Raiha membantu Max dengan menghentikan pergerakan dari para Dark Wolf. Raiha melemparkan belati miliknya ke kaki para Dark Wolf.
Max dan Raiha berkerja sama dengan baik dan pada akhirnya berhasil mengalahkan kumpulan Dark Wolf.
"Hah hah akhirnya selesai juga" Nafas Max terengah-engah.
"Iya aku juga lelah" Max dan Raiha kelelahan.
"Tapi tidak apa apa, rasa lelah kita sepadan dengan apa yang kita dapatkan, besok malam kita akan makan besar besaran, wahaha!" Max tertawa.
Max mengeluarkan termos. Lalu dia berpikir bahwa ini termos nya tidak cukup menampung semua Dark Wolf. "Hei Raiha sepertinya ini tidak akan cukup, bisakah kamu gandakan ini" Max memberikan termos nya kepada Raiha.
Lalu Raiha menggandakan menjadi beberapa botol. Dan Max menyedot semua Dark Wolf.
"Wah keren botolnya langsung penuh semua" Ujar Max.
"Yaudah ayo kita pulang" Max mengangguk. Raiha dan Max melanjutkan perjalanannya kerumah.
Max melihat sekeliling rumah warga. "Untung ya, teknologi zaman sekarang sudah sangat maju" Ucap Max.
"Kamu benar, dengan adanya teknologi ini, para warga yang tidak dapat bertarung bisa terlindungi dirumah mereka" Ujar Raiha.
"Iya tapi aku heran, sekuat apa sebenarnya pelindung dirumah para warga ini?" Max penasaran. Ada sebuah teknologi yang dapat membuat pelindung yang mengelilingi rumah warga.
"Entahlah aku juga tidak tahu, tapi yang pasti itu belum menjamin keselamatan warga. Makanya terkadang ada beberapa orang yang patroli keamanan yang berjaga" Ujar Raiha.
Beberapa penjaga terkadang berkeliling melihat sekitar.
"Hei kita jadikan besok pergi makan malam" Tanya Max.
"Iya aku ikut aja, ayah dan ibu nanti aku ajak juga ya?" Ujar Raiha.
"Iya boleh, ajak saja om dan tante, aku juga akan mengajak orangtuaku. Dan tenang saja aku yang akan mentraktir kalian semua" Max percaya diri.
"Kamu akan menggunakan uang dari hasil berburu kita hari ini kan?. Tapi apa kamu lupa jika aku juga mendapatkan bagian disana?" Ujar Raiha.
"Cih, iya deh, nanti aku berikan bagianmu" Max kesal.
"Oi jangan menggigit lidahmu!. Udah ambil saja semua itu untukmu, tabunganku masih banyak" Ujar Raiha.
"Yey!, terimakasih Raiha, sini aku peluk" Max ingin memeluk Raiha. Namun Raiha menghentikannya "Menjauhlah dariku dasar bodoh"
"Hehe mari kita pulang" Ujar Max. Lalu Max dan Raiha pun sampai dirumah mereka masing masing.
Keesokan harinya...
Petra yang kemarin terkena demam, harus berbaring dikamar nya. Kakaknya sibuk mengurusi Petra yang sakit. "Uhuk uhuk, grrr, kakak apakah tidak ada obat yang langsung bisa menghilangkan demam?" Petra menggigil kedinginan.
"Seharusnya ada, tapi bukan berarti kamu langsung sembuh. Tadi kakak sudah cek, dan obat itu habis terjual" Jawab Kakak Petra.
"Terus sampai kapan aku harus begini kak, uh dinginnya" Petra meriang.
"Makanya kamu itu jaga kesehatan, dan jangan bikin orang repot seperti ini!" Kakak Petra memarahi Petra.
"Kakak yang satu ini.. adiknya lagi sakit malah dimarahin, aku kadu ibu loh ya" Petra mengancam.
"Kalau kamu ada tenaga untuk mengoceh, lebih baik kamu simpan tenagamu, itu dan kembali tidur" Suruh Kakaknya.
"Tidak bisa ini terlalu dingin" Wajah dan kulit Petra menjadi pucat.
"Ding dong" Suara bel rumah Petra berbunyi.
"Ada yang datang ya?" Ujar kakak Petra. Karena penasaran kakak Petra turun kebawah untuk melihat.
Ibu Petra yang sedang didapur, mendengar suara bel dan membuka pintu. "Selamat pagi tante" Hormat Kira.
"Oh nak Akira, ayo mari masuk" Ibu Petra menyambut Kira.
"Iya tante, saya jenguk Petra, apakah Petra nya ada?" Kira masuk kedalam.
"Ada langsung aja kamu keatas" Ujar Ibu Petra.
"Baik tante" Ketika Kira mau menginjakkan kaki ditangga, Kakak Petra pun muncul.
"Oh selamat pagi kak" Hormat Kira.
"Iya selamat pagi Akira" Ujar kakak Petra.
Karena melihat Kira yang datang kerumah, kakak Petra mendekati ibunya dan berbisik "Bu itu si Akira udah datang, ayo kita suruh dia saja yang menjaga Petra, dan pergi membeli bahan makan malam" Bisik kakak Petra.
"Jangan ih, kamu ini merepotkan orang saja" Jawab bisik ibu.
"Sudah tidak apa bu, hanya kali ini saja".
"Iya deh" Kira yang melihat mereka berbisik, memiliki perasaan yang tidak nyaman.
Wah perasaanku gak enak nih. Pikirnya.
"Hm nak Akira, kalau kamu tidak keberatan boleh tidak kamu menjaga Petra sebentar, tante mau pergi sebentar nih beli bahan makanan" Ujar Ibunya Petra.
Idih tidak pakai basa basi lagi, langsung ke intinya. "Iya tidak apa tan, biar aku aja yang jaga Petra" Kira keberatan.
Sangking senangnya, kakaknya Petra langsung memeluk Petra "Aaa makasih Akira!, kamu memang anak yang baik... Coba aja adikku seperti dirimu" Kakak mengelus kepala Kira.
Sebenarnya seperti apa hubungan mu dengan kakakmu sih Petra?. Pikir Kira.
Lalu ibu dan kakak Petra pergi bersiap dan tidak lama langsung berangkat ke Supermarket.
Setelah dimintai tolong Kira naik keatas dan masuk kekamar Petra. Kira mendobrak pintu karena hanya ada Petra dirumah.
"Hoi masih hidup kamu Petra?" Ujar Kira.
"Kamu ini setidaknya buka pintu itu dengan baik kenapa?, lagi pula itu yang ingin kamu katakan kepada orang yang sakit?" Ujar Petra.
Kira duduk disamping Petra, "Hah iya iya, aku bercanda, udah makan belum?" Tanya Kira.
"Belum nih" Jawab Petra.
"Kalau begitu selamat menahannya, karena ibu dan kakakmu baru saja pergi" Ujar Kira.
"Lah memangnya kemana dua orang itu pergi?" Tanya Petra.
"Mereka pergi ke Supermarket untuk membeli bahan makanan, mungkin akan kembali sekitar 1-2 jam lagi" Ujar Kira.
"Bisa mati aku kelaparan aku nih" Petra sedih.
Karena melihat muka Petra, entah mengapa Kira menampar wajah Petra. "Plak". "Aduh, kenapa kamu menamparku?" Petra memegang wajahnya yang ditampar.
"Entahlah aku hanya kesal dengan wajahmu itu" Jawab Kira.
"Memangnya ada apa dengan wajahku?!" Petra kesal. Selagi Petra mengoceh, Kira mendapatkan sebuah ide.
"Hei Petra kamu mau mendapatkan Maid pribadi untuk hari ini tidak?" Tawar Kira.
"Maid, memangnya ada yang mau?" Tanya Petra.
"Kalau aku tidak salah, ketika kamu berlomba dengan Ruby, kamu membuat sebuah kesepakatan kan?. Nah kamu manfaatkan saja hal itu untuk menjadikan Ruby sebagai Maid mu" Ujar Kira.
"Boleh juga sih, tapi bagaimana caranya kita memaksanya kesini, dia pasti akan menolak nantinya" Ujar Petra.
"Kalau itu kamu tenang saja, kita ancam saja dia, karena kan dia yang membuatmu menjadi sakit, dalam sehari kamu sudah dilemparkan bola air 2 kali dan satu tamparan air" Ujar Kira.
"Benar juga kamu, kalau dipikir lagi, ini memang salahnya si Ruby" Petra setuju dengan Kira.