Chereads / ALONE WITHOUT PARENTS / Chapter 9 - Kedatangan Mamah Aneska

Chapter 9 - Kedatangan Mamah Aneska

"Iya Mah. Makasih Mah."

Dengan teganya kak Vanessa meminta uang dengan cara membohongi Mamah mertunya sendiri. Dan yang lebih parahnya lagi kak Vanessa meminta uang itu mengatasnamakan Aneska. Kak Vanessa itu memang bukan hanya jahat kepada Aneska, tetapi kepada Mamah mertunya sendiri juga. Bagi kak Vanessa, Aneska adalah aset berharga yang dia miliki untuk meminta uang kepada Mamah mertua atau Ayah mertuanya.

"Bagus. Kalo kaya gini gua bisa manfaatin Mamah dengan mudahnya. Gua bisa dapatin uang dari Mamah dengan sangat mudah tanpa gua harus minta sama Mas Reza. Karena kalo gua minta uang sama Mas Reza, yang ada gua malah di marahin abis-abisan. Ada manfaatnya juga si Aneska buat gua," ucap kak Vanessa di dalam hatinya.

Tidak lama kemudian Aneska pulang dari sekolahnya. Setibanya di rumah, Aenska terkejut karena melihat sudah ada Mamahnya yang sedang mengobrol di ruang tamu bersama dengan kak Vanessa.

"Assalamualaikum," ucap salam Aneska.

"Waalaikumsallam," jawab kka Vanessa dan Mamahnya.

"Mamah? Ngapain Mamah di sini? Pasti karena di suruh sama kak Vanessa nih. Mau ngapain lagi si dia," ucap Aneska di dalam hatinya.

"Sayang? Kamu udah pulang sekolah nak?" tanya Mamahnya.

"Yoi. Mamah ngapain di sini?"

"Mamah cuma mau liatin anak Mamah. Emangnya ga boleh ya?"

"Ya boleh. Tumben aja. Ga di suruh sama orang kan Mah buat datang ke sini?"

"Sialan. Aneska kayanya nyindir gua. Untung aja ada Mamah lu. Kalo engga, udah habis lu," ucap kak Vanessa di dalam hatinya.

"Aneska sayang. Kamu mau makan apa? Biar kakak siapin ya," ucap kak Vanessa untuk mengalihkan pembicaraan yang sedang Aneska bicarakan.

"Ga usah repot-repot Vanessa. Mamah mau ajak Aneska makan di luar aja. Kamu mau kan sayang?"

"Yoi."

"Yaudah kalo gitu kita pamit keluar dulu ya Vanessa. Assalamualaikum."

"Waalaikumsallam."

Aneska dan Mamahnya pun pergi keluar untuk mencari makan bersama. Sedangkan kak Vanessa yang jelas-jelas ada di depan mata mereka tidak di ajak sama sekali. Hal itu membuat kak Vanessa merasa kesal.

"Sialan. Gua ada di sini tapi kaya ga di liat gitu aja. Untung aja gua masih dapatin uang dari Mamahnya," ucap kak Vanessa.

******

Aneska dan Mamahnya mencari makan dengan menggunakan taksi online yang sengaja di pesan oleh Mamahnya. Kali ini Mamahnya akan mengajak Aneska makan di restoran dengan masakan yang enak. Mamah Aneska memang sering sekali memanjakan Aneska. Tidak seperti Ayahnya. Namun hal itu lah yang membuat Aneska tidak enak jika lama-lama berada di samping Mamahnya sendiri.

"Mau makan dimana si Mah?" tanya Aneska.

"Setau Mamah ada restoran enak di sekitar sini. Kita makan di sana ya."

"Jangan boros Mah. Mamah juga kan pasti punya keperluan sendiri."

"Kamu ga usah mikirin itu. Ga bagus kamu mikirin masalah itu. Mamah ada kok uangnya. Makanya Mamah ajak kamu makan di situ. Yang penting anak Mamah bahagia."

"Yoi. Terserah."

"Aku ga bahagia Mah dengan ini semua. Bahkan aku rela tinggal di bawah kolong jembatan asalkan Mamah dan Ayah bisa bersatu seperti dulu. Menjadi keluarga yang lengkap. Bukan seperti ini yang aku mau," ucap Aneska di dalam hatinya.

Aneska sudah memperingati Mamahnya supaya tidak boros. Tetapi Mamahnya tetap ingin makan di tempat yang paling baik untuk anak kesayangannya. Selama 15 menit di perjalanan, kini Aneska dan Mamahnya sudah tiba di restoran yang Mamahnya Aneska maksud. Setibanya di restoran itu, Aneska dan Mamahnya pun langsung masuk ke dalam. Dan langsung memesan makanan yang tersedia di sana.

"Kamu mau makan apa sayang?" tanya Mamah Aneska.

"Apa aja."

"Yaudah kalo gitu. Mba," panggil Mamah Aneska kepada pelayan yang ada di restoran itu. Kemudian pelayan itu datang menghampirinya.

"Ada yang bisa saya bantu Bu?"

"Saya mau pesab makanan yang terkenal di sini dua porsi ya Mba. Minumnya es jeruk dua."

"Baik kalo gitu Bu. Di tunggu sebentar ya."

"Iya, makasih Mba."

Setelah memesan makanan, pelayan tadi pun kembali ke belakang untuk menyiapakan semua pesanannya. Sambil menunggu pelayan tadi datang, Aneska justru malah asik bermain games di handphonenya. Padahal di depannya ada Mamahnya yang jarang dia temui. Hingga akhirnya Mamahnya memulai untuk membuka percakapan di antara mereka berdua.

"Kamu gimana nak sekolahnya?" tanya Mamah Aneska.

"Gitu-gitu aja," jawab Aneska dengan sangat singkat.

"Kok gitu-gitu aja si? Kaatanya kemarin kamu di panggil sama sekolah ya? Kenapa? Kamu berantem lagi ya?"

"Yoi."

"Kamu itu mau jadi apa si nak malah berantem terus kaya gitu. Kamu itu anak cewek loh. Seharusnya kamu bisa kalem lebih sedikit seperti cewek pada umumnya."

"Cita-cita aku jadi petinju."

"Apa? Yang benar aja kamu."

"Yoi."

Mamah Aneska hanya bisa menggelengkan kepala saja setelah mendengar jawaban dari anaknya barusan. Mamahnya sendiri tidak tahu lagi harus bicara apa dengan anak bungsunya itu. Tidak lama kemudian datang pelayan tadi untuk membawakan pesanannya.

"Permisi, Bu. Pesanannya sudah siap."

"Oh iya. Makasih ya Mba."

"Sama-sama, Bu."

Kemudian pelayan itu kembali meninggalkan Aneska dan Mamahnya untuk menikmati makan sore mereka berdua.

"Makan yang banyak sayang. Nanti kalo kurang, pesan aja lagi."

"Yoi Mah."

Kini Aneska dan Mamahnya pun menikmati makan sore mereka bersama di restoran yang cukup terkenal itu. Mamah Aneska berharap jika Aneska bisa bahagia karena makan di restoran itu. Padahal yang Aneska inginkan adalah sebuah keluarga yang utuh. Bukan makanan yang mewah.

******

Di rumah Ayah Aneska.

Rumah itu sebenarnya bukan rumah yang di miliki oleh Ayah Aneska begitu saja. Rumah itu adalah rumah yang di sewa oleh Ayahnya Aneska selama beberapa tahun kedepan. Dan pembayarannya sudah di lakukan oleh Ayah Aneska dengan uangnya. Maka dari itu kak Vanessa dan kak Reza sebenarnya hanya menumpang saja di rumah Ayahnya Aneska. Tetapi sikap kak Vanessa tetap seenaknya dengan Aneska.

Sedangkan rumah yang di tinggalkan oleh Mamahnya Aneska juga bukan rumah miliknya begitu saja. Tetapi itu adalah kontrakan yang setiap bulannya Mamahnya harus membayarnya. Maka dari itu Aneska selalu merasa tidak enak jika Mamahnya memberikan uang kepadanya. Karena dia tahu jika Mamahnya itu juga membutuhkan uang yang banyak untuk bayar kontrakan dan yang lainnya.

Setelah Aneska dan Mamahnya pergi keluar untuk makan sore bersama, tidak lama kemudian kak Reza tiba di rumah.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsallam. Udah pulang Mas?"

"Iya. Kok tumben banget rumahnya sepi? Aneska mana? Jangan bilang kalo kamu jahatin dia lagi ya. Makanya dia pergi ke rumah Mamahnya lagi," tanya kak Reza dengan asal.

-TBC-