beberapa saat sebelumnya saat Kira masih berada di UKS, Max dan Raiha telah sampai di kantin.
Mereka langsung memesan pesanan mereka.
"Bu saya beli roti dan jus jeruknya satu ya, kalau kamu mau pesan apa Max?" Tanya Raiha.
"Hehe" Max tertawa
Wah perasaanku tidak enak nih. Raiha merasa ada yang aneh dengan Max.
"Bu saya pesan roti nya 2, terus susu coklat dinginnya satu lalu mie goreng nya 1" Max memesan banyak sekali makanan.
Hah untung lah, max tidak berlebihan memesannya. Raiha merasa lega.
"Hah sebentar bu, saya tambah lagi mie goreng jumbo nya 1, pakai telur, sama snack nya 2, dah itu aja pesanan saya bu" Max menambah pesanannya lagi.
Ah sudah aku duga dia akan begitu. Raiha mengeluh.
Dan setelah pesanan mereka siap, mereka langsung pergi mencari meja dan duduk disana.
"Selamat makan, haup, hmm enaknya" Max sangat menikmati makanannya.
"Hah kamu ini apa tidak berlebihan ya pesan makanan sebanyak itu?" Tanya Raiha.
"Yah mau bagaimana lagi, ini kan memang porsi makananku, lagi pula tadi pagi aku belum sempat sarapan" Jawab Max.
"Hah iya iya deh, yang penting kamu sehat dan puas" Ujar Raiha.
"Hehe kamu berbicara seperti ibuku saja Raiha" Max tersenyum.
Raiha memperhatikan Max yang sedang makan. Hihi, dia kalau sedang makan terlihat seperti tupai yang sedang makan, lucu juga.
Ketika sedang memakan pesanannya, Raiha teringat sesuatu.
Hm sudah berapa lama ya, aku selalu bersama Max. sepertinya sudah lama juga. Kalau diingat ingat, aku bertemu dengan Max pertama kali di taman bermain. Kalau tidak salah Max saat itu sedang dalam masalah.
Max dulu sering dijahili dan diejek oleh teman temannya. Karena saat itu kekuatan Max masuk masih belum bangkit.
Kembali ke saat Raiha dan Max pertama kali bertemu.
Ketika itu aku sedang berjalan jalan, aku melihat Max yang sedang dijahili oleh temannya. Karena aku tidak suka melihat orang lain dijahili, aku berniat menolongnya.
Tapi aku berfikir, apa yang bisa aku lakukan saat itu. Kemampuan ku saja saat itu masih belum bangkit. Yang ada malah aku nanti yang dihajar. Tapi karena tekad ku yang kuat, aku pun memberanikan diri untuk menolong Max. Walaupun aku tau, waktu itu aku tidak bisa melakukan apa pun.
Aku pun pergi menuju ketempat Max. Lalu aku berkata. "Hei kalian semua, menjauhlah dari dia!" Raih membentak mereka.
"Huh siapa kamu?, berani sekali mengganggu kami" Anak anak itu mulai marah.
"Aku adalah temannya, dan aku ingin menolongnya" Ujar Raiha.
"Oh jadi kamu ini temannya, kenapa kamu mau berteman dengan si lemah ini. Sudahlah lebih baik kamu pulang saja sekarang kerumah dan makan es krim sana" Anak anak itu mencoba mengusir Raiha.
Amarah Raih pun terpancing. "Hah pergi dari sini, apakah kalian serius mengatakan itu. Seharusnya kalian yang pergi dari sini, atau tidak kalian yang akan menyesal nantinya!" Muncul aura yang menakutkan disekitaran Raiha.
Setelah melihat aura yang menakutkan, anak anak Itu pun ketakutan. "B baiklah kami akan pergi dari sini" Anak anak itu lang kabur.
Saat itu aku bersyukur karena aku tidak perlu untuk beradu kemampuan dengan mereka. Dan jujur saja saat aku tadi menghadapi mereka, aku gemetaran karena ketakutan.
Aku pun sedikit kebingungan, kenapa mereka semua langsung pergi, padahal aku tadi hanya mengancam mereka. Tapi ya sudah lah. Raiha pun mendekati Max dan mencoba berbicara dengannya.
"Hai apa kamu baik baik saja?" Tanya Raiha sambil mengulurkan tangannya.
"Huh, ah ,hm" Max terlihat ketakutan.
"Hei kamu kenapa?" Raiha mencoba lebih dekat dengan Max.
Sebelum Raiha mendekat Max langsung menghindar menjauh. "Hiaa, jangan mendekatiku, dasar iblis!" Teriak Max.
"Hah iblis katamu!" Karena kesal, Raiha memukul kepala Max, dan Max pun menangis.
"Hua sakit!, huaaa!" Max menangis dengan suara yang keras.
"Itu lah, kamu udah aku sudah menolong mu, tapi bukannya bilang terimakasih, malah bilangin orang iblis. Huh sudah lah, mending aku pergi saja" Raiha pun pergi dengan mengomel ngomel.
Dan keesokan harinya, ketika Raiha melewati taman itu lagi. Raiha kembali melihat Max yang sedang bermain disana sendirian. Kedua mata mereka saling bertemu, namun Raiha menghiraukannya, dan melanjutkan perjalanannya.
Disaat Raiha berjalan, Raiha merasa ada seseorang yang mengikutinya dari belakang. Karena Raiha khawatir, jika ada orang jahat atau monster yang mengawasinya. Disaat yang tepat, dia langsung melihat kebelakang.
Dan sekilas dia melihat ada seseorang yang sedang bersembunyi dibalik tiang listrik.
Disaat Raiha melihatnya dengan seksama. Ternyata itu adalah Max yang mengikutinya.
Raiha pun sedikit lega, karena ternyata bukan orang jahat atau monster yang mengawasinya. Karena Raiha tidak memperdulikannya, dia melanjutkan kembali langkahnya.
Besoknya ketika, aku berjalan melewati taman itu, Max tetap saja masih mengikuti Raiha dari belakang. Dan Raiha masih tetap menghiraukannya. Namun setelah 4 hari, Max masih tetap saja mengikutinya. Karena Raiha merasa risih, dia pun menghampiri Max.
"Hei apakah kamu ini penguntit?" Ujar Raiha.
"Anu tidak, aku hanya, anu" Max kelihatan gugup.
"Ha apa yang kamu katakan?, bicara yang jelas sedikit lah" Raiha membentak Max.
"Aku hanya ingin berterimakasih kepadamu!" Teriak Max.
Raiha terkejut dengan perkataan Max. "Maaf kan aku, waktu itu, aku tidak langsung berterimakasih padamu dan malah mengejek dirimu. Padahal kamu sudah menolongku waktu itu" Max terlihat sedih.
"Hah iya enggak apa apa" Raiha tanpa sadar mengelus kepala Max.
Karena kepalanya dielus Raiha, Max merasa nyaman. Dan Raiha tersadar dan langsung melepaskan tangannya. "Oh benar juga, nama kamu siapa?" Tanya Raiha sambil menjulurkan tangannya.
"Namaku Max, kalau kamu?" Ujar Max.
"Kalau aku Raiha, kalau begitu salam kenal ya Max" Ujar Raiha.
"Iya" Max tersenyum.
"Anu, aku mau tanya sesuatu, apakah boleh?" Tanya Max.
"Tentu saja, memangnya kamu mau tanya apa?" Ujar Raiha.
"Apakah kamu mau menjadi temanku?" Tanya Max gugup.
"Hah, teman?" Mendengar reaksi dari Raiha, Max berpikir bahwa Raiha tidak ingin berteman dengannya...
"Lah aku kira kita berdua sudah berteman?" Keluh Raiha.
"Heh, apa?" Heran Max.
"Kan tadi, kita sudah berkenalan, itu artinya kita telah berteman kan?" Ujar Raiha.
Max yang mendengar perkataan Raiha, Max terharu dan matanya berkaca-kaca.
"Hei hei kamu kenapa menangis?" Raiha panik.
"Maaf, tidak aku hanya terharu saja, hehe" Max senang.
"Raiha berterimakasih sudah mau berteman denganku ya" Ujar Max.
"Iya sama sama Max" Jawab Raiha.
Setelah kejadian itu, Max dan Raiha mulai berteman dekat. Max dan Raiha selalu bermain bersama sama dan Max mulai terbuka kepada yang lain.
Tentu saja mulai dari sana Raiha membantu Max untuk berkomunikasi dengan yang lainnya, dan pada akhirnya Max juga memiliki teman selain Raiha.