Chereads / Marriage with Soldier / Chapter 13 - 13. Bra Milik Nora

Chapter 13 - 13. Bra Milik Nora

"Nomor tiga puluh sembilan. Kau tahu ukuran milik perempuan ini, Kapten? dari mana Kapten Sean tahu? apa Kapten Sean pernah melihatnya?" tanya Praka Renjana yang terus memberondong. Sehingga pertanyaan terakhir itu membuat Kapten Sean tegang.

Kapten Sean masih terkesima dengan ucapan Praka Renjana. Itu adalah pertanyaan yang mampu membunuh Kapten Sean saat itu juga. Bagaimana mungkin, Praka Renjana bisa mengajukan pertanyaan seperti.

Kemudian, Pratu Nara Dega yang masih bersila di bawah pun menyahut. "Jadi Kapten Sean, kau pernah melihat milik perempuan itu?"

Nibir Kapten Sean pun membulat sempurna, dia tak tahu harus menimpali dengan kata-kata apa.

"Hei kau! Pratu Nara Dega, anak kecil di bawah umur tidak boleh ikut bersua ini."

"Ini topik hanya untuk orang dewasa," celetuk Praka Renjana dengan lawak khasnya.

"Saya tidak suka kalian membuang-buang waktu. Kerjakan apa yang seharusnya dikerjakan."

Kapten Sean pun usai mengatakan kalimat tersebut pada kenempat serdadunya ia bergegas menggendong Saukilla dan membawanya menuju kamar mandi. Hingga tangan Kapt Sean pun tampak basah oleh darah.

Tapi Kapt Sean juga tak habis pikir kenapa dirinya bisa seperti itu terhadap Saukilla. Setibanya di kamar mandi, Kapt Sean segera membangunkan

Saukilla. Beruntung perempuan itu pun lekas bangun.

"Ahjussi, Kau dari mana? Kenapa kau meninggalkanku," tanya Saukilla dengan wajah memelasnya.

"Aku hanya pergi sebentar, sekarang lepaskan celanamu itu dan gegas kenakan ini."

Ujar Kapten Sean seraya memperlihatkan celana dalam yang sudah diberikan potongan kain. Masih menatap aneh, tapi Killa berusaha mengerti dan mengikuti instruksi yang ditunjukkan dari Ahjussinya.

"Kau mengerti?"

"Ajusshi, bolehkah kau yang memakaikannya? Aku masih kesusahan."

"Tidak, Nona! Kau tidak boleh seperti itu, kau harus belajar mengenakan pakaian sendiri mulai hari ini!"

Kemudian Saukilla pun mengangguk, ia mulai memahami instruksi tersebut dan perlahan memakainya. Seketika Kapten Sean pun memejamkan mata, ia tidak ingin melihat sesuatu yang bukan haknya.

Tak lama kemudian, Saukilla pun berkata jika perintah yang diberikan oleh Kapten Sean telah usai ia kerjakan. Rupanya benar, merasa senang Kapten Sean pun segera mengusap puncak kepala perempuan asing itu dengan penuh cinta.

"Apakah aku benar?"

"Ya kau benar, Nona. Sebagai hadiahnya, Aku akan memberikanmu permen."

"Permen, Ahjussi?"

Kapten Sean pun mengangguk. Siapa sangka jika tadi rupanya Kapten Sean juga membelikan Saukilla permen berwarna-warni. Saat perempuan asing itu melihat apa yang ia inginkan,.sorot matanya memancarkan sebuah kebahagiaan.

'Wajahmu benar-benar tidak asing. Di mana kau seperti perempuan yang sempat aku kagumi kala itu.' ucap Kapten Sean membatin.

Mereka berdua masih tetap berada di dalam kamar mandi. Kemudian Kapten Sean menuntun perempuan tersebut untuk kembali ke dapur karena acara masaknya belum usai.

Kapten Sean kembali melanjutkan aktivitas memasak ramen.nTak lama kemudian beberapa hidangan pun sudah siap disajikan. Ke empat serdadunya pun mulai menata piring tersebut di atas meja makan. Tak ada kursi,.mereka hanya duduk lesehan.

Saukilla tetap mengekor tubuh Ahjussinya, Ia tergerak untuk membantu ke empat serdadu Kapten Sean membawa piring,.gelas atau pun keperluan lainnya.

Saukilla pun menarik-narik ujung mantel loreng milik Kapten Sean. "Ajussi, aku ingin membawa piring tersebut. Aku ingin membantumu, Ahjussi."

"Baiklah, tolong letakkan ini di meja sebelah sana ya."

"Baik, Ahjussi."

Saukilla pun berjalan pelan sembari membawa piring menuju meja makan. Tampak di sana ada Pratu Chic ko yang juga sedang menata beberapa hidangan. Saukilla pun tersenyum pada Praty Chic Ko.

"Kenapa kau harus membantu kami. Kau tidak perlu repot-repot,.duduklah lukamu belum sembuh betul, Nona."

"Ahjussi, aku ingin membantu, Ahjussiku" jelas Saukilla seraya menatap piring-piring tersebut.

Pratu Chic Ko pun mengernyitkan kening, guratan halus itu memperlihatkan wajah tampannya yang masih berusia muda. Ia sempat membatin siapa yang disebut dengan Ahjussiku.

"Siapa Ahjussimu, Nona?"

"Itu, itu yang sedang mengaduk makanan adalah Ahjussi milikku." Kata Saukilla seraya menuding sosok Kapten Sean yang tengah berdiri gagah sembari mengaduk kuah ramen.

Belum sempat Pratu Chic Ko menimpali ucapan perempuan itu, Kapten Sean yang menyadari adanya percakapan antara Saukilla dengan serdadunya pun memicu dirinya untuk terlibat ke sana.

Kuah ramennya belum mendidih, tapi entahlah Kapt Sean pun berpura-pura untuk menaruh sumpit.

"Ini sumpitnya tertinggal. Pratu Chic Ko bisa tolong ambilkan lagi di sana?"

"Oh iya siap Kapten."

Saukilla melirik ke arah Kapten Sean seraya ia menyunggingkan senyuman.

Entah mengapa degup jantung Kapten Sean pun mulai tak beraturan saat melihat senyuman dari perempuan di hadapannya.

"Ahjussi, apakah makanannya sudah matang?"

"Sudah, duduklah aku akan mengambilkan untukmu."

"Terima kasih Ahjussi. Aku ingin daging iga bakar ini tanpa nasi."

"Tidak! Kau harus makan nasi, bagaimana lukamu bisa pulih kalau kau tidak mengonsumsi nasi!" Seru Kapten Sean memarahi Saukilla yang ingin makan tanpa nasi.

Saukilla pun menunduk dan ia mulai bersuara "Baiklah aku tidak akan seperti itu lagi."

Kapten Sean pun sempat membatin, Saukilla memang sungguh polos, aku semakin takut jika ada yang menyalahgunakan kepolosannya ini.

Acara makan pun dimulai. Saukilla duduk tepat di samping Prka Renjana, lalu sebelah kiri Saukilla adalah Pratu Chic Ko. Kapten Sean pun sedikit tak suka saat melihat Saukilla berada di dekat Pratu Chic Ko ingin rasanya ia meminta serdadunya tersebut untuk berpindah tempat tapi rasanya tidak mungkin.

Kapten Sean tak mengerti akan semua yang tengah terjadi pada dirinya. Sikap Kapten Sean pada Saukilla tampak begitu berbeda. Apalagi saat melihat Saukilla tengah kesusahan saat memakan daging iga bakar.

"Biar aku bantu, !ona," kata pratu Chic ko.

"Terima kasih, Ahjussi."

"Ini makanlah dagingnya, harus berhati-hati jangan sampai kamu terluka oleh tulang iga ini ya."

"Baik Ahjussi," sontak Pratu Chic Ko pun tersenyum membalas senyuman perempuan cantik tersebut.

Kapten Sean menjadi tidak tenang saat melihat makanan, padahal iga bakar merupakan favoritnya. Tapi, konsentrasinya terus tertuju pada Pratu Chic Ko dan juga Saukilla. Ia merasa tak suka dengan kedekatan keduanya.

Sepertinya rambut panjang Saukilla membuat dirinya gerah dan tidak nyaman. Berkali-kali Ia terus mengusap keningnya yang dijatuhi rambut-rambut halus. Padahal Saukilla tampaklah begitu lahap saat mengunyah masakan Kapt Sean.

"Apa kau gerah, Nona?" lagi, Pratu Chic ko kembali bertanya kepada Saukilla.

"Benar Ahjussi. Aku begitu gerah."

"Oh baiklah biar kuikat rambutmu ya Nona." Saukilla pun mengangguk dan Praka Chic Ko pun gegas mencuci tangan untuk memulai mengikat rambut panjang logam milik perempuan di sampingnya.

Saat hal tersebut hendak dilakukan, tiba-tiba saja Kapt Sean bersua.

"Tolong hentikan." Kata-kata Kapt Sean. Ia pun gegas beranjak dan menghampiri Saukilla. Serdadu yang lain pun menoleh dan tak tahu apa yang terjadi dengan Kapten Sean.

"Biarkan aku saja yang mengikat rambut perempuan ini, kau habiskan makananmu saja, Pratu Chic Ko. Saya tidak ingin serdaduku harus terganggu acara makannya. Karena kalian.sudah capek dan harus segera istirahat."

Saukilla pun menoleh ke belakang, melihat Captain Sean yang sedang duduk bertumpu.

"Ahjussi, apakah Kau yang akan mengikat rambutkiu?"

"Diamlah, akan ku rapikan rambutmu ini. Saya melihatmu dari sana tampak tidak nyaman dan saha begitu risih melihatnya!" ujar Kapten Sean, padahal bukan seperti itu sebenarnya.

Saukilla pun tertunduk lesu dengan bibir mencebik seperti anak angsa. Agaknya ia tersentil oleh ucapan Kapten Sean tadi yang mengatakan bahwa risih karena melihat perempuan itu.

"Kamu kenapa?"

"Apa Ahjussi marah denganku?"

"Tidak, saya tidak marah denganmu. Sudah cepat habiskan makananmu."

Perlahan Kapten Sean pun mulai mengikat rambut indah Saukilla dengan ikat rambut seadanya. Perempuan itu terlihat semakin cantik dengan leher jenjang yang berwarna putih porselen.

****

Rumah megah milik Saukilla kini begitu ramai sebab beberapa teman-teman Kak Genta sedang berkaraoke di sana. Berapa botol Vodka, wine, dan kulit kacang yang berserakan serta puntung rokok yang tak berada di tempatnya.

Padahal, sebelum Saukilla mengalami kecelakaan pesawat, rumah itu begitu asri. Terawat, dan perempuan itu memang tak akam membiarkan bau alkohol menyentil hidungnya. Saukilla merupakan tipe perempuan yang menjunjung tinggi kebersihan.

Pernah saat itu ia sedang patroli di restoran cabang Kalibata. Di sana ia mendapat salah satu menu yang hendak disuguhkan pada pelanggan. Itu adalah jamur crispy saus tiram dengan parutan keju di atasnya. Entah bagaimana Saukilla bisa tahu benda tersebut.

Ia pun menghentikan langkah waiterssnya. Saukilla menarik helain rambut yang terselip di sana. Tak mau citra serta branding restaurannya turun. Ia pun meminta pada waiterss tersebut untuk mengganti dengan yang baru.

Namum, kini segalanya berubah saat penjahat itu mulai mengambil alih hak milik Saukilla. Nenek sihir Riana begitu bahagia akan apa yang ia dapat saat ini. Meski sejatinya itu ada milik adik iparnya.

"Terus yang kamu gunakan itu mayat siapa, Riana?"

"Adalah pokoknya. Kau tidak boleh tahu, yang jelas kan saat ini kamu bisa kan merasakan dugem bebas di rumah ini."

"Wah, parah kamu, Riana. Bagaimana kalau polisi atau pihak teai SAR menemukan mayat adik Genta?" tanya Elena.

"Simple saja, kita buat pengakuan mengejutkan lagi. Sudahlah, Elena. Jangan ambil pusing masalah itu. Yang penting sekarang duit aku banyak!"

"Istrimu itu benar-benar hebat, Gen!" kata Elena.

Elena merupakan pemilik restoran yang ada di bilangan Semarang juga. Namun ia begitu iri sebab restoran milik Saukilla selalu ramai setiap harinya. Sedangkan milik ia tidak, kebenciannya pun akhirnya diketahui oleh Kak Genta beserta istrinya Riana

Kemudian, mereka pun mengadakan kerjasama untuk menghancurkan Saukilla dan mengambil segala aset yang dara muda itu punya. Kini mereka sudah bersatu, tapi siapa sangka jika kedua penjahat itu sama sama singa.

"Seperti kesepakatan bersama, karena rencana ini sudah berhasil maka aku tagih janji kalian berdua."

"Betul kata suamiku. Tutup restauran milik Saukilla di Semarang," sahut Elena.

"Gampang. Kau tenang saja tidak perlu khawatir."

Ke empat manusia jahat itu pun sama-sama tengah tertawa terbahak. Tapi, Elena tak tahu bahwa Riana tengah menyiapkan rencana busuk untuk ia. Pun, dengan Riana yang sedang disiapkan bom waktu dari rekannya, Elena.

"Mas Genta, jadi rencananya kapan kau akan mengalihkan kepemilikan rumah ini ke tangan kita?" tanya Riana seraya menghisap sebatang rokok.

Tampak asap putih membubung tinggi membentuk sebuah gulungan. Kedua pipi Riana tampak menjorok ke dalam, setelah itu ia membuang kasar asap rokoknya.

"Kau sabar dulu, Sayang."

"Kau tidak perlu terburu-buru sebab si anak tengil itu tak mungkin akan kembali lagi. Dia sudah mati, mungkin dimakan binatang buas atau tubuhnya hancur bersamaan dengan badan pesawat," sambung Kak Genta.

Kemudian, mereka yang ada di sana pun tertawa. Tak habis pikir dengan kegilaan kakak kandung Saukilla.

"Kamu ya, Gen. Benar-benar laknat sama adik sendiri!" sahut suami Elena. Namum Kak Genta justru tersenyum dan merasa bangga dengan semua itu.

"Kalau aku tidak laknat, perutku akan kosong dan aku akan mati."

"Sudahlah kamu tidak perlu buru-buru, Sayang. Kita nikmati saja dulu hidup seperti ini. Kehidupan yang dari dulu kita dambakan."

Tapi Kak Genta dan juga Riana tak menyadari jika ada sepasang mata singa yang sedang menertawakan keduanya. Sepasang mata singa itu tengah menyusun sebuah rencana untuk mengambil alih harta milik Saukilla.

'Dasar manusia laknat! Kau pikir kebahagiaan yang kau rampas akan bisa membuatmu bahagia dan damai! Jangan mimpi manusia laknat, jangan mimpi! Cih!'

_Bersambumg_