Usai melihat keadaan Putri dan beberapa kali mencium tunangannya itu dengan penuh kasih sayang, Jupiter berbalik pada Mila.
"Jaga dia!" Jupiter lalu beralih pada Ares dan langsung menarik tangannya keluar dari ruangan perawatan itu meninggalkan Arion dan Mila yang terdiam terpaku melihat dua kakak beradik kembar itu.
"Apa yang terjadi?" tanya Jupiter sambil berkacak pinggang dengan wajah serius dan siap memarahi Ares. Ares menghela napas dan menoleh sesaat ke belakang agar tak terdengar oleh Mila.
"SRF mulai mengincar kita," jawab Ares separuh berbisik. Jupiter jadi mengernyitkan keningnya.
"Pit, gue baru aja nyamar jadi lo di klub, mereka cari celah untuk bisa memasok narkoba. Tapi lo tau kan bukan itu tujuan satu satunya. Mereka masih ngira Daddy terlibat dengan The Seven Wolves dan menyimpan daftar rahasia itu," sambung Ares lagi masih terus memandang mata Jupiter. Jupiter pun melakukan hal yang sama lalu mengalihkan pandangannya ke arah lain.
"Res, daftar itu udah dipegang oleh Presiden, untuk apa mereka cari sama kita? Kita gak ada hubungannya sama hal itu!" bantah Jupiter juga dengan nada bicara yang sama. Ares jadi memicingkan mata mendengar bualan yang selalu ia dengar dari ayahnya, Mars.
"Lo pikir kita anak kecil bisa dibohongi sama Daddy terus? Pit, lu tau kebenarannya kan? Daftar itu hilang, itu artinya mendiang Uncle Shawn gak pernah menyerahkannya sama negara sama sekali." Jupiter menghela napas kesal. Hanya dia dan Ares yang tahu persis cerita yang sebenarnya meski orang tua mereka selalu mengelak dan mengarang kisah dengan menutupi kebenaran.
"Kalo mereka mulai ngincer kita, Putri bisa celaka, Mila bisa diburu, Venus, Chloe, bahkan mungkin mereka akan ngincer cewek lo ... uh siapa namanya?"
"Elliot!" jawab Ares cepat.
"Yes ... " Ares menggelengkan kepalanya.
"Gue gak peduli sama dia, yang gue peduliin cuma keluarga kita. Putri dan lainnya. Itu sebabnya gue mau lo membaur bareng gue!" Jupiter mengernyitkan kening menatap adiknya.
"Maksud lo?" Ares kembali makin mendekat dan berbicara begitu dekat dengan Jupiter.
"Gue adalah lo dan lo adalah gue!" Jupiter tampak masih berpikir dengan apa yang tengah diucapkan oleh Ares.
"Jadi gue ..."
"Ganti warna rambut lo dan pasang anting lo lagi. Kita harus sama persis sampe gak ada yang bisa membedakan." Jupiter menggelengkan kepalanya.
"Pit, please ..."
"Bahaya Ares, lu bisa aja diincer dan dibunuh. Gue gak bisa pantau lo terus!"
"Gue gak minta lo ngelindungin gue, gue cuma minta lo jadi gue dan gue jadi lo. Kita akan jadi Jupiter King tanpa ada Ares, paham lo!" Jupiter mendengus keras dan berkacak pinggang lagi.
"Trus gimana dengan Putri?"
"Lo kasih tau Putri kalo yang selamatin dia adalah lo bukan gue. Kalo warna rambut dan penampilan lo sama persis kayak gue, dia bakalan percaya. Hanya untuk sementara sampe gue bisa narik informasi."
"Ini bahaya, Res!"
"Gue tau, tapi kalo gak seperti ini, mereka akan tau kita kembar dan salah satu dari kita pasti diburu untuk dibunuh," ucap Ares masih terus meyakinkan Jupiter.
"Res, jika ada yang harus berkorban di sini, bukan lo tapi gue. Karena gue kakak lo. Gue bisa mati kalo ada apa-apa sama lo!" ujar Jupiter mulai sendu. Ares tersenyum pelan dan memeluk saudara sedarahnya itu.
"Biarkan kali ini gue yang berkorban. Gue janji gak akan terjadi apa-apa." Jupiter ikut memeluk Ares dan memejamkan matanya sejenak. Tangannya mengucek pelan rambut belakang Ares dengan harapan besar padanya. Setelah melepaskan pelukan Jupiter tersenyum pada Ares dan mengangguk setuju.
Jupiter lantas mengajak Ares untuk kembali ke dalam sambil bertanya soal luka yang ia alami di bahunya.
"Masih sakit?" Ares menggelengkan kepalanya dan tersenyum.
"Andy yang bantu gue, gue harus pastiin dia gak ketahuan." Jupiter mengangguk dan tetap memeriksa pundak Ares kemudian. Setelah memastikan tak ada yang mengejar, Arion dan Jupiter bekerja sama membawa Putri yang masih pingsan ke rumah sakit.
Malam itu sekali lagi Ares hanya bisa menahan sakit di pundak dan hatinya saat pintu mobil ditutup oleh Jupiter dengan Putri di dalam. Ares mengangguk pada Jupiter sebelum ia masuk ke mobil dan membawa kekasihnya pergi.
Ares mengambil jalannya sendiri dengan membuang jas mahalnya dan meminjam jaket juga topi milik Arion. Tujuan Ares adalah pergi ke tempat dimana ia bisa menemukan Andrew Miller.
Ares King menyusup ke sebuah klub di pinggiran dengan rambut pirang terangnya yang ditutupi oleh topi. Di tengah hingar bingar klub kelas menengah itu, Ares menyusup sambil memperhatikan orang-orang di dalamnya.
Ia lantas naik ke lantai dua dan melihat berbagai sudut gelap tempat para pemadat berkumpul sedang menghisap crystal meth (sejenis sabu) atau yang sedang menikmati goyangan gadis-gadis striper di pole (tiang) mereka.
Ares masih memperhatikan di sekitarnya. Terdapat beberapa kelompok gangster di sana tapi masalahnya mereka mulai memperhatikan Ares yang sendirian. Ares terpaksa membaur dengan memesan wiski sebelum ia mulai mencari tahu. Setelah minum dua gelas, matanya menangkap sosok pria yang menggandeng seorang wanita dengan pakaian super seksi ke sebuah koridor gelap di dalam klub itu.
Ares merayu salah satu wanita yang ia temui di bar untuk menyamarkan langkahnya. Ia ikut merangkul dan membawa wanita itu ke koridor yang sama sebelum akhirnya menciuminya dengan panas beberapa saat. Tangannya mengeluarkan gulungan uang dan diselipkan pada tangan si wanita.
"Belilah sesuatu yang kamu sukai!" desah Ares lalu mencumbui ujung bibir gadis itu lagi.
"Terima kasih, tampan. Aku akan segera kembali!" Ares hanya menyengir nakal pada wanita yang bahkan sempat meraba perutnya sebelum ia pergi meninggalkan Ares di koridor itu. Ares meneruskan lagi berjalan sampai ia tiba di salah satu ruangan.
Terdengar suara desahan yang cukup keras karena harus bersaing dengan suara dentuman musik. Pintu dikunci tapi bukan Ares namanya jika tak bisa membuka apa pun. Ia membuka dan menggeser pintu itu. Lampu temaram berwarna merah langsung menyambut matanya tapi yang paling kentara adalah pemandangan di depannya.
Seorang wanita yang membelakangi Ares tengah bergerak menduduki pinggul pria di bawahnya. Dan suara desahan itu terdengar sampai keluar.
"Fuck ... siapa itu!" umpat si pria kesal adegan panasnya di saksikan oleh Ares yang berdiri dengan santai di sana. Pria itu melongok dari balik tubuh si wanita sambil masih sedikit mengentakkan pinggulnya. Keningnya mengernyit saat Ares masuk dan duduk di sebelahnya.
Wanita yang tengah bermain kuda-kudaan itu sedikit malu dan mengundurkan diri. Ia bangun memperbaiki letak pakaian dan memakai branya kembali.
"Aku belum selesai!" sembur si pria itu marah. Si wanita hanya diam saja dan keluar dari ruangan itu sedangkan Ares masih belum bicara apa pun. Dengan kesal, pria itu menarik lagi celananya dan mengancingnya sambil duduk di sebelah Ares.
"Apa maumu?"
"Aku datang untuk memastikan kamu selamat. Tapi ternyata kamu sedang bersenang-senang ya!" ejek Ares kemudian. Pria terkekeh sambil menyengir sinis.
"Harusnya aku menembakmu tadi. Kamu terlalu banyak bicara, Ares!" Ares sedikit tersenyum.
"Dude, I'm your brother!" (aku saudaramu!)
"Fuck you!" umpat pria itu tanpa menoleh pada Ares. Ares hanya mendengus tersenyum.
"Oh, Andy ... aku merindukanmu, teman!"