Chereads / Meet In Paris / Chapter 21 - BAB 21

Chapter 21 - BAB 21

INI BARU PERMULAAN

Aalbert sudah sangat geram sekali dengan Rio yang mencoba menjauhkannya dari Chika. Enak saja cowok tengil seperti Rio bisa mengalahkanya, jelas saja Albert tidak bisa teima itu. Maka lelaki itu bermaksud untuk memberikan Rio sedikit pelajaran.

"ada urusan apa kamu denganku?" tanya Albert dengan sorot mata menusuk.

'kenapa kamu suka dengan chika hingga saat aku dekat dengannya kamu merasa cemburu!" sahut Rio.

"itu sama sekali bukan urusanmu, yang jelas kamu jangan mencoba menyuruh Chika buat jauh dariku."

"ohh, jadi kamu juga menguping pembicaraanku sama Chika," sahut Rio dengan senyuman mengejek.

Merasa kalau dirinya di rendahkan oleh Rio akhirnya Albert melayangkan satu pukulan pada wajah Rio.

"brengsek, lo fikir gue takut sama elo!" sentak Rio.

Jelas saja ia tidak di terima oleh kekerasan yang di dapatkannya barusan. Maka dengan sekuat tenaga pun Rio membalasnya.

"Cuma segini kamampuan elo, deneger ya buat bersaing sama gue aja elo itu gak sanggup. Jangan sok jadi jagoan deh elo," tegas Albert.

Lelaki itu kembali melayangkan pukulan pada perut Albert yang membuat Rio mengaduh. Albert juga meninju bibir Rio hingga sobek dan mengeluarkan darah.

"ingat ya ini baru peringatan pertama, dan gue gak segan-segan akan melakukan yang lebih dari ini kalau elo berani macam-macam," ancam Albert.

Setelah itu Albert langsung melangkahkan kakinya berlalu meninggalkan Rio. Sementara Rio memegangi perutnya yang sakit akibat pukulan dari Albert.

"bukan main, gue harus lebih hati-hati kalau sama Albert. Benar dia bukanlah lawan gue, dan gue harus waspada sama dia.

Karena tidak kuat kalau harus berjalan pulang ke apartemennya akhirnya Rio memutuskan untuk menghubungi Alex agar turun ke bawah membantunya.

Tak lama kemudian orang yang ditunggunya datang, Alex pun langsung membantu Rio.

"gue benar-benar gak terima kalau sampai elo terluka lebih parah lagi dari ini. Dan gue benar-benar tidak akan tinggal diam.

"gue gak papa kok Lex, untuk menghadapi orang sep erti itu kita harus main cantik, karena kalau enggak bisa-bisa kita kalah sebelum berperang Lex!" tegas Rio.

"tapi dengan begini kita sama aja di hina Yo, dan gue gak bisa biarin itu terjadi berlarut-larut."

"sabar dulu, kita gak boleh terlalu gegabah dulu. Kita harus menyusun strategi buat melawan Albert. Dan gue tau cara buat bikin dia gak bisa seenaknya lagi," ucap Rio.

"ya udah mending lo balik ke Apartemen gue aja, udah malam juga soalnya," saran Alex.

"ya udah ayok," sahut Rio.

Alex pun sudah lebih dulu berjalan menuju lift, sedangkan Rio sama sekali belum melangkahkan kakinya.

"Lek, tungguin ngapa lo main nyelonong aja gitu gak tau apa kalau sahabatnya ini tengah terluka,' protes Rio.

"ya ellah llo manja banget sih, ayo buruan jalan,' tukas Alex.

"iya-iya sabar, ini juga lagi mau jln kok," ujar Rio.

Persahabatan mereka memang masih dikatakan baru seumur jagung, namun bagi keduanya sudah sangat cocok dan nyaman. Bahkan Rio rela tubuhnya babak belur hanya demi berusaha melidungi Chika dari orang jahat semacam Albert.

Setelah sampai di Apartemen Alex, Rio langgsung merebahkan diri di kasur empuk milik Alex. Tentu saja Rio langdung di tegur oleh Alex karena dia belum membersihkan tubuhnya. Bahkan sepetunya saja , masih melekat di kakinya.

"eh sembarangan lo ya, kalau mau tidur itu ya bersih-bersih dulu. Lihat tuh muka elo kan masih kaya plastik bekas gitu," cetus Alex.

"iya-iya gue cuci muka niih sekarang, lagian elo kenapa sih jadi cowok kok bawel banget!" ujar Rio.

"eh bukannya gue itu bawel ya, tap ya emang kenyataanya gitu kan, lo itu gak menjaga kebersihan. Ingat ini lagi musim penyakit gini, kita harus pintar-pintar menjaga diri!" tegas Alex.

"elaah cuma mau bersihin muka aja pakek di ceramahin gue," keluh Rio.

"gue bilang gini juga demi kebaikan elo, jaadi ya elo harus jaga kebersihan mulai dari sekarang."

Alex memanglah tipecowok yang selalu mementingkan kebersihan. Apalagi dengan kondisi dirinya saat ini, tentu ia akan lebih detail lagi dengan kebersihannya.

"gue lapar nih Brow lo ada stok makanan gitu gak?" tanya Rio.

"buset gue ngoceh dari tadi ternyata gak lo dengerin ya," ucap Alex.

"gue denger kok, ya Cuma kan gue lapar ya gue mau makan lah," sahut Rio.

"ada lo ambil aja di almari dapur ada mie instan, kalau gak ya di kulkas ada roti terserah elo mau makan apa!" ucap Alex.

"oke beres, kalau gitu kan gue bisa tidur dengan nyaman dan dengan perut yang kenyang," sahut Rio.

"kalau udah soal makan aja lo gercep!" celetuk Alex.

Lelaki itu kemudian merebahkan dirinya di atas kasur. Lagi-lagi sosok Chika yang terus memenuhi fikirannya.

"kenapa sih gue susah banget buat lepas dari bayang-bayang Chika, gue tersiksa dengan kesalahan yang gue buat sendiri," ucap Alex.

Ia sama sekali tidak menyangka kalau dirinya akan mengalami masalah yang lebih sulit lagi dengan masalahnya yang telah lalu. Bukan Alex tidak percaya kalau semua masalah itu pasti ada jalan keluarnya, namun kali ini mungkin akan sedikit lamban dari jalannya yang lalu.

Sementara di tempat yang berbeda Albert sedang bersama kedua temannya. Entah mereka tengah menyuyun sebuah rencana atau memang sengaja berkumpul untuk sekedar minum wine.

"gila lo sejak kapan elo berubah jadi sebucin itu?" tanya salah satu temanya.

"kali ini beda Brow, gue jatuh hati padanya pada pandangan pertama. Matanya memancarkan sinar yang begitu kuat hingga mampu menarikku ke dalamnya," sahut Albert.

"gila, sejak kapan elo sok puitis gitu," tutur Aldo. Ia adalah teman Albert dari kecil.

"sejakku mengenalnya," sambar Also dengan suara yang di buat-buat.

"alay banget deh sumpah!" ucap Aldo.

"biar sahabat kita ini lebih mendalaminya Brow," tukas Also.

"kalian bukannya kasih suprot ke aku malahan ngejekin aku gitu," keluh Albert.

"siapa bilang, justru kita itu suprot elo kok. Lo harus semangat buat dapatkan dia," ujar Also.

"tapi gue itu punya saingan buat dapatin tuh cewek, belum lagi permintaan abang gue yang berat banget lagi," ujar Albert.

"lo harus semangat, gue yakin kok kalau elo itu pasti bisa!" ucap Aldo.

Semangat dari seorang teman memang paling mujarab, karena buktinya perasaan Albert sudah tidak sekalut tadi saat ia memberikan peringatan pada Rio.

"kalau gitu sekarang kita harus happy-happy, tos dulu dong.

Mereka bertiga pun akhirnya bersulang dan meminum wine sebanyak-banyaknya. Hingga mereka semua sama-sama tidak sdarkakn diri akibat pengaruh wine yang kadar memabukannya luamayan tinggi.