Chereads / ALONE WITHOUT PARENTS / Chapter 8 - Memanfaatkan Keadaan

Chapter 8 - Memanfaatkan Keadaan

"Hahaha."

Lagi-lagi semua murid yang ada di kelasnya di buat tertawa terbahak-bahak karena jawaban dari Aneska yang sangat konyol. Kini ketangkap basah sudah Aneska oleh Gurunya sendiri. Kini Guru tersebut terus memperhatikan gerak gerik Aneska. Sampai akhirnya Aneska tidak bisa berkutik lagi di hadapannya. Dan itu adalah perbuatan yang tidak adil bagi Aneska. Ketika Guru tersebut terus memperhatikan Aneska tanpa memeprhatikan murid yang lainnya. Membuat murid yang lainnya dengan leluasa melakukan aksi contek menyontek. Namun Guru tersebut tetap terus mengawasi Aneska sampai waktu untuk mengerjakannya telah selesai.

Kring... Kring... Kring....

Bel sekolah Aneska sudah berbunyi kembali. Itu artinya ujian harian kali ini juga sudah berakhir. 

"Waktunya sudah habis. Selesai tidak selesai, kumpulkan hasil ujian hari ini di depan meja Ibu," perintah Guru itu.

"Baik Bu...," jawab semua murid yang ada di kelas itu.

Setelah semuanya sudah mengumpulkan hasil ulangan harian kali ini, semua murid pun sudah di perbolehkan untuk istirahat siang ini. Sebelum nantinya bel sekolah akan kembali berbunyi kembali dan semua murid harus kembali ke kelas masing-masing. Untuk melanjutkan kegiatan belajar mengajar yang tertunda.

Aneska dan ketiga temannya itu pun langsung pergi menuju ke kantin. Mereka semua akan menghabiskan jam istirahat mereka untuk makan bersama di kantin.

******

Di kantin.

"Gila si lu Nes. Berani banget jawabin Guru killer itu. Mana jawabinnya ngasal banget lagi," ucap Rama sambil menikmati makan siangnya kali ini.

"Emang dia doang dah emang yang paling jagoan di sini. Hahaha," sambung Ken.

"Ya lagian. Dia curang tau. Masa gua di liatin terus. Yang lain aja engga. Sialan bamget emang," jawab Aneska.

"Terus lu akhirnya jawab berapa soal Nes?" tanya Rio.

"Ga tau dah berapa. Itu juga gua ngasal. Yang penting ada coretan di kertas dikit. Hahaha."

"Sialan emang ini anak. Santai banget bro hidupnya, hahaha."

Seperti itu lah Aneska ketika sedang bersama teman-temannya. Tertawa bersama, bercanda bersama tanpa ada rasa saling tersinggung akibat perkataan satu sama lain. Karena Aneska dan ketiga temannya itu sudah terbiasa dengan perkataan-perkataan satu sama lain. Tidak seperti ketika Aneska sedang berada di rumahnya. Walaupun katanya rumah itu katanya adalah tempat yang paling hangat, itu semua tidak berlaku bagi Aneska. Aneska lebih bahagia ketika bersama dengan teman-temannya.

Aneska dan ketiga temannya itu melanjutkan makan siangnya bersama. Hingga akhirnya bel sekolah kembali berbunyi dan semua murid harus kembali ke kelasnya masing-masing untuk melanjutkan kegiatan belajar mengajar terakhir kali ini. Kali ini Aneska aman. Karena tidak ada ulangan harian yang di adakan secara mendadak lagi. Hanya belajar seperti biasanya saja. Setelah itu bel sekolah yang terakhir akan kembali berbunyi dan semua murid sudah boleh pulang ke rumahnya masing-masing.

******

"Nes," panggil Ken. Aneska pun langsung menengok ke arahnya.

"Yoi?"

"Langsung balik? Ga mau main dulu?"

"Engga deh. Gua langsung cabut aja."

"Yaudah kalo gitu. Hati-hati lu."

"Yoi."

Aneska lagi-lagi kali ini memutuskan untuk kembali pulang ke rumah. Karena Aneska tahu jika suasana di rumah sedang tidak enak. Apalagi setelah Aneska di panggul oleh pihak sekolah. Sudah pasti kak Vanessa kali ini sedang marah dengannya. Untung saja kak Reza mau datang ke sekolah untuk memenuhi panggilan Aneska dari sekolahnya. Tetapi Aneska tidak mau membuat suasana di rumah menjadi semakin tidak enak. Sehingga Aneka lebih memilih untuk segera pulang ke rumahnya dan tidak mencari masalah lagi dengan kakak iparnya itu.

Aneska pulang ke rumahnya dengan berjalan kaki. Karena Aneska tidak mau membuat kakaknya susah akinat dia yang boros menggunakan uang. Maka dari itu Aneska pasti selalu menggunkan uang dari kakakanya atau Mamahnya dengan sangat irit. Sebisa mungkin Aneska menggunkana uang itu dengan sebaik mungkin. Dia tidak akan menggunakan uang itu dengan sembarangan.

******

Di rumah Aneska.

Ternyata kali ini di rumah Aneska sudah terdapat Mamahnya yang sedang menjengguk Aneska di rumah. Kali ini Mamah Aneska datang ke rumah hanya sendirian. Tanpa suaminya. Kak Vanessa yang kedatangan Mamah mertunya itu langsung bersikap baik kepadanya. Karena selama ini Mamah Aneska juga tidak mengetahui sikap kak Vanessa yang sebenarnya. Apalagi sikapnya kepada Aneska. Jika dia tahu, sudah pasti kak Vanessa akan di pecat menjadi menantunya.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsallam. Eh, Mamah? Masuk Mah silahkan."

"Aneska belum pulang sekolah ya?"

"Belum Mah. Palingan juga sebentar lagi. Mamah mau makan apa? Atau mau minum apa? Biar Vanessa buatin ya."

"Ga usah repot-repot. Mamah di sini cuma sebentar doang kok. Mamah mau tanya sama kamu boleh?"

"Ya boleh dong Mah. Kenapa?"

"Aneska itu baik-baik aja kan sekarang? Soalnya kemarin dia itu datang ke rumah Mamah. Wajahnya seperti orang yang lagi sedih gitu. Mamah tanya tapi dia ga mau jujur sama Mamah. Kamu tau ga kenapa?"

"Kesempatan bagus nih buat gua. Supaya gua bisa dapatin uang dari Mamah," ucap kak Vanessa di dalam hatinya.

"Gimana ya Mah. Aku ga enak jawabnya. Ga enak ceritanya."

"Ga apa-apa ya ampun. Kalo ada masalah, cerita aja sama Mamah. Kalo Mamah bisa bantu, pasti Mamah akan bantu."

"Jadi sebenarnya Aneska itu sedih karena dia belum bayaran sekolah, Mah. Mas Reza juga kan lagi ga punya uang. Aduh, aku ga enak banget ceritanya ke Mamah. Padahal Mas Reza bilang kalo aku jangan sampai cerita ke Mamah sama Ayah."

"Astaga. Kamu tenang aja, Mamah ga akan kasih tau ke Reza kalo kamu udah cerita ke Mamah. Pantesan Aneska kemarin itu wajahnya murung banget. Emangnya berpasangan bayaran sekolahnya?"

"Bukan bayaran sekolah si ya Mah. Tapi biaya buku dan yang lain-lainnya. Hampir 2 jutaan, Mah."

"Yaudah kalo gitu nanti Mamah transfer ke kamu. Dan tolong kamu langsung bayarin semua keperluan Aneska ya. Kasihan dia. Kalo ada apa-apa, langsung bilang aja ke Mamah. Karena Mamah ga mau kalo sampai Aneska sedih hanya karena masalah ini."

"Iya Mah. Maaf ya Mah udah ngerepotin Mamah. Seharusnya aku ga usah cerita kaya gini ke Mamah."

"Kamu itu apa-apaan si. Aneska itu kan anak Mamah. Jadi dia tanggung jawab Mamah."

"Iya Mah. Makasih Mah."

Dengan teganya kak Vanessa meminta uang dengan cara membohongi Mamah mertunya sendiri. Dan yang lebih parahnya lagi kak Vanessa meminta uang itu mengatasnamakan Aneska. Kak Vanessa itu memang bukan hanya jahat kepada Aneska, tetapi kepada Mamah mertunya sendiri juga. Bagi kak Vanessa, Aneska adalah aset berharga yang dia miliki untuk meminta uang kepada Mamah mertua atau Ayah mertuanya.

-TBC-