"Kau yakin?"
Aku melonjak kaget mendengar suara itu. Aku menoleh ke belakang dan seperti yang kuduga sebelumnya, Ajeng berada di belakangku dengan berkacak pinggang dan memandangiku dengan ekspresi serius. Sial, sejak kapan dia disitu? Bukankah tadi dia masih duduk di kursi? Gerakannya benar-benar cepat. Tak bisa dipercaya.
"Ya. Aku yakin."
"Kalau gitu tar aku sendirian dong?"
Aku mengangkat alis kananku. Dia ingin pergi bersama? "Kan masih banyak orang lain."
"Aku maunya sama kamu."
"Gak usah pergi kalau gitu."
"Hei! Ini cuma 3 tahun sekali, kau tahu? Ini kesempatan yang sangat sangat saaaangaaat langka! Kau akan menyesal seumur hidup kalau melewatkannya! Sumpah!"
...Seumur hidup? Bukankah tinggal menunggu 3 tahun berikutnya? Dia memang sangat suka melebih-lebihkan sesuatu yang tidak penting. "Kau kan bisa pergi sendirian. Itu juga lumayan seru loh. Kau juga bisa mencari cowok untuk kau gebet disana."