"Aneska?" panggil Mamahnya.
"Yoi, Mah. Apa kabar Mah?"
"Alhamdulillah Mamah baik. Kamu gimana? Kakak kamu juga baik semuanya kan?"
"Yoi. Semuanya baik-baik aja Mah."
"Yaudah kalo gitu masuk dulu yu. Masa ngobrol di luar kaya gini si."
"Ga usah Mah. Aku mau di luar aja."
Karena Mamahnya tahu watak Aneska adalah keras, sehingga Mamahnya meng-iyakan apa keinginan Aneska. Akhirnya Aneska dan Mamahnya hanya saling bebricara di luar rumahnya saja.
"Yaudah kalo gitu kita ngobrol di luar aja ya. Kamh mau makan apa? Atau mau beli apa? Mamah buatin minuman dulu ya buat kamu."
"Yoi. Makasih Mah."
Mamah Aneska pergi ke dalam rumahnya untuk membuatkan minuman untuk Aneska. Sedangkan Aneska tetap menunggunya di luar rumah. Tidak lama kemudian Mamah Aneska pun kembali dengan membawakan minuman untuk Aneska.
"Ini sayang minumannya. Di minum dulu."
"Thanks Mah."
Aneska pun langsung meminum minuman yang sudah di buatkan oleh Mamahnya tadi. Walaupun Aneska saat ini sedang bersama dengan Mamahnya, tetapi Aneska tetap saja sibuk dengan handphonenya. Dia terus memainkan handphonenya tanpa mengajak Mamahnya untuk berbicara.
"Kamu kenapa sayang datang ke sini? Ada yang kamu butuhin?" tanya Mamah Aneska.
"Engga Mah. Cuma lagi pingin main aja. Bosen soalnya di rumah aja."
Aneska tidak menceritakan apa yang sudah terjadi dengannya. Apa yang sudah kakak iparnya lakukan kepadanya. Padahal jika anak yang lainnya, sudah pasti dia langsung mengadu kepada Mamahnya untuk mencari perlindungan. Namun Aneska tidak melakukan itu semua. Karena Aneska tidak mau jika Mamahnya jadi ikutan sedih karena mengetahui semuanya. Aneska hanya diam saja. Baginya, bisa bertemu dengan Mamahnya sudah membuat semua masalah yang ada pada dirinya menjadi hilang begitu saja.
Aneska dan Mamahnya saling berbicara membicarakan hal yang lainnya. Bukan tentang kehidupan Aneska bersama dengan Ayahnya dan kakaknya. Tetapi justru tentang Mamahnya. Mamahnya bercerita tentang keluarganya yang baru. Katanya hidup bersama dengan suaminya kali ini sangat terasa bahagia. Aneska pun merasa bahagia walaupun sebenarnya dia tidak bisa menerima kehadiran Ayah tirinya itu.
Saling berbicara satu sama lain membuat Aneska dan Mamahnya lupa waktu. Kini hari sudah mulai gelap. Dan Aneska masih berada di rumah Mamahnya.
"Udah malam. Kalo gitu aku pulang dulu ya Mah."
"Pulang? Kenapa ga nginap aja di sini? Udah malam loh."
"Ga usah Mah. Besok kan aku sekolah. Makanya sebelum larut malam, aku mau pulang sekarang."
"Kan bisa pulang pagi-pagi buta besok."
"Aku ga mau tinggal di sini sama suami barunya Mamah."
"Ya Tuhan. Ternyata Aneska masih belum bisa menerimanya sebagai Ayah tirinya," ucap Mamah Aneska di dalam hatinya.
"Jadi beneran mau pulang sekarang nih?"
"Yoi."
"Yaudah, ini uang buat kamu. Kamu terima ya."
"Ga usah Mah. Mamah juga kan pastinya butuhin uang ini."
"Engga. Mamah ada kok pegangan buat Mamah. Kamu kalo ga mau nginap di sini, kamu ambil uang ini ya. Jangan di tolak, nanti Mamah marah loh."
"Yang aku mau bukan uang Mah. Yang aku mau, Mamah sama Ayah bisa bersatu seperti dulu," ucap Aneska di dalam hatinya.
"Yoi. Makasih ya Mah."
"Iya sayang, sama-sama."
"Kalo gitu aku pamit dulu Mah. Assalamualaikum."
"Waalaikumsallam. Hati-hati ya sayang. Kalo udah sampai di rumah langsung kabarin Mamah ya."
"Yoi."
Aneska pun pergi dari rumah Mamahnya tanpa berpamitan lagi dengan Ayah tirinya. Aneska hanya berpamitan dengan Mamah kandungnya saja.
Jarak dari rumah Mamahnya menuju rumah Ayahnya lumayan jauh. Aneksa harus menaiki angkutan umum yang di sebut dengan busway untuk sampai di sana. Membutuhkan waktu selama setengah jam lebih.
Sebenarnya Aneska ingin sekali menginap di rumah Mamahnya malam ini. Karena Aneska saat ini sedang ada masalah dengan kakak iparnya. Tetapi Aneska juga tidak mau jika harus satu rumah dengan Ayah tirinya. Dah Aneska pun lebih memilih untuk pulang ke rumah yang dia anggap sebagai neraka.
******
Di rumah Aneska.
"Aduh, Mas Reza udah mau pulang kerja lagi. Tapi Aneska belum juga pulang ke rumah. Kalo Mas Reza tanyain Aneska, gua harus jawab apa dong?" pikir kak Vanessa di dalam hatinya.
Tidak lama kemudian terdengar suara ketukan pintu dari depan rumahnya.
Tok... Tok... Tok...
"Itu kayanya Mas Reza udah pulang. Gawat ini," batinnya.
Kak Vanessa langsung menghampiri suaminya yang baru saja pulang dari rumah. Kak Vanessa sengaja membaik-baiki suaminya supaya suaminya itu tidak curiga kepadanya.
"Mas Reza. Baru pulang Mas?" tanya kak Vanessa.
"Iya," jawab kak Reza dengan singkat.
"Sini aku bawain tas kamu. Kamu udah makan belum? Aku siapin makan dulu ya."
"Iya. Aneska kemana?"
"Palingan ada di kamarnya kali Mas. Aku juga ga tau si. Daritadi ga ada suaranya soalnya."
"Kamu gimana si? Seharusnya kamu cek dong kalo Aneska ga ada kabarnya dari tadi. Jangan di diamin gitu aja."
"Iya Mas, maaf."
Kakak kandung Aneska memang sangat menyayangi Aneska. Tidak seperti istrinya. Maka dari itu, kak Vanessa hanya berani memarahi dan menyiksa Aneska ketika kak Reza sedang tidak ada di rumah. Dan kak Reza hanya ada di rumah pada malam hari. Dari pagi-pagi buta dia sudah pergi untuk bekerja. Maka dari itu kak Vanessa merasa sangat menguasai rumah itu.
Kak Reza langsung pergi menuju ke kamar Aneksa untuk mengecek keberadannya. Ternyata Aneska tidak ada di dalam kamarnya.
"Kok Aneska ga ada di kamarnya?" tanya kak Reza.
"Aku juga ga tau Mas. Kan aku bilang, aku juga ga tau tadi Aneska dimana. Di kamarnya atau engga. Dan aku baru tau kalo Aneska ga ada di kamarnya sekarang," jelas kak Vanessa dengan berbagai alasan yang dia berikan.
"Jangan bohong kamu. Kamu udah jahatin Aneska lagi ya?"
Kak Reza curiga jika Aneska pergi karena sudah di jahati lagi oleh kak Vanessa. Kak Reza mengetahui jika kak Vanessa suka menjahati Aneska karena kak Reza sendiri yang pernah melihat kak Vanessa sedang memaraji Aneska. Kak Reza pun tidak tinggal diam. Kak Reza pada saat itu juga langsung mamarahi istrinya sendiri. Bahkan kak Reza sampai menampar kak Vanessa dengan sangat keras. Mulai saat itu lah kak Vanessa semakin membenci Aneska untuk membalas dendam kepadanya.
Kak Vanessa juga sudah berjanji kepada suaminya jika dia tidak akan mengulangi kesalahan yang sama dengan Aneska. Tetapi kak Vanessa terus mengingkari janjinya dan dia tetap membenci Aneska sampai sekarang. Padahal kalau Aneska mau, Aneska bisa saja megadukan semuanya kepada kakak kandungnya tentang perbuatan kakak iparnya selama ini kepadanya. Tetapi Aneska tidak mau melakukan itu semua. Karena Aneska tidak mau jika keluarga kakaknya akan mengalami hal yang sama seperti Mamah dan Ayahnya. Yaitu keluarga yang di akhiri dengan sebuah perceraian.
-TBC-