Dewaja segera menoleh ke samping, dan dugaannya ternyata benar. Batu bintang kini memancarkan cahaya berwarna ungu, menyiratkan bahwa bencana angin tornado itu pasti berasal dari batu bintang itu.
"Ap.... Apa apaan??"
Untuk sekejap tubuh Dewaja membeku di tempat, tak menyangka akan betapa berbahayanya kekuatan yang dimiliki oleh sebuah batu yang ditemukannya tergeletak di atas permukaan tanah beberapa waktu yang lalu itu.
Namun untunglah hal itu tak berlangsung lama. Bocah laki laki itu pun berhasil mendapatkan kesadarannya kembali.
"Tidak! Hentikan!" Dewaja dengan bergegas langsung menggerakkan jari di tangan kanannya untuk menekan satu sisi yang terletak berseberangan dengan sisi yang terlihat memancarkan warna ungu paling terang. Sisi yang ditekannya secara tak sengaja beberapa saat sebelumnya.
Dewaja menekannya dengan memiliki satu pikiran di dalam kepalanya.
Harapan.
Harapan jika bencana angin menggulung gulung yang berasal dari batu bintang itu akan langsung lenyap, berhenti dan menghilang sepenuhnya.
Klik.
Namun sayangnya, harapannya itu langsung hancur berkeping keping.
Dewaja tidak merasakan adanya perubahan sama sekali. Bencana angin tornado itu masih menerjang desa tempat dirinya tinggal dengan dahsyatnya.
Sinar berwarna ungu yang dipancarkan oleh batu bintang itu pun sama sekali tidak memudar. malah muncul pula seberkas sinar lainnya.
Muncul sinar berwarna jingga dari batu bintang itu, tapi anehnya sinar ungu itu tidak langsung menghilang.
Kedua cahaya yang berbeda warna itu terlihat menyala secara berdampingan pada waktu yang bersamaan.
Ctaaaar!!!!
Tiba tiba, terdengar suara petir yang bersahut sahutan.
"Aaaaah!" Jantung Dewaja serasa mau copot setelah mendengar suara halilintar yang terdengar seakan membelah seisi Bumi itu.
Bencana angin tornado itu kini telah menjadi badai petir.