Dalam separuh sadar dan tidak, Putri merasakan getaran itu. Sentuhan lembut bibir Ares kini mencumbu dan mengulum lembut bibirnya. Putri meletakkan tangannya di antara tulang selangka dan pundak Ares saat pria itu menciumnya.
Ares melepaskan perlahan ciumannya namun ujung bibirnya tetap menyentuh ujung bibir putri yang sedikit basah. Matanya terbuka begitu pula dengan Putri yang setengah terbuka masih tertegun menatap Ares.
"Ini ..." gumam Putri lemah sedang berpikir di antara rasa terbakar di kulit dan kesadaran yang hampir meninggalkannya.
"Cinta sama kamu!" bisik Ares sambil meneteskan air matanya.
Ungkapan cinta itu tak didengar Putri karena ia sudah keburu menutup matanya. Namun Mila Alexander mendengarnya dengan jelas. Ia hampir saja menjatuhkan peralatan medisnya saat melihat dengan mata kepalanya sendiri, Ares mencium Putri.
"Jangan tidur ... Putri!" bisik Ares dengan napas satu-satu. Ia sendiri tengah berusaha agar tak jatuh.
"Ares ... " Ares berpaling dan Mila langsung memegang adiknya Putri melepaskannya dari Ares.
"Lepasin dia!" Ares masih separuh memeluk Putri dengan wajah sedih. Tapi Mila terus menarik pelan adiknya agar ia bisa membaringkan Putri. Ares pun ikut membaringkan Putri bersama Mila lalu memiringkannya.
"Aku gak punya persediaan untuk melakukan operasi besar!" ujar Mila dengan kening mengernyit.
"Tolong Mila, lakuin apa aja agar Putri selamat," pinta Ares dengan mata berkaca-kaca dan pandangan memohon.
"Tanpa kamu bilang pun, aku pasti selamatin Adikku! Tapi dia harus ke rumah sakit!" Ares terdiam dihardik seperti itu oleh Mila.
"Gak bisa, ada orang yang sedang kejar kami di luar. Kalo kami keluar, mereka bisa memburu Putri. Tadi Putri diculik sama mereka!" Mila sedikit terdiam dan berpikir.
"Kalo gitu, kamu keluar, biar aku yang tangani Putri!"
"Tapi ..."
"Keluar!" bentak Mila lagi dan Ares terpaksa turun dari ranjang dan perlahan mundur. Ia keluar dari ruangan itu dan Mila pun menutup pintunya.
Tinggallah Ares yang ikut kesakitan karena bahunya terluka tertembus peluru. Ares bersandar di salah satu sisi lemari dan menyadarkan tubuhnya yang letih. Sekarang ia begitu cemas karena Putri ada di dalam.
Konfliknya kini mulai menyeret Putri. Bagaimana kelompok SRF bisa tahu jika Putri adalah tunangan Jupiter? Ares meraba sakunya dan tak bisa menemukan ponsel.
"Maldito!" (sialan) rutuknya begitu kesal. Ares tak tahu bagaimana caranya menghubungi Jupiter jadi dia berjalan berkeliling klinik itu dan mengintip dari balik tirai.
Ares mematikan semua lampu dan membalikkan tanda "Open" menjadi "Close". Jalanan di depan terlihat sepi tapi bukan berarti aman. Ares lantas kembali lagi ke dalam lalu mencari apa saja untuk menjadi bantalan agar untuk mengeringkan darahnya.
Sekitar lebih dari 30 menit kemudian, Mila datang menghampiri Ares yang tengah separuh duduk di salah satu konter meja farmasi di klinik kecil itu. Ia menoleh pada Ares yang kemudian menundukkan kepala dan memilih untuk mencuci tangan membelakangi Ares.
"Gimana keadaan Putri?" tanya Ares memberanikan diri untuk bertanya pada Mila. Mila masih cuek dan menyelesaikan mencuci tangan sebelum mengeringkannya dengan serbet kertas dan membuangnya ke tong sampah.
"Dia kekurangan darah. Untuk saat ini masih pingsan," jawab Mila membereskan peralatan medis yang ia gunakan untuk mengambil peluru yang bersarang pada Putri. Pelurunya lantas sudah ia masukkan ke dalam kantong plastik dan menyerahkannya pada Ares. Ares pun mengambilnya dengan tangan yang masih bernoda darah.
"Makasih!" ucapnya singkat. Mila lantas sedikit memiringkan tubuh hendak melihat pundak Ares yang terlihat berdarah meski ia memakai kemeja hitam. Ares yang menyadari lantas tersenyum tipis.
"Aku gak apa!" Mila masih tak memberi senyuman namun malah mendelik.
"Aku gak suka tempatku berceceran darah!" sahutnya ketus. Ares mengatupkan bibir dan mengangguk.
"Maaf," ujar Ares singkat dan pelan. Mila menarik napas dan merasa kasihan pada Ares yang terluka. Meski Ares pernah menorehkan luka di hatinya, tapi hati Mila tak jahat.
"Buka baju kamu!" Mila langsung berbalik dan mengambil sarung tangan baru untuk mengobati luka Ares. Ares yang sempat tertegun lantas membuka satu persatu kancing dan kemejanya sambil menahan sakit dari bahunya.
Mila lalu berbalik dan ia sempat tertegun dengan bentuk tubuh sempurna Ares. Tato naga yang melintang dari dada sampai samping perut sampai tato tribal dan phoenix yang bergabung di sepanjang lengan membuat Ares memang tampak sangat macho.
"Balik!" perintah Mila menepis rasa aneh di perutnya. Ares menurut dan berbalik. Ares memang senang merajah kulit mulusnya, di punggungnya masih terdapat tato naga khas Golden Dragon yang dimiliki oleh seluruh pemimpin tertinggi kelompok itu.
"Kapan kamu akan berhenti bermain dengan maut?" gumam Mila sambil membersihkan darah dari luka tembak di pundak Ares. Ares hanya tersenyum tipis.
"Aku adalah Leader Golden Dragon, Mila." Mila berhenti sejenak dan hanya menggelengkan kepalanya pelan lalu meneruskan lagi memeriksa luka milik Ares.
"Aku jahit sedikit ya, biar cepat pulih." Ares mengangguk saja dan membiarkan Mila menjahit lukanya. Ares tidak protes apa pun yang dilakukan oleh Mila padanya. Sampai ia selesai dan Ares memakai kembali kemejanya. Setelah selesai dan mencuci tangan, Mila kembali berdiri di depan Ares dengan kedua tangan terlipat di dadanya.
"Ada apa sebenarnya? Kenapa kamu malah sama Putri? Kenapa bukan Jupiter?" tanya Mila dengan nada ketus. Ares sedikit menghela napas dan menundukkan pandangannya.
"Aku udah bilang kan, Putri diculik!" Mila jadi makin heran.
"Untuk apa?"
"Untuk memaksa Jupiter memasok narkoba ke klubnya!" jawab Ares dengan nada rendah. Mila jadi terdiam dan ia ingat dengan ciuman Ares pada Putri yang baru saja ia lihat.
"Terus tadi apa? Ngapain kamu cium Putri? Jangan bilang kalo kamu juga naksir Putri, Ares!" nada bicara Mila makin kesal dan ketus. Ares yang awalnya memandang Mila sedikit menunduk lagi. Ia bingung harus bicara seperti apa.
"Kenapa kamu diem?"
"Mila ... aku mencintai Putri!" PLAK – Mila langsung menampar Ares sampai wajahnya berpaling ke kanan. Tapi pandangan Ares tak naik dan makin menunduk. Ia tahu jika dirinya bersalah.
"Berani kamu bilang cinta sama Putri. Setelah apa yang kamu lakuin sama aku! Kamu gak punya malu!" sahut Mila dengan mata berkaca-kaca. Ares menelan ludahnya dan mengangguk. Ia menggigit bibir bawahnya dan sedikit menaikkan pandangan pada Mila.
"Maafin aku, atas yang terjadi pada kita. Aku minta maaf," ucap Ares pelan dengan nada rendah dan menyesal.
"Sekarang kamu baru minta maaf. Setelah 11 tahun, kamu baru minta maaf!" sembur Mila marah. Ia sampai menahan geram di rahangnya karena emosi pada Ares. Sedangkan Ares tak bisa bicara karena ia memang adalah pihak yang harus disalahkan karena telah mencuri ciuman pertama Mila sekaligus mempermainkan hatinya dalam sebuah pertaruhan dengan Rei Harristian.
"Sekarang kamu mengincar adikku untuk jadi mangsa kamu berikutnya!" Ares sontak menggelengkan kepalanya.
"Aku gak mungkin berbuat seperti itu sama Putri. Aku cinta banget sama dia, sayang banget sama dia. Dia cinta pertamaku, Mila!" aku Ares tentang perasaannya tentang Putri pada Mila Alexander.