Jingga terdiam, dia menunduk di pangkuan suaminya, sudah seperti ini kalau dia tak mau bicara dan akhirnya bingung dengan apa yang Andra katakan, dia hanya bisa menurut ketika Andra memintanya mendekat.
"Apa?" tanyanya malu, dia yang marah, dia juga yang tidak tega suaminya di unit ini tanpa makanan, dia tak bisa tak peduli pada Andra.
"Di sini aja dulu ya, nggak ada tugas, kan? Gue anter ke kedai nanti pulang kerja," jawab Andra dengan suara lembutnya, istrinya itu memang keras kepala, tapi dia bukan orang yang keras hati hingga tak mau mendengar apapun dari orang yang dia sayang. "Gimana?"
"Ih, iya. Ini juga nggak ke mana-mana, kalau mau ke kampus juga udah telat!"
Andra usak rambut itu, ia curi kecupan di pipi sebelum melepaskan Jingga untuk bersiap pergi bekerja, gadis itu akan menunggunya di unit ini, mereka akan ke luar bersama dan satu hari lagi ada di unit ini kalau Andra bisa meyakinkan Jingga bersamanya.