"Uncle, aku takut."
Andika berlari lalu memeluk tubuh Amurwa yang kini menatap Tuan Kusuma dengan sorot mata tajam. Tuan Kusuma menunduk, takut pada kedatangan Sri Rajsa untuk yang kesekian kalinya di hadapannya.
Amurwa segera menangkap tubuh kecil Andika dan menggendongnya lalu melangkah menuju Padmasari yang masih duduk di belakang Bryan. Bryan menarik napas dalam. ia lega karena akhirnya orang yang bisa menundukkan Tuan Kusuma datang.
Amurwa segera menarik tangan Padmasari dan membawanya keluar kamar Andika tanpa perlawanan dari Tuan Kusuma yang masih menunduk lemah di posisi semula.
"Saya mohon pamit, Tuan."
Bryan segera keluar mengikuti Andika dan Padmasari yang terus dituntun oleh Amurwa menuju taman belakang. Padmasari yang awalnya mau diajak untuk keluar oleh Amurwa untuk balas dendam pada kelakuan Tuan Kusuma, kini menari tangannya dan mencoba melepaskan pegangan tangan Amurwa.
"Apakah sakit?"
Padmasari menggeleng. Ia berhenti dan memandang Amurwa sesaat lalu menoleh ke arah atas, mencoba melihat apakah suaminya mengikuti mereka, namun Padmasari kecewa. Beberapa kali ia berdecak kesal karena harapannya tidak terkabul. Sebenarnya Padmasari ingin Tuan Kusuma mengikuti dan mencegahnya pergi, namun harapan tinggal harapan. Maksud hati ingin membuat panas suami apa daya, ia harus menelan kecewanya sendiri.
Dari atas, Tuan Kusuma memandang Padmasari yang menatap ke arahnya, namun ia memang sudah tidak punya kekuatan apapun untuk mempertahankan Padmasari. Tuan Kusuma melangkah menuju kamar mandi dan mencoba untuk membersihkan diri tanpa mempedulikan kondisi Padmasari.
"apakah Nyonya ingin kembali ke atas?" Bryan yang melihat istri tuannya nampak bimbang untuk mengikuti Amurwa segera mendekat. Membujuk Padmasari agar mau mengikuti langkah mereka meninggalkan rumah dan bergabung dengan Amurwa dan Andika di halaman belakang, menunggang Jeremy bersama dan membawa Andika keliling danau buatan di belakang mansion Tuan Kusuma.
"Aku senang sekali karena Uncle benar-benar datang untuk menyelamatkan aku dari amukan Papi. Terima kasih, Uncle. Aku sayang banget sama Uncel."
Amurwa mengangguk. ia elus kepala Andika dan menciumnya berkali-kali. ia merasa bahagia karena kerinduannya benar-benar akan terobati hari ini.
"Uncle juga ingin sekali membahagiakanmu, Tuan Muda. Tidak ada hal yang lebih istimewa selain membuat duniamu bersinar dengan senyum lebar dari bibir mungilmu."
"Terima kasih ya Uncle. Kau sudah menyayangi aku seperti menyayangi anakmu sendiri."
"Ehm. Sama-sama, Andika."
Andika terpana mendengar perubahan suara dari Amurwa. Ia memandang Amurwa yang masih menatapnya dengan tatapan yang berbeda. Andika tersenyum melihat laki-laki berwibawa yang sangat gagah menunggang kuda yang sama dengannya.
"Apakah kau Uncle Amurwa? Mengapa kau bisa berubah? Aku suka kalau Uncle panggil aku Andika, buat tuan muda, Uncle."
"Aku Sri Rajasa. Raja besar yang bersemayam di tubuh cucu kesayanganku yang hebat. Apakah kau mau membuat cucuku bahagia?"
Tanpa ragu-ragu Andika mengangguk. ia pandang Sri Rajasa dan tersenyum manis penuh arti.
"Aku mau Uncle. Apalagi kalau Uncle mau jadi papi aku. Aku senang sekali. Selama ini Mami selalu menangis karena Papi sama sekali tidak memeprhatikannya. Papi mengabaikan Mami dan selalu sibuk dengan pekerjaan."
"Kita hanya bisa berdoa semoga Papi kamu mau menyerahkan mamimu kepada Amurwa. Mami kamu pasti akan sangat bahagia karena cucuku adalah orang yang sangat baik dan penuh perhatian."
"Makanya aku selalu mengharap Mami mau menikah dengan Uncle."
Sri Rajasa mengangguk. Ia hentakkan tali kekang Jeremy dan membawa Andika keluar rumah. Mereka mengelilingi kompleks Mansion dan melakukan endurance keliling lingkungan. Andika tertawa lepas. Ia berharap setelah kejadian ini, ia tidak kesepian lagi karena Amurwa akan selalu menemani dirinya dan mengabulkan semua permintaannya.
Setelah lelah menaiki kuda dan berkeliling kompleks, Amurwa mmebawa Andika masuk ke mansion melalui gerbang depan, membuat semua mata yang melihat mereka terpana. Padmasari yang sedang duduk di taman samping rumah memandang Amurwa dan Andika.
"Siapa laki-laki bersama Andika saat ini? Secara tubuh dia memang Amurwa, tapi kalau dilihat dari sorot matanya, aku yakin dia adalah orang lain. apakah ada makhluk yang bersemayam di tubuh Amurwa dan menguasainya selama ini? Ya Tuhan, apapun yang sedang dihadapi anakku semoga ia bisa mendapatkan apa yang ia inginkan."
Doa seorang ibu selalu terkabul tanpa hijab, tanpa penghalang. Setelah Padmasari menyelesaikan doanya, Amurwa dan Andika langsung menghampirinya. Amurwa nampak memandang Padmasari dengan teduh membuat Padmasari tak sanggup menahan gejolak di dalam dadanya. Padmasari tahu ia sangat menyukai Amurwa, laki-laki gagah yang selalu menolong dan memberikan kasih sayang pada anaknya. Namun Padmasari ragu dengan perasaan dirinya. orang tuanya berpesan agar ia memupus keinginan untuk berpisah dari suaminya kalau dia sudah menikah. Seorang wanita menikah sudah tertutup dari memandang laki-laki lain, termasuk saat ini. walau hatinya menginginkan Amurwa menjadi miliknya, ia tetap menunduk, mencoba menghilangkan keinginan gilanya.
"Mami . . . ."
Padmasari mengulurkan tangannya untuk mengambil tubuh Andika dari tangan Amurwa tanpa memandang pemilik ata teduh yang selalu mampu mengaduk perasaannya.
"Sini, Sayang. Mami harus masuk ke kamar lagi. jangan sam[ai Papi marah dan berbuat kasar lagi seperti tadi."
Padmasari menggeleng. ia benar-benar tak bisa berbuat banyak, apalagi melihat Amurwa memandangnya tanpa berkedip.
"Apakah Mami tidak mau ganti suami?"
Plak
Mendengar pertanyaan Andika, Padmasari merasa sangat tertampar. Bagaimana mungkin anak usia enam tahun bisa berpikir untuk menyuruh dirinya ganti suami? Andika bahkan sama sekali tidak pernah berpikir bahwa ganti suami akan memiliki efek yang sangat luar biasa bagi wanita dan anak-anak. Bukan karena masalah baru yang akan muncul, ganti suami bisa membuat wanita harus berpuasa selama minimal em[at bulan untuk masa iddahnya. Wanita yang dicerai atau ditinggal mati suami akan merasakan kesepian tanpa kehadiran seorang laki-laki yang menjadi pelindung dalam hidupnya. Wanita yang hidup tanpa suami, lebih mudah untuk dilecehkan oleh lawan jenis. Lebih cenderung dianggap remeh oeh tetangga dan kerabat dan Padmasari sama sekali tidak bisa membayangkan apakah dirinya akan mampu menghadapinya.
"Mami. . . ."
"Jangan pernah berpikir untuk menyuruh Mami ganti suami, Andika. Aku sama sekali tidak mau ada laki-laki yang melecehkan aku karena aku seorang janda. Tidak."
Andika yang mendengar jawaban Padmasari yang tegas segera berlari ke arah Amurwa dan memeluknya sambil menangis.
"Mami jahat. Aku benci sama Mami. Uncle . . . ."
Amurwa segera mengulurkan tangannya dan memeluk tubuh Andika yang kini berguncang menahan tangisnya.
"Bawa aku ke rumah Uncle sekarang. Aku tidak mau tidur dngan orang-orang jahat yang mengaku sebagai orang tuaku, Uncle. Bawa aku sekarang."
"Kau sama sekali tidak boleh begitu, Sayang. Uncle akan membawamu ke rumah tapi dengan stu syarat."
Andika menatap wajah Amurwa, seolah bertanya syarat apa yang harus dia penuhi agar Amurwa mau mengajaknya serta ke rumahnya.