"bisa ngobrol bentar?" ucapan Rafi membuat Arlan yang bersiap untuk pergi jadi terdiam binggung menyeritkan dahinya. beberapa menit mereka hanya terdiam.
"jadi?" mulai Arlan karena merasa bosan dengan kebisuan ini.
"cafe." ucap Rafi singkat dan masuk ke mobil. Arlan mengendikkan bahu tidak mengerti tapi bersiap menyalakan motornya dan mengikuti arah mobil Rafi.
setelah sampai cafe Rafi berjalan menuju rooftop dan Arlan hanya mengikuti dibelakang, mereka pun duduk disalah satu meja. waiters menghampiri mereka dan menanyakan pesanan dan mereka pun memesan sesuai keinginan, setelah mencatat waiters pun pergi dan suasana menjadi hening. Rafi mengeluarkan rokok dari kantongnya.
"gw baru tau lu ngerokok."
"biasanya ngevape, kalo lagi suntuk aja." ucap Rafi sambil menghembuskan asap rokok. Arlan hanya mengangguk paham.
"lu mau?."
"ga, thank."
"btw langsung ke intinya aja bro, gw pingin balik." lanjut Arlan.
"lu suka Ara?"
Raut wajah Arlan berubah setelah mendengar ucapan Rafi.
"gw udah denger dari Gista." lanjut Rafi.
"ember bgt sepupu gw." gumam Arlan pelan. Rafi yang kurang mendengar menaikan alisnya.
"iya kenapa?"
"kalo dateng cuma buat nyakitin mending mundur." ucap Rafi to the point.
"lu suka sama Ara." tanya Arlan menaikan Alisnya.
"gw ngomong gitu karna lu sepupunya Gista, emang lu ga mikirin persahabatan Gista sama Ara?" Rafi yang sudah tau arah pembicaraan Arlan menjawab santai pertanyaan itu.
"gw kira lu ada rasa." Arlan mengangguk paham lalu meminum cappucino pesanannya.
"Ara lagi suka sama orang, yang pasti bukan lu."
"uhuk... siapa? anj lu kalo ngomongin topik yang ngagetin kasih aba-aba dulu ."
Rafi menghembuskan asap rokok santai tidak menghiraukan Arlan yang tersedak.
"yang pasti satu sekolah, kalo mau tau cari sendiri."
"gw di Jakarta cuma setahun, karna ada urusan."
"berarti ga usah deketin." ucap Rafi dengan wajah datar.
"tapi gw suka dan mau berjuang du-."
"kalo lu suka, harus nya lu mikirin kebahagiaan orang yang lu suka kedepannya gimana." bertepatan dengan habisnya rokok Rafi memotong perkataan Arlan.
"gw duluan." lanjut Rafi setelah menghabiskan minuman yang dipesannya Rafi berdiri dan berlalu pergi. tidak lupa membayar pesanannya. Arlan yang niatnya protes mengurungkan niatnya lalu duduk kembali.
"posesif bgt jadi sahabat, tapi sebenarnya bener sih kalo jadian trus LDR pasti susah." gumam Arlan.
Arlan menghembuskan nafas berat lalu pergi untuk membayar pesanannya.
"udah di bayar mas sama mas yang satunya." ucap kasir saat Arlan ingin membayar. Arlan pun mengangguk paham lalu meninggalkan cafe.
"ternyata baik juga lu bro." gumam Arlan sambil menaiki motornya. Arlan pun menjalankan motornya untuk pulang ke rumah.
[Disisi lain]
Ara selesai membersihkan diri dan sedang berbaring menatap langit-langit. notif masuk melalui hpnya dan Ara pun membukanya.
Gista gf Rafi.
kamu inget kan aku pesen kue ultah buat Arlan Sabtu nanti?
gatausiapa.
gw di bawah.
Ara sedikit terbelak melihat notif dari sahabatnya dan langsung bergegas turun untuk menemuinya.
"kok lu balik lagi?" Ara langsung memulai pembicaraan saat membuka pintu dan melihat ada Rafi di sana.
"lu ga suka sama Arlan kan?" ucap Rafi sambil menyilang kan tangannya didada.
"apa sih pada nanya kaya gitu. lu balik cuma buat nanya itu?" Ara memutar bola matanya malas.
"jawab."
"nggaa, kenapa sih emangnya?"
"ga papa, yaudah gw balik. nih." ucap Rafi sambil memberikan sebungkus martabak.
"gajelas." gumam Ara kesal.
Rafi tidak memperdulikan dan langsung berbalik menuju mobilnya.
"makasihh, hati-hati bawa mobilnya." teriak Ara.
Arlan yang hendak memasuki mobil mengangguk dan setelah menyalakan mobil dia memberikan klakson lalu pergi meninggalkan rumah Ara.
Ara memasuki rumah sambil tersenyum membawa martabak dan menaiki tangga menuju kamarnya.
"ohh iya pesan Gista." Ara buru-buru menaruh martabaknya di meja dan meraih hpnya.
me
to Gista gf Rafi.
inget kok, nanti kamu yang ngambil atau aku yang kesana?
Ara meletakkan hp nya lagi lalu turun ke bawah untuk membuat minuman. setelah beberapa menit membuat minuman Ara kembali ke kamarnya dan membawa minuman serta martabaknya juga hpnya ke balkon kamarnya.
"uwahh, paling tau emang Rafi kesukaan aku." Ara membuka kotak martabak dan isinya martabak pandan dengan toping keju dan oreo.
sambil mendengarkan lagu Ara memakan martabak nya dengan perasaan senang. setelah martabak nya habis Ara membawa kotaknya dan gelas kotor ke dapur untuk membersihkannya.
saat di dapur Ara berpapasan dengan ayahnya yang baru pulang dari kantor.
"baru pulang yah." ucap Ara sambil melirik jam yang menunjukkan pukul 22.00 wib.
"iya ra, kamu kok belum tidur?" balasnya sambil mengambil Air di kulkas untuk diminum.
"belum baru selesai makan martabak."
"Rafi yang kasih?"
"iyaa, ayah udah makan?"
"udah kok tadi makan malem bareng partner kerja ayah."
Ara mengangguk paham tanda mengerti dan suasana pun jadi hening.
"yaudah ayah ke kamar ya, kamu jangan bergadang Ra."
"iya yah." Ayah Ara pun meninggalkan dapur, Ara mengambil es krim lalu pergi ke kamarnya. Ara kembali duduk di balkon menikmati es krim sambil menyanyikan lagu yang terputar dari hp nya.
setelah es krim habis Ara pun mencuci tangan dan kakinya lalu bersiap untuk tidur tapi notif hp berbunyi membuat Ara mengurungkan niatnya.
Gista gf Rafi.
kamu sekalian ke sini aja biar yang ngerayain rame
saat hendak membalas pesan dari Gista notif lainnya muncul dan membuat dahi Ara menaikan alisnya.
Putri.
lu ga suka Arlan kan?
"apa sih semuanya nanyain suka sama Arlan, aneh bgt." Ara memutar bola matanya malas. dia mengabaikan pesannya sebentar lalu beralih ke pesan Gista.
me
to ggg gf Rafi.
okay Kalo gitu malem kan acaranya?
me
to putri.
ga, kenapa emangnya?
Putri.
ohh bagus kalo gitu, soalnya gw suka dan mau deketin.
"wow salut-salut." ucap Ara sambil terkekeh pelan melihat balasan putri.
me.
okay
Gista gf Rafi.
iya malem. bikin yang enak ya kuenya trus dandan yang cantik.
me.
siapp
setelah membalas pesan Gista, Ara menaruh hp nya di nakas dan bersiap untuk tidur.
saat keesokan paginya hari-hari Ara yang Ara jalan kan seperti biasanya, yang beda Arlan seperti agak menjauh dan putri yang mendekat terus ke arah Arlan walaupun Arlan terlihat risih. Ara yang sudah mengetahui kalo putri menyukai Arlan hanya acuh tidak mau ikut campur. beda dengan Nazla yang bertanya ke Ara terus dan selalu terlihat kesal melihat tingkah putri yang sedikit ganjen.
setelah melewati hari yang seperti biasanya, hari Jumat pun tiba, satu hari sebelum ulang tahun Arlan dan sekarang pulang sekolah Ara ingin membeli bahan untuk membuat kuenya.