"Apa yang hendak kau lakukan padaku?" tanya Saukilla saat milik Sean hendak menerobos gawangnya.
Usai mendengar teguran dari perempuan tersebut, Kapten Sean pun yang tadinya hilang kendali kini mulai tersadar. Ia menatap sekitar tempat tidur di mana beberapa pakaiannya tengah berserakan di sana. Ia juga melihat tubuh polosnya yang tanpa sehelai benang tengah berada di atas Saukilla.
"Astaga apa yang saya lakukan? Tunggu Nona, pasti kau salah paham, saya bukan penjahat yang akan melakukan hal itu padamu. Tadi kau terserang hipotermia sehingga jalan satu-satunya yang bisa saya lakukan adalah membuat anda terangsang." Capt Sean menjelaskan dengan rinci. Dia tidak ingin nama baiknya tercemar hanya sebab tindakan.
Saukilla segera mendorong tubuh pria tersebut dan menarik selimut yang ada di samping. Ia bergegas menutupi seluruh tubuh polosnya dari tatapan mata Kapten Sean.
"Sudah berbagai cara saya lakukan untuk menyelamatkan nyawa Nona, namun tidak ada yang berhasil bahkan sauna arang juga tidak mempan."
"Sehingga beberapa Prajurit saya menyarankan untuk membuat korban hipotermia terangsang terlebih dahulu supaya suhu tubuhnya naik," sambung Kapten Sean menjelaskan.
Saukilla merupakan lulusan Sydney, ia bisa memahami perkataan tersebut. Hal itu memang benar, dulu bahkan dia sendiri yang menyarankan kepada temannya. Singkat cerita, dulu Saukilla pernah mengalami kejadian serupa saat ia mendaki gunung Argopuro. Jawa Timur.
Saukilla merupakan anggota dari palang merah remaja Indonesia, sehingga sedikit-sedikit pertolongan pertama tiap kali terjadi kecelakaan ia bisa menanganinya.
Waktu itu sekitar tahun 2014 di Argopuro Jawa Timur. Beberapa pendaki tampak tengah berlarian, mereka seperti panik kemudian Killa pun menghampiri dan bertanya apa gerangan yang terjadi.
"Kak, ada apa, kenapa berlarian seperti ini. Hati-hati loh medannya sedang licin takutnya nanti tergelincir," kata Saukilla pada dua orang pria dengan jaket parasut nya.
"Teman saya mengalami hipotermia. dan di puncak tidak ada orang lain selain tim kami. Sedangkan tim kami tidak ada yang mengerti cara menangani Hippo," ujar salah satu pria dengan carrier berwarna merah muda.
"Sekarang teman Kakak di mana?"
"Sudah tiba di puncak," katanya.
Saukilla pun mengangguk. Saat itu ia bersama teman-teman SMA nya. Salah satu dari teman Saukilla yang ikut mendaki adalah Merry, yang kini perempuan tersebut sudah menjadi dokter dengan gelar spesialis bedah jantung.
"Di sana teman Anda dengan siapa?"
"Dengan salah satu rekan saya Mbak."
"Baiklah kalau begitu tidak perlu khawatir, Kami akan membantu teman Anda mengatasi Hippo. Teman saya ini merupakan PMR serta dia mengambil jurusan kedokteran." Jelas Saukilla pada dua orang pria tersebut hingga mereka berdua pun tersenyum mungkin merasa lebih tenang.
Karena masih ada pertolongan untuk temannya. Tak menunggu lama lagi team Sauukilla serta dua orang yang berlarian tadi langsung kembali menuju puncak.
Kala itu Saukiila dan team masih berada di sekitar Rawa Embik, jalur tempuh dari Rawa Embik menuju puncak mungkin diperkirakan sekitar beberapa jam. Mereka pun melakukan perjalanan lebih cepat dari sebelumnya, karena khawatir korban Hipo di sana semakin darurat.
Argopuro sebagai gunung dengan trek terpanjang di Pulau Jawa, Argopuro menjadi incaran para pendaki. Gunung ini terletak di lima kabupaten yakni Probolinggo, Lumajang, Jember, Bondowoso, dan Situbondo. Tak hanya luas, gunung ini juga punya tiga puncak yakni Argopuro, Arca, dan Rengganis dengan titik tertinggi 3.088 mdpl.
Kini mereka tengah berhenti di Sabanan Lonceng untuk menunggu dua orang pendaki tersebut.
"Kita berhenti dulu di sini untuk menanyakan keberadaan teman mereka," ujar Merry.
"Temanmu ada di puncak Argopuro atau puncak Rengganis?" tanya Saukilla.
"Teman saya ada di puncak Rengganis Mbak."
"Oke, kalau begitu kamu jadi leader dan saya akan jadi sweepr," kata Saukilla yang memang memiliki pengalaman mendaki paling banyak, ya meskipun phobianya sering mengganggu.
Setibanya di puncak Rengganis, Merry dan Saukilla pun gegas melakukan pertolongan pertama. Sudah berbagai cara yang ia lakukan untuk mengalamatkan nyawa korban Hippo namun ia tak kunjung sadar.
Bertemulah mereka pada cara yang terakhir itu terbilang sedikit negatif apalagi tempat tersebut tidak begitu mendukung. Hanya saja untuk nyawa apa pun mungkin akan dilakukan.
"Kalian bisa membuat perempuan ini terangsang, tapi jangan sekali-sekali melakukan hal tersebut di sini ya!"
"Siap, Mbak."
Kurang lebih sekitar 8 menit, mungkin suhu tubuh perempuan tersebut sudah kembali normal sehingga ia pun sadar dan mampu bercengkerama kembali meskipun tidak seceria sebelumnya. Namun, setidaknya korban Hipo tak se parah tadi.
"Terima kasih ya, Mbak sudah menyelamatkan nyawa teman saya." ujar pria dengan jaket parasut berwarna merah.
Kala itu malam belum menemani perjalanan mereka, mungkin masih sekitar pukul lima dua puluh dua menit waktu Indonesia bagian Barat. Sehingga, senja kemerahan pun tampak indah di ufuk sana. Mencumbu para pendaki gunung dengan hangatnya.
"Mbak dan rombongan mau ke mana?"
"saya hendak ke Argopuro, Mas," timpal Merry sebab Saukilla, ia masih sibuk dengan beberapa aktivitasnya.
Terpaksa Sudah mereka harus menunggu Maghrib dan menghabiskan kopi hitam serta teh hijau tersebut. Ufuk barat tampak samar-samar memerah dan kabut tebal pun perlahan mulai menghilang.
Saukilla usai dengan aktivitas packing-nya, kemudian perempuan itu bersua kepada Merry. Saukilla masih belum menyadari jika sejak tadi Ia terus ditatap oleh pria dengan jaket parasut berwarna merah.
Pria yang tadi begitu terengah-engah kala mencari bantuan.
"Merr, sebaiknya kita lanjutkan sekarang saja. Aku tak bisa berlama di Indonesia," kata Saukilla.
Kemudian pria berjaket merah pun menyebut, "Apa tidak sebaiknya bermalam di sini saja dulu dan lanjut esok pagi. Lihatlah awan sedang terisak pun dengan medan yang terjal. Apalagi rombongan kalian hanya perempuan semua."
Merry sempat berpikir sejenak mencerna ucapan pria tersebut. Memang benar adanya ucapan David. Hari sudah menginjak malam terlebih alam tidak bersahabat, hujan lebat mulai berjatuhan sehingga membuat kabur pemandangan.
"Kita istirahat di puncak Rengganis dulu dulu, Kii. Iya memang kita kuat, tapi kasihan sama Tiara. Kasihan kalau dia harus dipaksa terlebih dia belum memiliki pengalaman mendaki sebelumnya." Kata Merry, ia dan Saukilla memiliki hobby mendaki gunung sejak usai empat belas tahun.
Kala itu mereka berdua sempat hacking ke negeri tetangga.
"Ya sudah kalau seperti itu, kamu buat dome ya, Merr. Biar aku masak sambil bikin teh hangat."
Hujan malam itu masih cukup deras, bahkan sampai pukul sepuluh malam. Perjalanan pun ditunda usai mereka merebahkan diri dan terpejam. Udara kian dingin menerobos masuk melalui celah-celah kain.
Entah sudah berapa jam mereka terpejam namun riuh ricuh membuat tidur mereka terganggu. Rupanya sudah pagi, keempat perempuan tersebut pun gegas bangun dan menyiapkan beberapa menu untuk sarapan. Sebelum lanjut ke puncak Argopuro.
"Pagi, Mbak." Sapa pria yang tengah masak nasi.
"Pagi. Sudah bangun sejak tadi kah, Kak. Kok sudah menyalakan api unggun?" tanya Killa.
"Baru dua puluh menit yang lalu, Mbak. Mau kopi?"
"Saya nggak biasa ngopi, Kak."
"Oh ya, berarti sama dong seperti saya. Teh hangat mungkin?"
Saukilla pun mengangguk, dan mereka pun duduk bersama di bawah kabut putih yang mulai berdatangan.
"Domisili mana Mbak?"
"Saya Bandung, Kak. Tepatnya di jalan buah batu, Kak."
"Loh kok sama, saya juga di jalan buah batu?"
"Iya kah?" sahut Saukillah bertanya.
"Iya, memang nama Mbak siapa?"
"Saya Saukillah. Kakak sendiri?"
"saya David."
Pagi itu Iya terjalin obrolan dengan seorang pria bernama David. Asap api unggun pun memayungi pagi yang kian dingin, ditemani aroma green tea dengan kabut tipis tipis yang membersamai mereka.
Saban Lonceng indah memenuhi setiap sudut mata, embun menggantung indah pada jaring laba-laba yang memikat mata. Kupu-kupu mulai berterbangan , ia indah namun tak berkata hanya melintas memanjakan beberapa pasang mata. Benar-benar pagi yang sempurna.
Setelah hari itu, keduanya semakin dekat mereka sempat bertukar nomor telepon serta alamat rumah. Kebi, David merupakan seorang CEO di Tamtama Corporation yang ada di bilangan kota seribu Kenangan.
****
Ingatannya pada saat beberapa tahun yang lalu pun usai. Saukilla pun kembali pada dunia nyata di mana saat ini ia tak lagi berada di Indonesia. Melainkan tersesat di negara tetangga.
"Maafkan saya, Nona. Jangan memiliki pikiran kotor. Saya hanya sedang menyelamatkan nyawa Anda," kata Kapten Sean. Pria tersebut pun bergegas menggunakan seluruh pakaiannya.
"Tutup matamu sekarang!"
"Untuk apa?" tanya Kapt Sean kikuk.
"Aku hendak mengenakan pakaian kembali."
Setelah itu, Saukilla tak lagi polos. Ia sudah mengenakan pakaian jas dingin yang pertama kali ia kenakan saat hendak terbang ke Korea. Namun karena merasa begitu gerah dan tidak nyaman perempuan itu pun meminta kepada Kapten Sean untuk dibantu membersihkan diri.
"Kamu bahkan hampir menghilangkan keperawananku! aku bisa menuntutmu, Kapten!"
"Hei! apa yang kau katakan! Sudah kubilang jika saya hanya menolong. Toh, lagi pulang saya tidak akan tergoda!"
"Bagaimanapun juga kamu telah melanggar hukum, sebagai penebusnya bantu aku membersihkan diri! kamu kan tahu sejak kemarin aku belum mandi! kata ata Saukilla memelas.
Kapten Sean pun menganga, ia terkejut lagi setelah diminta untuk membantu buang air kecil kini perempuan yang ia temukan di perbatasan Pulau gaeoje meminta untuk dibantu membersihkan diri.
"Dasar perempuan gila! kalau kau hendak mandi, maka mandilah sendiri!"
"Aku tidak akan meminta bantuan padamu jika kakiku tidak sakit seperti ini. Bahkan untuk digerakkan saja rasanya sakit."
Saukilla pun memperlihatkan mimik wajah melasnya, sedikit embun tampak menemani ekor matanya sehingga Kapten Sean pun iba. Entah mendapat dorongan dari mana, sehingga ia bersedia untuk memandikan tubuh Saukilla yang notabenenya adalah sama-sama orang asing.
"Apakah kau berdekatan denganku yang bau ini?"
"Lagi pula, aku juga ingin segera kembali. Aku yakin ini bukan wilayahku. Lukaku juga butuh dibersihkan, jika dibiarkan terus seperti ini tentu kau tahu apa yang akan terjadi."
Saukilla terus saja berceloteh seperti itu sehingga membuat Kapten Sean pun bersedia memandikannya. Meski dalam hati ia tak menyangka akan seperti ini.
Setibanya di kamar mandi yang dekat di sana arang, air pun terasa begitu dingin sehingga membuat perempuan itu enggan untuk membersihkan tubuhnya.
"Apakah di sini tidak ada air hangat?"
"Kau sudah menyuruhku dan kini meminta penawaran lagi?" gerutu Captain Sean. Mamun ia tidak ingin berdebat lebih lama lagi dengan Saukilla, sehingga Kapt Sean pun membawakan berapa ember air dingin.
Dua orang asing yang berada dalam suatu ruangan begitu canggung manakala ia sudah di dalam kamar mandi bersama Saukilla. Kapt Sean pun mendadak menjadi orang bodoh yang tidak tahu prosedur bagaimana mandi.
"Aku bisa melepas baju sendiri, tapi bagaimana dengan celanaku? pakaian dalamku pun aku tak bisa?"
"Hah! Jadi maksud kamu aku yang harus melepaskan baju serta pakaian dalammu?" loroh Kapten Sean begitu terkejut dengan ucapan Saukilla.
_ Bersambung _
kasih atas apresiasinya terhadap karya ini Love you All dan see you next part