Tak lama dari perbincangan itu, Arka tiba di kedai jus yang katanya fenomenal di kota ini, lebih tepatnya di daerah ini.
Senyumnya tak pudar sama sekali, bahkan dia membawa beberapa kotak berisi makanan untuk ketiga temannya yang ada di sana, tentu yang pertama dia sapa adalah Jingga, dia duduk di dekat Jingga sambil memperhatikan apa yang Jingga lakukan.
"Kamu bawa apa, Ka?"
"Kak?"
"Ka, dih jangan sampe salah, bisa marah dia nanti!"
"Ahahahah, kenapa nggak dipanggil suami aja, Ngga?"
"Nggak keren, enakan gini di jalan dikiran adiknya, padahal tidur satu kamar, iya kan?"
Arka mengangguk meskipun ucapan itu membuat hatinya berdenyit nyeri, dia hanya bisa menahan dan sedikit menyimpannya.
Sama seperti kisah lama di mana kakeknya menyukai nenek daripada Jingga yang sudah menikah, dia pun begitu, bedanya saat ini Jingga belum mempunyai anal bersama Andra dan pernikahan mereka bukan berdasarkan cinta yang ada juga penerimaan yang bagus.