"Ampun ga lu? Hah? Ampun ga?" teriak kak Vanessa.
Kakak ipar Aneska itu terus menenggelamkan kepala Aneska ke dalam bak besar yang berisi air dan berteriak sangat kencang terhadapnya. Sebenarnya apa yang di lakukan oleh kakak iparnya itu sekarang justru tidak menjadikan Aneska menghormati dirinya. Yang ada, Aneska menjadi semakin benci kepadanya.
Aneska juga tidak mengeluarkan suara sama sekali. Dia tidak menuruti perkataan kakak ipranya itu supaya dia meminta maaf dan ampun kepadanya. Hal itu membuat kakak ipar Anesks semakin murka kepadanya.
"Lu ga punya mulut hah?" bentaknya lagi.
"Gua ga sudi minta maaf sama lu sampai gua mati juga. Walaupun gua mati justru itu bagus, supaya lu bisa di penjara sampai mati juga," jawab Aneska.
"Hahaha. Di sini ga ada orang kecuali kita berdua. Jadi ga ada saksi yang bisa masukin gua ke penjara."
Kakak ipar Aneska itu pun semakin menjadi-jadi untuk menyiksa Aneska. Sampai pada akhirnya anak dari kakak ipar Aneska itu terbangun dari tidurnya karena mendengar suara berisik dari Ibunya sendiri. Dan anak itu berjalan mendekati Ibunya.
"Mamah..," panggilnya.
Sontak kakak ipar Aneska itu memberhentikan aksinya dan menghampiri anaknya yang baru terbangun dari tidurnya itu.
"Eh sayang. Udah bangun nak?" tanya kak Vanessa.
"Mamah lagi ngapain sama Tante Aneska?" tanyanya.
"Engga kok, ga ngapa-ngapain," jawab kak Vanessa.
"Kok Tante Aneska basah-basahan si?"
"Iya, kak Aneska belum mandi. Jadinya Mamah mandiin."
"Ihhh Tante, udah besar kok masih di mandiin." Begitu polosnya jawaban dari anak kecil itu.
"Andai kamu ngerti de. Mamah kamu itu adalah orang yang sangat jahat," ucap Aneska di dalam hati.
"Beruntung lu ya, sekarang masih bisa bebas," ucap kak Vanessa kepadanya.
"Kamu mau makan nak? Hm? Lapar? Mau makan apa?"
Akhirnya kakak ipar Aneska itu pergi meninggalkan Aneska dan melupakan hukuman yang sedang di berikan kepada Aneska.
Aneska kemudian langsung pergi ke kamarnya. Wanita itu langsung mengganti pakaiannya. Karena kini pakaiannya sudah basah kuyup akibat perbuatan kaka iparnya itu. Apalagi wajahnya, matanya sudah sangat merah karena di tenggelamkan di dalam air oleh kakak iparnya.
Di dalam kamarnya, Aneska melirik ke arah kanannya. Terdapat sebuah bingkai foto yang terpajang di atas meja dengan indahnya. Foto itu berisikan foto Aneska, Ayah, Mamah, dan kakak-kakaknya. Tampak terlihat dari wajah mereka yang berada di foto itu sebuah kebahagiaan. Membuat Aneska sangat rindu dengan moment seperti itu.
"Aku kangen Ayah dan Mamah yang utuh seperti dulu. Aku kangen suasana harmonis keluarga ini. Semuanya berubah semenjak Ayah dan Mamah berpisah. Sekarang semuanya udah ga sayang sama aku. Semuanya ga ada yang perduli lagi sama aku," batin Aneska. Tanpa di sadari air mata bercucuran di pipinya.
Aneska sangat terlihat kuat dan bahagia ketika berada di depan teman-temannya. Aslinya dia adalah seperti ini. Dia tersiksa oleh keluarganya sendiri. Bahkan keluarga yang seharusnya menjadi tempat kebahagiaan dan kehangatan tidak di dapatkan oleh Aneska di dalam keluarganya itu. Ketika berada di tengah-tengah keluarganya, Aneska justru merasa sedang berada di dalam neraka. Maka dari itu Aneska lebih suka berada di luar bersama dengan teman-temannya.
*****
Sudah hampir 2 jam Aneska berada di kamarnya dan mengunci pintu. Kakak iparnya pun tidak tahu sekarang kemana. Terakhir kali dia mau mengajak anak semata wayangnya itu untuk makan di luar rumah. Tidak lama kemudian kak Vanessa kembali ke rumah. Dia langsung berteriak memanggil nama Aneska.
"Aneska. Nes...," Teriak wanita berusia 30 tahun itu ketika sampai di rumah karena tidak melihat batang hidung Aneska di rumah.
"Nes... Aneska. Tidur lu? Enak banget lu. Bukannya nyapu kek, ngepel, ngapain gitu. Enak-enakan aja lu males-malesan," teriak wanita itu di depan kamar Aneska sambil mengetuk-ngetuk pintu kamarnya. Namun teriakannya tidak di jawab juga oleh Aneska.
"Nes... Di kunci lagi pintunya."
Mengetahui pintu kamar Aneska di kunci, kaka ipar Aneska itu langsung menuju ke sebuah lemari besar yang berada di kamarnya. Dia mengambil kunci serep kamar Aneska supaya dia bisa membukanya. Tanpa berpikir panjang, kak Vanessa pun langsung membuka pintu kamar Aneska.
"Liat lu ya Nes, gua kasih hukuman lagi. Nes..."
Terkejut wanita itu melihat Aneska yang sudah tidak ada di kamarnya.
"Loh, kemana dia?" tanya kak Vanessa kepada dirinya sendiri.
Kakak ipar Aneska yang memiliki nama Vanessa itu merasa panik. Panik, bukan khawatir. Dia panik karena takut di marahi oleh suaminya, alias kakak kandung dari Aneska jika dia kabur dari rumah karena ulahnya. Takut dengan Ayah Aneska juga ketika nanti dia pulang ke rumah. Dan takut tidak bisa mendapatkan uang bulanan dari Mamah Aneska karena sekarang Aneska sudah tidak ada lagi di rumah.
Kak Vanessa langsung menelpon Aneska. Berdering, tetapi tidak di jawab oleh Aneska. Panggilan ke dua justru handphonenya sudah tidak aktif lagi. Kak Vanessa semakin takut akan di marahi oleh suaminya karena Aneska sekarang sudah tidak ada di rumah.
"Kurang hajar. Sekarang handphonenya malah mati. Kemana si itu anak. Kalo dia ga ada di rumah sampai Mas Reza pulang, yang ada gua kena marah sama dia," ucap kak Vanessa di dalam hatinya.
Reza yang dia maksud adalah suaminya. Walaupun kakak iparnya Aneska sangat membenci Aneska, tetapi kak Reza, kakak kandungnya Aneska sangat menyayanginya. Itu lah alasan kenapa kak Vanessa sangat takut kena marah dari suaminya sendiri.
*****
Tok... Tok.... Tok...
"Assalamualaikum. Mah...," teriak Aneska dari luar.
Ternyata Aneska kali ini sedang berada di rumah Mamahnya. Padahal rumah Mamahnya itu sangat jauh dari rumahnya. Tetapi Aneska tetap datang ke rumah Mamahnya itu karena dia sedang merasa sedih dan kangen dengan Mamahnya.
Tidak lama kemudian ada seseorang yang membukakan pintu untuknya. Tetapi bukan Mamahnya. Tidak lain dan tidak bukan yang membukakan pintunya itu adalah suami dari Mamahnya. Atau Ayah tiri Aneska.
"Waalaikumsallam. Eh, Aneska. Masuk dulu sini. Mamah kamu lagi keluar dulu sebentar," jelasnya.
"Yoi. Kalo gitu aku tunggu di depan aja," jawab Aneska dengan sangat sinisnya.
"Masuk aja dulu. Masa nunggu di luar si."
"Ga apa-apa. Di luar aja."
"Yaudah kalo gitu."
Aneska itu memang sangat tidak menyukai Ayah tirinya itu. Karena dari awal Aneska juga tidak setuju jika Mamahnya menikah kembali. Namun walaupun sudah hampir dua tahun lamanya setelah Mamahnya menikah lagi, sampai sekarang Aneska tidak bisa menerima Ayah tirinya itu. Namun Aneska tetap datang ke rumah Mamahnya karena dia hanya ingin bertemu dengan Mamahnya. Bukan Ayah tirinya.
Aneska pun memilih untuk menunggu Mamahnya di luar. Aneska tidak mau masuk ke dalam rumahnya jika hanya ada Ayah tirinya saja. Aneska menunggu di luar hingga akhirnya Mamahnya itu kembali ke rumah.
"Aneska?" panggil Mamahnya.
-TBC-