"Haaaaaaaah....."
Sebuah suara pelan lagi kecil secara samar samar terdengar di tengah tengah kesunyian malam, yang dimana kiranya asal dari suara pelan lagi kecil tersebut berasal dari seorang bocah laki laki yang masih terjaga walaupun kiranya telah larut malam.
Bocah laki laki yang memiliki rambut hitam panjang lagi berantakan itu pun kembali mendesah pelan, yang dimana kiranya suara itu mampu mengungkapkan akan kesedihan dan juga akan rasa bosan yang dirasakan oleh bocah itu sekarang ini pada setiap orang yang mendengarnya.
Walaupun tepat di atas bocah laki laki tersebut sedang terdapat dan terbentang langit malam yang terhampar luas tanpa tertutup awan sedikitpun lengkap dengan ribuan bintang yang saling berdempetan dan bercahaya indah, namun semua hal tersebut hanyalah pemandangan yang biasa terlihat bagi dirinya. Bahkan kehadiran bulan purnama yang sedang bersinar dengan eloknya itu tetap saja tak mampu untuk sedikit menghibur akan keresahan dan kegundahan yang sedang dirasakan oleh bocah laki laki itu sekarang ini.
Yaaaah...lagipula bocah itu selalu melihat pemandangan seperti itu hampir setiap malam jikalau langit tidak sedang sedih dan menangis deras, sehingga kiranya pemandangan seindah apapun tidak lagi cukup untuk sekedar menghibur perasannya.
Walau tubuhnya sedang merasa kedinginan, walau angin malam selalu membelai tubuhnya, walau api unggun di dekatnya telah lama padam, walau hanya mengenakan sehelai kulit binatang di tubuhnya, serta walau juga rumput rumput liar yang sedang berada di bawah tubuhnya itu terasa seakan akan sedang berontak dan mencakar cakar akan punggung tubuhnya setiap kali dia bergerak, namun kiranya semua hal tersebut tak mampu menghentikan bocah itu untuk melakukan rutinitas-nya itu setiap malam.
Berbaring sendirian di depan sebuah gua.
Berbaring sendirian sembari memandangi langit berbintang merupakan salah satu kegiatan favorit yang senantiasa dilakukan oleh bocah laki laki itu setiap malam. Tak lupa pula sembari berbaring bocah itu juga mulai memikirkan akan sesuatu yang telah lama mendekam di dalam kepalanya.
Tubuh bocah itu pun seakan mendukungnya juga. Dia sama sekali tak merasa kedinginan apalagi menggigil menghadapi rayuan sang angin malam. Sementara itu, yang ada di dalam kepalanya hanyalah perasaan bosan dan hampa.
"Sampai kapan aku begini? Bangun,mandi, berburu sampai sore,bakar hasil buruan,makan,tidur,dan terulang lagi...setiap hari. Apa sampai mati aku begini mulu? Hampa, tanpa tujuan, tak ada hal yang menegangkan apa??? ...Haaaah....."
Setelah menghela nafas, dia melirik ke dalam gua, hanya intuk melihat ayah dan ibunya tertidur dengan wajah lelah tapi ekspresi mereka....damai? Bagaimana mereka bisa tidur nyenyak tanpa beralaskan apapun kecuali tanah dan rumput di dalam gua? Tapi mereka lah alasan bocah itu tidak berbuat aneh aneh, walau hatinya sangat ingin menjelajah.
Dia tak ingin jauh dari orang tuanya dan rela berburu setiap hari demi melihat senyum bangga dan puas dari mereka. Yah,itu lebih dari cukup.
Setelah puas melihat wajah orang tuanya, bocah itu melihat orang" desa yang tengah terlelap. Mereka berhamburan dimana mana. Ada yang di bawah pohon, di gundukan tanah, di dahan pohon besar, di dalam gua kecil lain di sekitar, di tebing dan beberapa di tanah lapang serta tebing. Sisa api unggun berserakan di dekat mereka. Walau hanya berselimutkan kulit binatang usang, mereka terlihat sangat lelap dan damai. Malam yang sungguh tenang dan sunyi.
Tunggu...Sunyi? Bocah itu mengangkat satu alisnya, menyadari ada yang aneh malam ini. Ya benar! Ini bukan pertama kali dia begadang, Akan tetapi malam sebelumnya tak pernah sesunyi ini. Pasti selalu ada suara lolongan serigala atau kicauan burung hantu. Bahkan, dia pernah beberapa kali membuat warga terbangun hanya untuk melihatnya membunuh seekor harimau atau ular yang muncul dan menganggu secara tiba tiba dengan menggunakan tombak batu andalannya. Intinya,selalu ada yang mengganggunya sebelumnya. Tapi...kenapa malam ini tak ada satupun hewan yang terlihat atau terdengar? Jangan jangan....
"Hahaha! Tidak mungkin lah! Aku sedang memikirkan tentang hal apa sih?"
Saat dia menepis semua kecurigaannya dan kembali terlena akan pikirannya, sudut mata bocah itu tiba tiba menangkap sekilas akan sekelebat sesuatu di langit yang melesat di langit.
"Ap- Apa itu?" Merasa kaget, bocah itu langsung menggerakkan matanya untuk menangkap dan melihat akan apakah gerangan sesuatu yang baru saja terlihat di sudut matanya itu.
"Ah! Bintang jatuh!"
Ya. Sesuatu itu tak lain dan tak bukan merupakan sebuah pemandangan seperti bintang jatuh yang melesat di langit malam, seakan akan tengah membelah gelapnya langit kelam pada waktu itu.
Tapi...ada yang aneh.
Bintang itu ekornya tidak berwarna kuning atau putih seperti biasanya, melainkan berwarna warni! Terlihat terdapat warna merah, hijau, kuning, biru, ungu dan beberapa warna lain di ekornya yang melambai dengan anggun. Sejak kapan ada bintang jatuh seperti itu? Seperti... Seperti sangat istimewa.
Bocah itu seketika langsung berfokus melihat akan sekelebat bintang jatuh itu dengan mata terbelalak. "Bintang jatuh? Aku sering mendengarnya dari Nenek kalau di dalam bintang jatuh itu terdapat dewa bintang sakti yg berkunjung ke bumi. Katanya, kalau melihatnya maka ucapkan permohonan. Tapi kalau mau permohonan benar benar terkabul, kejarlah bintang itu. Di tempat bintang itu jatuh kau akan menemukan dewa bintang yg akan mengabulkan satu permohonanmu." Gumam bocah itu sendirian.
Sontak bocah itu menyeringai dan menatap ke atas dengan mata berbinar. "Mungkinkah... Mungkinkah ini takdir ku untuk lepas dari kehidupan yang membosankan?"
Bocah itu berdiri dan sebelum dia menggerakkan kakinya, dia melirik dengan ragu ke dalam gua.
"Apakah aku sanggup berpisah dari ibu? Berpisah dari ayah? Sanggupkah aku?" Gumamnya, sembari kembali melihat kedalam gua, hanya untuk melihat akan pemandangan seorang wanita dewasa yang sedang tertidur dengan lelapnya. Juga terlihat seorang laki laki yang juga sedang tertidur dengan lelapnya di samping wanita itu. Mereka berdua tak lain dan tak bukan merupakan kedua orang tua dari bocah itu.
Di sudut sebelah kanan, terlihat akan seorang wanita paruh baya yang merupakan neneknya yang tersayang sedang tertidur jua. Sedangkan di sudut kiri terlihat juga akan saudarinya yang cukup menyebalkan namun anggun sedang tertidur tak kalah lelap dari yang lainnya, bahkan sampai mendengkur segala.
Mereka semua adalah keluarganya....
Mereka semua adalah anggota keluarganya tercinta, dan mereka semua kini sedang tertidur dengan lelap dan damai, seolah olah beban hidup mereka telah lenyap semuanya.
Melihat akan mereka semua, tiba tiba terbersit perasaan ragu di dalam hati bocah itu.
"Apakah aku harus meninggalkan mereka semua?"
"Sanggupkah aku meninggalkan mereka semua hanya untuk sesuatu yang bahkan belum tentu bisa kugapai?"
"....Sanggupkah aku?"
Swuuuuuuush!!!!!
Kaget, bocah itu kembali melihat ke arah langit, dan terlihatlah kembali akan pemandangan bintang jatuh itu yang masih melesat di atas langit malam, kini mulai menjauhinya.
Suara memekik yang baru saja terdengar itu..... apakah berasal dari bintang jatuh itu?
Seolah olah... Seolah olah bintang jatuh itu sedang memanggil manggil dirinya untuk bergegas mengejar sebelum bintang jatuh itu menghilang dari pandangannya.
Menyadari akan hal itu, seketika langsung lenyaplah semua rasa ragu di dalam hati bocah laki laki itu.
Kini di dalam kepalanya hanya dipenuhi akan satu hal saja.
"Aku... Aku harus mengejar bintang jatuh itu!"
....