Chereads / The Power Of Us / Chapter 4 - Kami bertiga (2)

Chapter 4 - Kami bertiga (2)

Oh iya. Aku lupa menjelaskan kepada kalian. Sebenarnya di dunia ini memiliki semacam makhluk yang memiliki wujud tidak jelas dan beragam. Kami menyebutnya mereka semua dengan sebutan 'Monster'.

Entah dari mana asal usul para Monster ini. Namun yang jelas, mereka sudah ada sejak lama di bumi ini. Bahkan mungkin sebelum kakek dan nenek buyutku lahir.

Beberapa Monster juga memiliki kekuatan yang serupa dengan kekuatan yang dimiliki para manusia. Dan bentuk serta rupa mereka itu berbeda tergantung jenis mereka.

Para Monster di dunia ini dibagi menjadi beberapa tingkat kesulitan. Yaitu ada kelas S, A, B, C, dan D. Mereka semua diurutkan sesuai dengan tingkat kesulitan dan berbahaya mereka untuk ditaklukkan.

Terkadang ada beberapa Monster yang tidak terlalu bahaya, namun dapat membuat orang-orang kerepotan. Biasa monster seperti itu akan berada pada kelas di atas D.

Dan untuk Monster yang kami kalahkan tadi yaitu Buble. Mereka ini berada pada kelas D. Wujud dari para Buble ini layaknya gumpalan air dan memiliki gigi yang tajam dan rahang yang lebar di dalam mulut mereka. Buble lebih suka hidup berkelompok dari pada sendirian.

Karena Buble ini tidak terlalu kuat. Makanya kami dapat mengalahkan Buble dengan cukup mudah. Dan juga Buble ini adalah monster yang dapat ditemukan hampir di seluruh penjuru dunia.

Apakah kalian berpikir dengan hadirnya keberadaan monster ini merepotkan manusia. Jujur saya iya. Namun semakin berkembangnya zaman. Manusia mulai menemukan cara untuk memanfaatkan para monster ini.

Biasanya ada beberapa orang yang bertugas untuk memburu monster. Para monster kini dapat dimanfaatkan ke dalam berbagai macam hal. Mulai dari bahan pembangkit tenaga listrik. Bahan baku pembuatan senjata, dan juga sebagai makanan dapat dimanfaatkan di zaman modern ini.

Untuk mengumpulkan para monster yang sudah dikalahkan. Diciptakanlah alat untuk menampung mereka semua. Alat ini bernama Termos. Termos berfungsi layaknya penyedot debu dan menyedot para monster ke dalamnya.

Dan hasil dari mengalahkan para monster ini bisa dijadikan sebagai sumber penghasilan. Dan ini sangat membantu apa lagi untuk seorang pelajar seperti kami.

"Ok. Ini kalian hasil kalian berdua. Nah sekarang kalian boleh pulang." ujar Kira sambil memberikan termos ke tangan mereka berdua.

"Eh? Tapi aku masih ingin di sini. Rumahmu sangat cocok untuk dijadikan tempat bersantai Kira." ujar Petra sambil berbaring dan mengunyah camilan.

"Benar kata Petra. Aku pun merasa nyaman di sini," ujar Ruby setuju kepada Petra.

"Ho ... Begitukah?" Kira melihat jam, dan jam telah menunjukkan pukul 7.30 malam. Karena hari belum terlalu malam. Kira membiarkan Ruby dan Petra berada di rumahnya sebentar lagi. Ia pun pergi ke kamar, untuk belajar sebentar.

2 jam kemudian pun berlalu. "Waduh, udah 9.30 malam! Aku lihat dulu deh. Apakah mereka sudah pulang atau belum." Kira pun menutup bukunya dan langsung keluar menuju ruang tamu.

Namun ternyata Ruby dan Petra masih saja bersantai sambil berbaring di sofa dan menonton tv serta menikmati camilan di meja.

Karena kesal, Kira terpikirkan cara untuk mengusir mereka. Kira pun membuka pintu rumahnya. Lalu ibu Kira yang melihat Kira bertanya kepadanya. "Kamu mau kemana, nak?" tanya ibunya.

"Keluar sebentar bu. Aku harus mengusir tikus-tikus yang ada di rumah ini." jawab Kira dan ia langsung pergi keluar rumah.

"Tikus? Memangnya di rumah ini ada tikus?" tanya ibu Kira kebingungan.

Kira pergi keluar rumah ternyata untuk mampir ke rumah Petra dan Ruby. Kira langsung mengadu kepada Kakak Petra dan Abang Ruby. Ia mengadu agar menyuruh adik mereka pulang ke rumah. Setelah Kira mengadu, kakak Petra dan Abang Ruby menjadi kesal dan langsung pergi bersama-sama ke rumah Kira.

Kira pun dengan gagahnya membukakan pintu rumahnya untuk mempersilahkan Kakak Ruby dan Abang Petra masuk. Mereka bertiga langsung menghampiri Petra dan Ruby. Kakak Petra dan Abang Ruby merenggangkan tangan mereka dan menjewer telinga Ruby dan Petra.

"Aduh-duh. Sakit kak!" ujar Petra sambil telinganya dijewer.

"Pulang kamu sekarang! Udah malam tapi masih saja nongkrong di rumah orang lain. Lihat saja akan kakak kadukan pada ibu." lalu kakak Petra menarik Petra pulang sambil menjewer dan menceramahinya di jalan.

"Kamu juga Ruby. Jangan membuat orang lain kerepotan. Sini kamu juga pulang, abang kadukan pada ayah nanti." ujar Abang Ruby sambil menarik Ruby pulang ke rumah.

"Aaa ampun bang!" ujar Ruby telinganya masih dijewer.

Kira tersenyum dengan bahagia atas penderitaan mereka. Namun Kira masih ada satu masalah yang harus diselesaikannya. Ruang tamu yang ditempati Ruby dan Petra tadi sudah terlihat seperti kapal pecah.

Yah, yah, yah. Dasar dua bocah pembuat masalah. pikir Kira.

Kira pun membersihkan ruang tamu. Saat sudah selesai ia langsung masuk ke kamar, lalu berbaring dan tidur.

Keesokkan harinya. Tok-tok-tok. Suara ketukan jendela kamar Kira.

"Mm ...." Kira terbangun dan mulai bangun dari kasurnya.

Tok-tok-tok! Suara ketukan jendela semakin keras.

"Hm, siapa sih?" Kira melihat sekeliling dan menyadari bahwa sudah pagi hari.

"Sudah pagi, ya?" ujar Kira sambil merapikan pakaiannya. Tok-tok-tok! Suara ketukan berbunyi lagi.

"Ikh! Siapa sih, yang dari tadi mengetuk jendela?" Karena kesal, Kira langsung membuka gorden jendelanya. "Baa!" teriak Petra ingin mengejutkan Kira.

Petra sejak awal sudah duduk di pembatas beranda dan mengetuk jendela.

"Wuah! Aku kaget. Haruskah aku bereaksi seperti itu? Oi! Kau sedang apa duduk di sana? Mau jadi keluarga monyet ya? Kalau iya biar aku daftarkan dirimu ke keluarga monyet sekarang." ujar Kira lalu membuka jendela.

"Kamu tidak seru ah, Kira." ujar Petra cemberut.

Kira lalu melihat Petra sedang duduk di pembatas berandanya. "Petra, kamu tahu? Sekarang ini kamu bisa patah tulang hanya dengan satu tendangan dariku." ujar Kira sambil menyeringai.

Petra yang menyadari posisi duduknya yang berbahaya. Langsung turun ke beranda. "Haha santai Kira. Jangan kamu jadi kriminal nantinya, ya," ujar Petra sambil waspada.

"Jadi kenapa kamu ke sini?" tanya Kira.

"Yah membangunkanmu, apa lagi?" jawab Petra.

"Hanya karena hal itu, kamu rela susah-susah untuk naik ke beranda," ujar Kira.

"Ah sudahlah. Cepat saja kamu bersiap. Eh iya. Bagaimana jika kita mengerjai Ruby, persis seperti yang kulakukan tadi?" tanya Petra.

"Boleh juga. Aku sedikit tertarik akan reaksinya nanti. Tunggu sebentar aku akan siap-siap." Kira pun langsung mengambil handuknya dan pergi ke kamar mandi untuk mandi.

Dengan waktu yang cukup singkat. Akhirnya Kira sudah selesai untuk bersiap pergi ke sekolah.

Kira dan Petra pun langsung pergi menuju rumah Ruby. Mereka berhenti di bawah beranda kamar Ruby.

"Dan sekarang bagaimana caranya kira naik?" tanya Kira sambil menggaruk keningnya.

"Tenang saja. Akan kubantu dirimu naik." jawab Petra.

"Sini letakkan kakimu di tanganku. Biar aku tolak kamu hingga ke atas," ujar Petra menjulurkan tangannya sambil menekuk sedikit kakinya.

"Ok." Kira mengambil ancang-ancang lalu berlari dan melompat memijak tangan Petra. Petra pun menolak Kira ke atas, hingga Kira berhasil mencapai pembatas beranda.

Kira pun naik ke beranda. "Hei Petra! Cepat naik. Keburu dia bangun!" ujar Kira.

"Baik. Fire jump!" Petra memusatkan kekuatan pada kakinya, lalu melompat hingga menghasilkan lompatan yang tinggi.

Dan akhirnya Petra juga berhasil mencapai beranda.

Petra pun mengetuk jendela kamar Ruby.

Tok-tok-tok. "Hm sebentar ..." Ruby pun bangun dari kasurnya. Dan membuka gorden jendela kamarnya.

"Baaa! ... Hah, habislah kita." ujar Kira dan Petra bersamaan dengan wajah ketakutan.

"Hm kenapa kalian berdua terdiam?" Ruby melihat ke arah pandangan mereka berdua. Dan mata mereka tertuju pada baju Ruby. Saat Ruby memeriksa piyamanya. Ia melihat kancing bajunya terlepas dan belahan dadanya sedikit terlihat. Ruby pun menutupi dadanya dengan selimut dan wajahnya memerah karena malu.