Wajah Kira dan Petra menjadi pucat. "Persiapkan dirimu kawan," ujar Kira yang pasrah.
"Sudah kulakukan dari tadi," ujar Petra sambil tersenyum.
Ruby beranjak dari kasurnya sambil menutupi tubuhnya dengan selimut. Lalu ia membuka jendela rumahnya.
"Apa yang kalian lihat dasar mesum! Water ball!" Ruby menembakkan dua bola air ke Petra dan Kira. Bola air membuat dorongan sehingga mereka berdua terjatuh dari atas beranda.
Bruuk! "Aduh-duh, sakitnya." ujar Petra kesakitan sambil menggosok bokongnya.
"Ukh untunglah tulang bokongku tidak patah." ujar Kira lega sambil mengecek tubuhnya.
"Woi Ruby! Kalau marah itu pakai pikiran! Kami baru saja jatuh dari lantai dua beranda rumahmu, sialan!" ujar Petra yang kesal sambil menunjuk Ruby.
"Itu salah kalian sendiri. Intinya rasakan itu!" ujar Ruby.
"Sudahlah Pet. Ruby sekarang kamu cepat bersiap, nanti kita telat," ujar Kira.
"Iya, tunggu saja di sana." Ruby pun menutup jendelanya dan langsung pergi mandi.
Karena baru saja terkena serangan air Ruby. Tubuh Petra dan Kira menjadi basah kuyup.
"Duh gimana nih Pet? Baju kita basah semua. Mana tas kita juga basah." keluh Kira kebingungan sambil memeriksa bukunya.
Lalu Kira menoleh ke arah Petra, dan ia menjadi terkejut melihat Petra yang tubuhnya kering.
"Hee? Kok bisa kau tidak basah?" tanya Kira dengan ekspresi terkejutnya.
"Apakah kamu lupa? Kekuatanku kan adalah api. Karena api itu panas. Jadi aku bisa mengeringkannya." ujar Petra.
"Benar juga. Tapi bagaimana caranya? Bukankah seharusnya bajumu terbakar?" tanya Kira.
"Itu mudah. Aku hanya perlu mengeluarkan suhu panas tanpa api dan cukup mengarahkannya ke tubuhku," jawab Petra.
"Aku merasa iri dengan kemampuanmu yang praktis itu. Kalau begitu tolong keringkan tubuhku juga," ujar Kira.
"Ok." Petra lalu memegang pundak Kira. Dan memusatkan panas di tangannya. "Heat!" seketika hawa panas mengalir di seluruh tubuh Kira dan mengeringkan tubuh serta pakaian dan tasnya.
"Sip, sudah selesai," ujar Petra. Kira pun langsung memeriksa pakaiannya. "Wah benar! Ini langsung kering. Terima kasih Petra," ujar Kira.
"Iya-iya," jawab Petra.
"Si Ruby kenapa lama sekali?" ujar Petra.
"Yah namanya juga cewek Pet. Dandannya pasti lama," ujar Kira.
Dikarenakan Ruby yang tak kunjung datang. Petra dan Kira pun mulai mengantuk dan akhirnya mereka tertidur.
Waktu pun berlalu ...
"Kira, Petra, ayo cepat bangun! nanti kita terlambat ke sekolah!" ujar panik Ruby sambil menepuk-nepuk pipi Petra dan Kira.
"Ha, ada apa?" tanya Petra yang baru bangun dengan mata sayunya. Kira pun terbangun.
"Jam masuk sekolah tinggal 15 menit lagi, ayo cepat kita pergi!" ujar Ruby tergesa.
"Ha, seriusan? Yaudah ayo cepat kita lari!" ujar Kira. Mereka pun berlari menuju sekolah.
"Akh, kenapa begini jadinya?" ujar Kira.
"Ini semua salahmu Ruby. Kamu lama sekali berkemasnya," ujar Petra.
"Yah maaf. Namanya juga cewek," ujar Ruby.
"Oi-oi sudahlah. Untuk sekarang tidak ada waktu untuk berkelahi, percepat saja lari kalian!" ujar Kira.
"Huaaaa!" kami pun berlari sekuat tenaga.
Setelah kami berlari cukup lama. Akhirnya sekolah sudah terlihat di mata kami.
"Hah, akhirnya sekolah sudah di depan mata," ujar Petra.
"Jangan merasa bahagia dulu Pet. Kamu lihat itu pak satpam mulai menutup pagarnya. Kalau terus seperti ini, kita tidak akan sempat," ujarku setelah melihat pak satpam perlahan menutup pagar.
"Ok berarti satu-satunya cara kita harus melompati pagar itu," ujar Petra.
"Sepertinya kamu benar," ujar setujuku.
Mereka pun sudah dekat dengan gerbang sekolah.
"Kira cepat berpegangan pada bahuku dan Ruby. Kami akan membantumu!" mendengar kata Petra, aku pun langsung berada di di tengah mereka dan memegang bahu mereka berdua.
"Ayo kita lakukan bersama Ruby. 1, 2, 3, Fire jump!" Petra memusatkan kekuatannya pada kakinya.
"Water jump!" Ruby pun memusatkan kekuatan pada kakinya. Dengan mereka memusatkan kekuatan, kami pun melompat tinggi dan berhasil melewati pagar.
"Haaa? pak satpam terkejut melihat kami melompat tinggi di atasnya.
"Hop!" kami pun berhasil mendarat.
"Oi kalian bertiga cepat ke sini!" ujar marah pak penjaga.
"Maaf pak, nanti kami terlambat. Kami pergi dulu!" ujarku, dan langsung berlari menuju kelas.
"Dasar anak-anak nakal!" ujar pak satpam.
"Wah gawat-gawat. Waktu tinggal 15 detik lagi!" ujar Petra.
"Sudah percepat saja larinya!" ujarku.
Saat sudah mencapai pintu kelas. Ketika aku memegang dan ingin membukanya. Tiba-tiba ada yang lebih dulu membuka pintunya dan membuat kami bertabrakan.
Ternyata pak Tora yang sudah membuka pintu. "Kalian terlambat!" ujar pak Tora dengan wajah tegasnya.
"Oh tidak. Tamatlah kita!" ujar Petra sambil menutup wajahnya.
"Jelaskan sekarang kenapa kalian bisa terlambat," ujar pak Tora.
Kami pun memberikan berbagai alasan. Ada yang benar dan ada juga yang ditambah-tambahkan. Pak Tora pun sudak lelah mendengar ocehan kami, akhirnya pak Tora mengambil keputusan.
"Hm, jadi begitu ya. Hebat sekali kalian bisa memikirkan berbagai alasan dalam waktu yang singkat. Namun peraturan tetaplah peraturan. Kalian bertiga bapak hukum!" ujar pak Tora.
"Ta-tapi pak ..." ujar Petra mencoba memohon belas kasih.
"Tidak pakai tapi-tapi. Sekarang berdiri di samping kelas dengan satu kaki," ujar pak Tora sambil menunjuk samping kelas.
"Baik pak," kami pun dengan wajah lesu, pasrah dan menuruti pak Tora.
Pak Tora pun masuk ke dalam kelas. Lalu saat kami dihukum. Pak satpam pun lewat.
"Ckck. Sudah capek-capek berlari, sambil melim pula. Eh masih kena hukuman juga. Kasihan. Selamat berjuang anak-anak," ujar ledek pak satpam sambil tersenyum.
"Hah ini kenapa jadi begini sih," ujar keluh Petra.
"Yah mau bagaimana lagi Pet. Terima nasib saja deh," aku menghibur Petra.
"Cih, ini gara-gara si Ruby. Coba saja tadi dia tidak lama bersiapnya. Pasti tidak akan terlambat seperti ini," ujar Petra menyalahkan Ruby.
"Aku kan tadi sudah minta maaf. Lagi pula tadi kalian juga ketiduran," ujar Ruby membela dirinya.
"Hah dasar. Sudah salah tidak mau mengaku. Rasakan nih, cuih!" Petra menembakkan api kecil dari mulutnya ke arah Ruby.
Ruby pun refleks menghindar. "Woi kamu gila ya? Kalau rambutku terbakar bagaimana! Rasakan kembali nih, cuih!" Ruby membalas menembakkan air kecil dari mulutnya.
Air kecil itu pun mengenai wajah Petra. Petra pun semakin kesal dan akhirnya kembali meludahkan api kecil dari mulutnya. Tidak mau kalah Ruby juga ikutan membalas.
Aku yang berada di tengah mereka menjadi kesal dan menghentikan mereka berdua.
"Kalian berdua bisa diam tidak sih? Dari tadi berkelahi terus!" ujar bentakku kepada mereka.
"Kalau aku tadi kena bagaimana?" ujarku.
Karena suara Ruby, Petra dan Kira yang sangat berisik. Pak Tora menjadi geram dan akhirnya menghampiri mereka.