Chereads / The Master Of Elements / Chapter 3 - Dewa Bintang?

Chapter 3 - Dewa Bintang?

"....Sungguh indah."

Bocah laki laki itu sempat terpaku sejenak sembari berdiri di atas permukaan datar dari sebuah bukit tersebut, sebelum kemudian kesadarannya kembali.

"Hah! Apa apaan sih aku ini?? Malah memikirkan hal hal yang gak penting." Bocah itu menggeleng-gelengkan kepalanya ke arah kanan dan kiri sejenak, sebelum kemudian kembali menoleh ke arah atas.

Tak lama setelah itu, terlihatlah di kedua bola mata bocah itu akan sebuah pemandangan dari sebuah benda yang menuntun akan dirinya hingga bisa sampai di tempat ini.

"Ah... Itu dia!" Melihat kembali akan sebuah bintang jatuh yang selalu dikejarnya pada beberapa waktu yang lalu, bocah laki laki itu merasa sedikit lega. Untunglah dia tidak kehilangan akan jejak dari bintang jatuh itu, begitu pikirnya.

Namun perasaan lega itu seketika memudar, dan langsung berganti dengan perasaan kaget lagi heran.

"Eh....."

Bintang jatuh yang sedang dilihatnya itu terlihat sama saja seperti sebelumnya, kecuali mengenai satu hal.

Menukik jatuh.

Bintang jatuh itu tidak lagi melesat di langit malam, melainkan menukik dengan tajamnya ke arah bawah.

Swuuuush....

Bintang jatuh itu menukik dengan tajam ke arah bawah, bagaikan sebuah bom atom yang dijatuhkan oleh pihak musuh ke area kekuasaan lawannya.

"Ap-"

Duar!!!!

Benar benar bagaikan sebuah bom atom, bintang jatuh itu kemudian mendarat tepat di area padang rumput tersebut. Menghujam dengan tajamnya ke area yang dikelilingi oleh perbukitan tersebut, menyebabkan suara yang amat keras bisa terdengar di sekitar area itu.

"Uwaaaa!" Bocah laki laki yang sama sekali tidak mengira akan hal itu pun tak bisa menyembunyikan akan rasa kagetnya. Dia secara reflek menutup akan kedua telinganya guna sedikit meredam akan suara keras yang terdengar itu, walaupun hal itu sebenarnya tidak banyak membantu. Suara yang ditimbulkan oleh kejatuhan dari bintang jatuh itu masih saja terdengar amat memekakkan telinga, seakan akan berusaha untuk menusuk nusuk akan gendang telinganya.

Bersamaan dengan suara yang amat memekakkan telinga itu, di area tempat jatuhnya bintang jatuh itu pun terlihat amat kacau. Tampak cahaya yang amat menyilaukan mata tepat di area tempat jatuhnya bintang misterius itu. Tanah dan rumput di sekitarnya pun ikut terlempar akibat dari kejadian itu, berterbangan dan terpencar kemana mana. Gumpalan debu juga ikut berterbangan di sekitar area itu, bersatu dengan cahaya yang amat terang itu sehingga membuat siapapun tidak akan sanggup untuk terus melihat ke arah tempat itu.

Begitu juga dengan bocah laki laki itu.

Kedua matanya seakan buta untuk sepersekian detik setelah melihat akan kilatan cahaya itu. Bocah itu secara reflek langsung menjatuhkan tubuhnya. Dia berada di dalam posisi tiarap sembari memejamkan akan kedua matanya, mengamankan mereka dari kilatan cahaya serta dari debu yang berterbangan. Kedua telapak tangannya pun masih berada di depan kedua telinganya, berusaha sekeras mungkin untuk meredam suara keras yang didengarnya.

Dengan posisi tiarap, bocah itu merasakan akan hembusan angin kencang yang menerpa tubuhnya. Debu, bebatuan kerikil dan rumput berterbangan di atasnya. Bocah itu tidak mengindahkannya, dan tetap berada di dalam posisi tiarap sembari melindungi Indra penglihatan dan pendengarannya.

Beberapa detik kemudian, suasana mulai tenang kembali. Tak terasa lagi hembusan angin ataupun debu yang berterbangan. Suara keras itu pun juga tidak lagi terdengar. Menyadarinya, bocah laki laki itu secara perlahan mengangkat kepalanya.

"D- Dewa Bintang?"

Dia merasa tertegun sejenak saat melihat area padang rumput yang sebelumnya sangat datar dan hijau itu kini telah diselimuti oleh gumpalan asap yang cukup tebal.

Melihat itu, bocah laki laki itu malah merasa antusias. Dia berpikir jikalau dirinya telah berhasil mengejar akan bintang jatuh itu hingga kini keinginan dan harapannya telah terhampar tepat di depan mata.

"De... Dewa Bintang! Dewa Bintang telah datang! Dewa Bintang pasti sedang berada di sana dan menungguku! Pasti!" Dengan dipenuhi akan rasa semangat yang menggebu gebu, bocah laki laki itu mulai berlari dengan kencangnya. Dia berlari menuruni bukit, menuju ke tempat yang tengah dikelilingi oleh kepulan asap tebal tersebut.

Dia terus berlari menerobos akan kepulan asap tersebut, sampai kemudian ketika dirinya telah sampai di area itu dia melihat akan sebuah pemandangan yang cukup untuk membuatnya tercengang.

Sebuah kawah.

Di area padang rumput yang sebelumnya terlihat dipenuhi akan rerumputan hijau itu kini telah menghilang, digantikan oleh sebuah lubang raksasa yang sekilas terlihat seperti sebuah kawah yang besar lagi dalam.

Hanya dengan sekali pandang saja sudah bisa ditebak jika lubang raksasa itu pasti terbentuk karena bintang jatuh yang menghantam akan permukaan Bumi pada beberapa waktu sebelumnya.

Kiranya bintang jatuh yang telah dikejarnya pada beberapa waktu yang lalu itu telah benar benar jatuh ke area padang rumput ini, membuat sebuah lubang raksasa pun terbentuk saking dahsyatnya.

Kedua kaki bocah itu sedikit bergetar saat dia melihat akan penampakan lubang besar yang berada tepat di depan tubuhnya itu. Kakinya mulai terasa lemas, sampai akhirnya bocah itu terduduk tepat di hadapan lubang raksasa itu.

Tanpa diperintah, bocah itu mulai menurunkan tubuh bagian atasnya. Kepala dan kedua tangannya menyentuh permukaan tanah, membungkuk dan menyembah dengan khidmat ke arah lubang raksasa tersebut berada.

"S-Salam wahai Dewa Bintang yang agung! P- Perkenalkan. Namaku Dewaja. T- Salam hormat dariku dan selamat datang." Ucap bocah yang bernama Dewaja itu dengan gugup.

...

....

"....."

Sudah lewat beberapa waktu, dan sama sekali tidak ada satu pun respon ataupun jawaban yang terdengar. Dewaja mulai merasa ada yang aneh, lalu secara perlahan dia pun mengangkat kembali tubuhnya.

"D- Dewa Bintang?"

Dewaja celingak celinguk memperhatikan akan keadaan sekitarnya, berharap jikalau dia akan melihat sosok dewa nan agung yang akan mengabulkan keinginannya. Namun tak peduli akan seberapa besar keinginannya itu, faktanya Dewaja tidak melihat akan seorangpun selain dirinya sendiri.

"K- Kenapa tidak ada siapa siapa?" Dewaja sibuk memperhatikan akan keadaan sekitarnya yang kini sudah bisa terlihat dengan jelas. Kiranya dirinya telah berlutut untuk waktu yang cukup lama, sehingga seluruh asap dan debu yang memenuhi akan tempat ini sekarang telah lenyap menghilang semuanya.

Dewaja masih melihat lihat akan keadaan sekitarnya, sebelum akhirnya pandangan matanya terpaku pada apa yang berada tepat di hadapan dirinya.

Sebuah lubang raksasa.

"Ah! Ini dia! Lubang ini!" Ujar Dewaja dengan semangat. "Pasti Dewa Bintang sedang berada di dalamnya! Pasti sang Dewa sedang menunggu diriku di dalam lubang raksasa ini! Pasti!"

Tanpa pikir panjang, Dewaja langsung berdiri, sebelum kemudian mulai berjalan mendekati permukaan dari lubang raksasa itu dengan cukup cepat.

Namun saat Dewaja melirik ke dalam lubang raksasa itu, hanya terlihat akan permukaan tanah yang hancur berantakan di dalamnya.

Namun seakan akan tak mau menyerah, Dewaja malah melompat masuk ke dalam lubang raksasa itu. Dengan harapan bisa bertemu dengan sosok sang Dewa Bintang, Dewaja berhasil mendarat dengan mulus, sebelum kemudian mulai berkeliling di dalam lubang raksasa itu.

"D- Dewa?"

Seperti apa yang telah dilihatnya sebelumnya, di dalam lubang raksasa itu hanya terdapat permukaan tanah yang hancur, rumput yang berserakan dan juga kegelapan yang mengerikan.

Namun juga terlihat akan seberkas sinar yang kecil namun cukup menyilaukan mata.

"S- Sinar apa ini? Dewa Bintang?"

Rasa semangat kembali membuncah di dalam dadanya. Dewaja langsung bergerak ke arah dimana seberkas sinar itu berada, sebelum akhirnya dia berhasil menemukan sumber dari sinar itu yang ternyata tersembunyi di balik tumpukan tanah yang telah retak dan hancur.

"Benda apa ini?"