kemarin. Yaitu memukul kakak kelasnya sendiri di lingkungan sekolah.

"Saya mengerti Bu kenapa Ibu sampao memanggil saya ke sekolah seperti ini. Saya meminta maaf kepada Ibu karena kelakuan ade saya ini," jawab kak Reza setelah mendengarkan penjelasan dari Guru BK Aneksa di sekolah.

"Iya Pak. Mohon bimbingannya untuk Aneska di rumah supaya dia bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Entah itu untuk di sekolah atau lingkungan yang lainnya. Karena kalo sampai Aneska mengulangi kesalahan yang sama, terpaksa saya akan memberhentikan Aneska dari sekolah."

"Iya Bu. Pastinya. Saya juga titip Aneska selama di sekolah. Kalo dia salah, hukum dia aja yang sesuai dengan perbuatannya Bu. Saya akan pastikan jika Aneska tidak akan melalukan kesalahan yang sama."

"Iya Pak, pasti."

"Kalo gitu saya permisi dulu Bu. Karena saya juga harus segera berangkat kerja."

"Iya, silahkan. Terima kasih banyak ya Pak karena sudah meluangkan waktunya untuk datang ke sini. Aneska juga Ibu harap kamu bisa menjadi murid yang lebih baik lagi ya."

"Iya Bu," jawab Aneska.

"Kalo gitu saya permisi dulu Bu. Assalamualaikum."

"Permisi, Bu. Assalamualaikum."

"Waalaikumsallam."

Setelah semuanya selesai, Aneska dan kakaknya langsung keluar dari runagan BK itu. Kak Reza segera pergi ke kantornya untuk bekerja. Sedangkan Aneska langsung kembali ke dalam kelasnya untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar yang sebentar lagi akan segera di laksanakan.

"Kakak bernagkat kerja dulu ya. Kamu hati-hati di sini. Jangan buat kakak kecewa lagi," ucap kak Reza.

"Yoi kak."

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsallam."

Setelah kak Reza pergi dari sekolahnya, Aneska langsung pergi menuju ke kelasnya.

******

Di dalam kelas semua murid sudah berkumpul untuk melakukan kegiatan belajar mengajar. Di sana juga sudah ada Rama, Ken, dan Rio yang menunggu kehadiran Aneska di dalam kelasnya. Karena mereka bertiga tahu jika pagi ini Aneska akan menghadapi Guru BK bersama dengan walinya.

"Gimana Nes? Aman kan lu? Di kasih hukuman apa sama Guru BK?" tanya Ken.

"Aman. Tapi kalo gua kaya gitu lagi, gua di keluarin dari sekolah. Asik banget kan tuh. Ayo kita ribut, haha," jelas Aneska.

"Aneh banget si lu. Malah mau keluar dari sekolah," sahut Rama.

"Kan enak. Jadinya gua ga perlu susah-susah lagi ngerjain tugas sekolah, haha."

"Hahaha. Dasar lu. Yaudah yu masuk. Sebentar lagi Guru killer datang tuh."

"Yoi."

Aneska dan ketiga sahabatnya pun masuk ke dalam kelasnya. Mereka semua duduk di tempatnya masing-masing. Tetapi Aneska tidak bisa duduk bersama dengan salah satu sahabatnya. Karena peraturan di sekolah, murid perempuan dan laki-laki tidak boleh di satukan. Sehingga dengan terpaksa Aneska harus duduk dengan murid perempuan yang lainnya. Walaupun sebenarnya Aneska tidak nyaman duduk dengannya. Karena wanita itu tidak suka dengan Aneska. Dia selalu saja jutek kepada Aneska.

Tidak lama kemudian Guru yang akan mengajar di dalam kelasnya pun tiba.

"Selamat pagi anak-anak," sapa Guru itu.

"Pagi Bu....," jawab semua murid yang ada di kelas.

"Hari ini kita ulangan harian ya. Siapkan kertas dan pensil saja yang ada di meja kalian. Kalo sampai ada buku di atas meja kalian, Ibu kan menghukumnya."

"Yahh Ibu. Kok mendadak banget si."

"Iya nih Bu. Kenapa ga bilang dari kemarin?"

Semua murid pun langsung protes dengan Gurunya itu karena sudah membuat ulangan harian dadakan tanpa pemberitahuan terlebih dahulu sebelumnya. Namun Guru itu tetap saja akan mengadakan ulangan harian hari ini. Semua murid yang tidak bisa melakukan apa-apa lagi hanya bisa pasrah dengan hasil nilai ulangan hariannya kali ini.

"Engga ada yang boleh protes. Kalo kalian rajin belajar, pasti kalian akan siap untuk menghadapi ujian kapanpun itu. Sekarang segera siapkan kertas dan pensilnya."

"Baik Bu...."

Ulangan harian itu kini sudah di mulai. Ulangan harian kali ini akan berlangsung selama dua jam kedepan. Setelah dua jam nanti, selesai tidak selesai maka semua murid harus mengumpulkannya tepat waktu.

Sudah satu jam lebih tetapi Aneska belum juga menjawab satu soal pun. Ini adalah mata pelajaran matematika. Pelajaran yang sangat di benci oleh Aneska. Dan sudah pasti dia tidak bisa menjawabnya. Aneska pun mulai melakukan aksinya kali ini.

"Sttt... Woy, nomor 1 apaan jawabannya?" bisik Aneska kepada teman di sebelahnya, yaitu Ken sambil menyenggol kakinya.

"Lu belum sama sekali?"

"Yoi. Bagi jawabannya sini."

"Aneska...," teriak Gurunya itu. Membuat Aneska langsung tekejut.

"Yoi. Eh, iya Bu," jawab Aneska.

"Kamu sedang apa?"

"Lagi mikir Bu buat jawab soalnya."

"Hahahaha." Suara tawa dari teman-teman kelasnya meledak ketika mendengar jawaban dari Aneska barusan.

"Mengerjakan soal itu dengan otak dan tangan. Bukan dengan mulut."

"Iya Bu, saya lagi berdo'a tadi supaya di lancarkan menjawab soalnya."

"Berdoanya di dalam hati."

"Yoi Bu. Eh, iya Bu."

"Hahaha."

Lagi-lagi semua murid yang ada di kelasnya di buat tertawa terbahak-bahak karena jawaban dari Aneska yang sangat konyol. Kini ketangkap basah sudah Aneska oleh Gurunya sendiri. Kini Guru tersebut terus memperhatikan gerak gerik Aneska. Sampai akhirnya Aneska tidak bisa berkutik lagi di hadapannya. Dan itu adalah perbuatan yang tidak adil bagi Aneska. Ketika Guru tersebut terus memperhatikan Aneska tanpa memeprhatikan murid yang lainnya. Membuat murid yang lainnya dengan leluasa melakukan aksi contek menyontek. Namun Guru tersebut tetap terus mengawasi Aneska sampai waktu untuk mengerjakannya telah selesai.

-TBC-