Baru saja Zoya akan menjawab pertanyaan dari Ikbal, ponselnya tiba-tiba saja berdering.
Drrrrtttt
"Sebentar bang," ucap Zoya.
Zoya lalu mengambil ponselnya dan membaca nama penelpon yang tertera di layar ponselnya. Zoya mengernyitkan keningnya ketika membaca nama penelpon tersebut.
"Dari siapa sih, Zoy? Kenapa wajah lo seperti itu?" tanya Ikbal.
"Bang, ini telepon dari Elzia!" ucap Zoya heboh.
Mata Ikbal membulat sempurna ketika Zoya menyebutkan nama Elzia.
"Sumpah demi apa lo? Itu beneran dari Elzia?" tanya Ikbal.
"Iya bang sumpah gue," ucap Zoya.
"Ya udah buruan angkat dong, Zoy. Gimana sih lo?" ucap Ikbal.
"Iya iya bang, ini juga mau gue angkat." ucap Zoya.
Zoya lalu menerima panggilan dari Elzia tersebut.
"Halo," ucap Zoya pada Elzia di seberang telepon.
"Lama banget sih lo terima telepon dari gue, ngapain aja sih Zoy?" tanya Elzia pada Zoya dari seberang telepon.
"Ya maaf, lo ke mana aja sih? Gue sama bang Ikbal tuh mencari lo dari tadi asal lo tahu. Gak ada di rumah bukannya ngabari, ini justru susah banget untuk dihubungi. Gue dan bang Ikbal tuh cemas sama lo. Kita tuh takut kalau lo itu sampai kenapa-kenapa." ucap Zoya panjang lebar tanpa jeda.
"Lo tuh kalau kasih pertanyaan itu ya satu-satu. Jangan nyerocos aja mulut lo. Gue juga bingung mau jawab apa kalau begini," ucap Elzia.
"Ya udah iya deh, intinya aja lah, lo di mana sekarang?" tanya Zoya.
"Gue ada di tempat yang aman dan nyaman pokoknya sekarang ini. Lo dan bang Ikbal gak perlu khawatir pokoknya. Dan intinya, gue udah gak bisa lagi pulang ke rumah itu. Pokoknya sampai kapan pun, gue gak akan tinggal di rumah itu lagi." ucap Elzia.
"Lho? Kenapa bisa gitu, Zi? Lo ada masalah sama bokap dan nyokap lo?" tanya Zoya.
"Udah ya Zoy, gue mau lanjut nulis novel nih. Intinya, lo dan bang Ikbal gak perlu lagi mencemaskan gue. Besok juga kan kita bertemu di sekolah. Bye," ucap Elzia.
"Ta-tapi Zi-" belum selesai Zoya menyelesaikan kalimatnya, Elzia telah memutuskan sambungan secara sepihak.
Tut.
"Gimana Zoy?" tanya Ikbal.
Zoya menghela nafasnya kasar.
"Gue belum selesai bicara tapi dia udah tutup teleponnya," ucap Zoya geleng-geleng kepala.
"Dia di mana saat ini memangnya?" tanya Ikbal.
"Dia gak kasih tahu gue di mana dia berada saat ini. Dia cuma mengatakan bahwa dia berada di tempat yang aman dan nyaman saat ini. Only that," ucap Zoya.
"Itu artinya dia memang benar-benar tidak ada di rumahnya dong?" tanya Ikbal.
Zoya pun mengangguk.
"Iya bang, dan dia juga bilang tadi kalau dia gak akan pernah pulang atau tinggal di rumaah ini lagi." ucap Zoya.
Kening Ikbal pun mengerut ketika mendengar pernyataan tersebut dari mulut Zoya.
"Kenapa gitu?" tanya Ikbal.
Zoya mengendikkan bahunya.
"Dia gak mau kasih tahu gue apa alasannya," ucap Zoya.
.....
Elzia menutup teleponnya.
"Sorry, Zoy. Gue gak bisa kasih tahu sama lo dan bang Ikbal tentang apa yang sebenarnya telah terjadi sama gue, gue cuma gak mau kalian cemas memikirkan masalah gue." gumam Elzia.
Elzia lalu beranjak dari posisinya. Ia lalu ke luar dari kamarnya. Elzia menuruni anak tangga dan langkahnya terhenti ketika melihat Raka dan Roy yang tengah berjalan menuju pintu utama rumah.
"Mereka mau ke mana ya?" gumam Elzia.
Elzia lalu melangkahkan kakinya menuju mereka. Elzia menghampiri mereka.
"Roy, pak, kalian mau ke mana?" tanya Elzia.
"Gue mau bantu bang Raka untuk pindahan dari kosan nya, Zi." ucap Roy.
"Kosan? Pak Raka tinggal di kosan?" tanya Elzia.
"Kepo." ucap Raka males.
"Kulkas!" kesal Elzia.
"Iya, dia tinggal di kosan dan rumah ini belum lama dia beli." ucap Roy.
"Perlu bantuan gak?" tanya Elzia.
"Gak perlu!" ucap Raka dengan ketus.
"Gak nanya ke bapak kok, saya kan tanyanya ke Roy." ucap Elzia.
"Lo yakin Zi mau bantuin kita? Ntar lo capek lho, barang dia tuh banyak." ucap Roy.
"You know me so well, hm?" tanya Elzia dengan satu alis yang terangkat.
"It's okay, ayo." ucap Roy.
"Roy," geram Raka.
"Udah gak apa-apa bang, Elzia ini strong." ucap Roy.
Raka menghela nafasnya kasar. Elzia tersenyum mengejek pada Raka. Mereka lalu memasuki mobil.
.....
Zoya membantu Ikbal untuk membuka kedai ice cream nya. Setelah selesai membuka kedai ice cream nya, Ikbal dan Zoya pun mengobrol di salah satu meja.
"Bang, mungkin gak sih kepergian Elzia dari rumahnya itu karena orang tuanya?" tanya Zoya yang membuka obrolan di antara mereka.
Ikbal tampak berpikir sejenak sebelum bersuara.
"Memangnya apa yang terjadi dengan keluarga mereka sampai lo berpikiran seperti itu?" jawab Ikbal yang balik bertanya.
Zoya menghela nafasnya.
"Bokap dan nyokapnya Elzia itu kan jarang banget di rumah, bang. Elzia bahkan sering banget lho tidur sendirian di rumah." ucap Zoya.
"Masa sih?" tanya Ikbal.
Zoya pun mengangguk.
"Iya bang beneran," ucap Zoya.
"Tapi Elzia gak pernah cerita lho sama gue," ucap Ikbal.
"Ya memangnya sejak kapan dia cerita sama kita tentang masalah dia? Mana pernah dia cerita," ucap Zoya.
Ikbal pun manggut-manggut.
"Iya sih lo benar, terus lo tahu hal ini dari mana?" tanya Ikbal.
"Ya gue cari tahu aja sendiri. Gue selidiki ke rumah Elzia terus gue tanya juga ke tetangganya dia. Dan dia juga pernah cerita sih sama gue tentang bokap dan nyokapnya yang tak pernah bertegur sapa," ucap Zoya.
"Kalau ceritanya seperti ini sih, kemungkinan besar penyebab dia pergi dari rumah ya karena hal itu, karena orang tuanya. Tapi gak tahu juga sih, kita juga kan gak tahu pasti masalah apa aja yang sedang dia hadapi, jadi ya gak bisa memutuskan juga." ucap Ikbal.
"Iya sih bang, lo benar." ucap Zoya.
"Dia punya keluarga lain gak di sini?" tanya Ikbal.
"Setahu gue sih kedua kakek dan neneknya tuh udah gak ada, tapi gak tahu sih ya kalau keluarga yang lain." ucap Zoya.
"Terus dia tinggal di mana ya?" tanya Ikbal berpikir.
"Iya ya, gue menjadi penasaran deh." ucap Zoya.
....
Roy, Elzia dan Raka pun akhirnya tiba di depan kosan Raka. Mereka lalu turun dari mobil.
"Lo tinggal sama siapa di kosan, bang?" tanya Roy.
"Sendiri," ucap Raka.
"Terus teman lo yang waktu itu?" tanya Roy.
"Barang gue udah menanti, langsung aja." ucap Raka.
Roy geleng-geleng kepala.
"Cocok sih emang kalau lo dipanggil kulkas sama Elzia, beneran kulkas sih lo." ucap Roy.
Raka mengabaikan ucapan Roy dan memilih untuk memasuki kosan miliknya.
.......