24.DUNIAMU TELAH HANCUR
Lagi-lagi Alex harus menahan amarahnya saat mendapatkan pesan dari orang yang sangat dii kenalnya. Orang itu adalah orang yang telah membuautnya seperti sekarang ini. Membuatnya harus menjauh dari gadis yang di citainya.
"brisik lo! Kalau elo emang berani lo temuin gue sekarang. Jangan Cuma di belakang layar aja pengecut lo," ucap Alex.
Ia sudah sagat muak sekali dengan teror yang bahkan tidak membuatnya takut sama sekali. Alex hanya membutuhkan penjelasan mengapa dua orang itu menjebaknya kala itu. Ia yakin ada sesuatu di balik semua ini.
"oke, besok kita ketemu di dekat menara Eifel. Dan lo dengar baik-baik ya kalau gue bukan pengecut!" tegas seseorang dari balik telepon.
"sebentar lagi gue akan lihat wajah kalian lagi, wajah-wajah yang bikin gue tidak bisa tenang seama ini," ujar Alex.
Ponselnya kemabali berdering, Alex pun segera mengangkatnya.
"halo Prit, ada apa?" tanya Alex.
"bang, Om Johan nyariin kamu kapan kamu pulang," ucap Prita.
"kalau urusan abang sudah kelar past abang pulang dek. Kamu bilang ya sama Ayah kalau secepatnya abang akan pulang," sahut Alex.
"oke deh Bang! Tapi beneran ya abang buruan pulangnya," ujar Prita.
"iya dek."
Telepon pun kemudian terputus, dan hanya ada sepi yang kembali menemani. Setiap hari itulah yang Alex rasakan. Namun, ia tidak akan kembali ke Indo sebelum masalahnya selesai.
"maafin Alex Yah, bukan maksut Alex ingin mengecewakan Ayah, tapi Alex harus menyelesaikan masalah Alex dulu. Setelah itu baru Alex akan kembali menata hidup Alex. Alex janji kaau Aex pasti akan bisa menjadi seperti yang Ayah harapkan."
Merasa bosan di dalam Aparetemennya lelaki itu memutuskan untuk keluar mencari angin. Desain yang is buat bahkan baru sampai di tahap awal. Moodnya langsung hilang saat mendapatkan telepon dari orang itu.
"mau ke Eifel pasti di sekitar sana ada Chika, gue yakin banget kalau gue menampakan diri di hadapannya itu tidak baik.," ujar Alex.
"apa gue telpon Rio aja ya, siapa tau dia lagi gak sama Chika."
Baru saja Alex hendak menelpon Rio, ia sudah melihat lelaki itu berjalan beriringan dengan Chika.
"kenapa dia malah jadi kaya semakin mencari kesepatan gitu ya sama Chika, jangan-jangan dia suka lagi sama Chika," ujar Alex menerka-nerka.
Alex mengikuti langkah kaki Chika dan juga Rio, tentunya tanpa sepengetahuan mereka. Ia penasaran Rio akan mengajak Alex kemana.
"mau kemana sih sebenarnya mereka berdua," tukas Alex.
Ada gejolak cemburu di dalam hatinya. Namun, ia tidak bisa meluapkan emosinya begitu saja. Ia harus ingat dengan posisinya saat ini.
"aku hanya bisa melhat ketika begitu bahagianya kamu bersama orang lain tanpa kamu ketahui bahwa dia adalah sahabatku sendiri"
"kita mau kemana sih Yo?" tanya chika.
"mau jalan-jalan aja keliling kota Paris," saht Rio.
"boleh, gue juga lagi butuh hiburan sebenarnya, jenuh jugaketemunya sama tugas terus," ucap Chika.
"kalau Cuma tugas sama kali, kita kan satu frekuensi. A begitulah calon dokter apalagi nanti kalau udah mulai prektek lebih ngeri tau," ujar Rio.
"ya udah makanya hari ini buat seneng-seneng aja sebelum nanti kita bertambah sibuk lagi," cetus Chika.
"itu mau lo kali buat seneng-seneng, kalau gue tetep aja kepikiran sma tugas," sahut Rio.
"ya udah di buat riexs aja kali Yo, tugasnya di fikir nanti yang penting buat seneng-seneng aja dulu," saran Chika.
Alex mengurungkan niatnya untuk mengikuti Chika dan Rio. Lelaki itu memilih pulang dan menyelesaikan desainnya.
"dari pada hati gue panas, mending gue gak lihat sekalian." Begitulah fikir Alex.
Kali ini Alex menggambar sebuah desain dengan pola gambar manusia. Ia sengaja mebuat gambar seorang gadis yang sedang terduduk dan memegang sebuah suntikan di tangan kanannya. Gambar itu Alex buat bukan tanpa alasan. Ada arti yang mendalam yang terkandung di dalamnya.
Suatu hari nanti yang ada di dalam gambar itu pasti akan terjadi pada dirinya dan juga Chika, Alex yakin kalau Chika sudah tau tentang penyakitya pasti dia akan bertambah kecewa dan berfikir yang aneh-aneh tentangnya.
"duniaku belum hancur, duniaku masih sama hanya saja ada sesuatu yang harus gue perbaiki. Gue tidak akan tinggal diam dengan semua ini, gue pasti akan balas semua yang udah gue alamai ini."
Lelaki itu bersumpah kalau dirinya pasti akan menghancurkan hidup dua orang itu.
Bangsat!
Kalian berdua bangsattt!
Kejadian itu benar-benar membekas di ingatan Alex. Lintasan demi lintasan kejadian itu terus melintas di fikiran Alex. Bagaimana ia bisa melupakan kejadian yang sangat di bencinya itu.
Anjir
Bangsat..
Brengsek!
Lelaki terus mengumpat, kalau saja dua orang itu sekarang ada di hadapannya mungkin sudah keberapa kalinya tangannya itu menonjok.
"kalian lihat besok gue gak akan segan-segan bikin kalian berdua mampus!" ujar Alex. Matanya membulat tajam tanda kalau dirinya tengah meredam amarah.
Sementara dalam waktu yang sama namun dalam tempat yang berbeda Chka tengah asyik menikmati es krim. Terlihat aura yang bahagia terpancar dari wajahnya. Hanya dengan hal sesederhana ini gadis itu bisa sebahagia ini.
Benar-benar sangat sedrhana sekali. Rio yang tadinya mengira akan sangat sulit untuknya menghibuur Chika nyatanya tidak seperti yang ada dalam bayangannya.
"kalau gue punya banyak waktu untuk bersama untuk gue habiskan sama elo, maka sedikit pun tidak akan gue biarkan elo terluka," ujar Ro liriih namun begitu bermakna.
Sayangnya Rio tidak mungkin menghianati sahabatnya. Alex terlalu baik untuk ia sakiti, ia harus bisa mengendalikan perasaanya agar tidak semakin dalam. Karena jika cinta sudah berkuasa maka logika sering kali tidak terpakai dan itu justru akan merusak segalanya.
"andai gue kenal elo lebih dulu Chik, tidak akan aku sia-siakan satu menit saja waktu bersama kamu."
"ehh, lo gue perhatiin dari tadi melamun aja, ada apa emang?" tanya Chika.
"enggak! Gak ada apa-apa kok," elak Rio.
"gausah bohong lo sama gue, kelihatan kok dari muka elo," bantah Chika.
Bukan Chika namanya kalau tidak bisa membaca mimik wajah dari lawan bicaranya.
"udah lo lanjutin aja makan es krimya, lihat tuh sampai belepotan gitu," ujar Rio.
Lelaki itu reflek mengambil tisu yang ada d dalam sakunya dan mengelap bibir Chika yang belepotan akibat terkena es krim.
"ohh ya! Gue sampai gak nyadar kalau sampai belepotan makan es krimnya saking menikmatinya mungkin hahaha," sahut Chika.
Gadis itu tidak enak sebenarnya di perlakukan seperti ini oleh Rio. Dan selanjutnya pun mereka berdua justru menjadi canngung.
"duh kok gue jadi deg-degan gini ya!" pekik Rio dalam hati.