Chereads / Aira : begins with a smile / Chapter 29 - Di Tolak?

Chapter 29 - Di Tolak?

Suasana yang tadinya sudah berhenti tertawa malah tambah ketawa mendengar perkataan kak Vero. Ya yang datang adalah kak Vero bersama dengan izza . Setelah menyadari ada izza di samping kak Vero Ara tiba-tiba langsung tersedak Arlan yang berada dihadapannya pun dengan sigap memberikan minumnya ke Ara. Vero dan Nazla pun menepuk-nepuk pundak Ara.

"Makanya jangan ketawa mulu." Ucap Arlan dengan nada khawatir.

"Duduk dulu kak, za." Ucap Nazla ke kak Vero dan izza. Vero pun langsung mengambil tempat duduk di depan Nazla sedangkan Izza mengambil bangku ditempat lain lalu menaruhnya diposisi di tengah Ara da Arlan.

"ekhm." Vero yang merasa suasana jadi hening pun berdehem untuk mencairkan suasana.

"Gw yang ngajak kak Vero. Ga papa kan? Makin rame kan makin seru." Ucap Nazla.

"Ga papa kok."Ara pun tersenyum ke arah Nazla.

Akhirnya yang lainnya mengobrol dan hanya Izza yang fokus memakan makanannya sambil memainkan hp. Ara yang berada disebelahnya secara tidak sadar melirik terus ke arah Ara.

Izza yang merasa diperhatikan menaikan alisnya dan menengok ke arah Ara. Ara yang kaget pun langsung mengalihkan pandangannya ke makanannya.

"Napa?"

"Ga papa kok."

"Ga jelas." Ucapnya datar.

"Oh ya lu yang kemarin di toko buku kan?" Tanyanya.

"Ehh." Ara terkaget dan langsung mendongak menatap ke arah Izza.

"Yang waktu itu ngomong."

"Lu denger." Ara menggigit bibirnya cemas rasanya Ara ingin menangis.

"Ya lu kan ngomongnya ke gw."

"Iya sih."

"Trus jadinya gimana?" Lanjut Ara.

"Hah?"

"Lu kan denger omongan gw waktu itu, jawabannya apa." Ara menundukkan kepalanya lagi. Dia pasrah toh udah ketahuan walaupun ditolak iya akan coba menerimanya.

"Yaa gw awalnya mau bantuin. Tapi lu langsung digendong sama dia." Ucapnya sambil melihat ke Arlan.

"Ehh-"

"Emang ada yang lu omongin selain minta tolong bangunin?"

"Ahh- ga ada kok." Ara bernafas lega dan langsung menutup mukanya dengan kedua tangannya. Sial dirinya hampir menangis gara-gara hampir ketahuan dan hampir ditolak.

"Kotor tangan lu." Ucap Izza.

"Pedes itu kalau kena muka." ucap Arlan.

Mereka berbicara berbarengan dan mengulurkan tisu ke arah Ara. Ara yang menurunkan tangannya pun memeriksa tangannya dan benar saja tangannya dipenuhi saus pedas. Ara pun hendak mengambil tisunya tapi binggung dari siapa.

Nazla yang sedari tadi memperhatikan mereka pun mengajak Ara ke toilet karna melihat Ara yang sedikit kebingungan.

"Ga ada yang mau lu ceritain?" Ucap Nazla membuka pembicaraan.

"Ehh?"

"Gw dari tadi nyimak pembicaraan kalian tapi gw ga tau maksudnya apa. Ya kalo ga mau ngasih tau ga papa kok."

"Emm- ga gitu."

"Jadi waktu gw lagi di toko buku sama Arlan, Arlan nembak gw. Nah disitu gw nolak Arlan dan Arlan tau kalo bakal ditolak karna dia tau gw suka sama siapa. Trus pas dia ngomong kalo gw suka sama si orang itu, orang itu ga beberapa lama langsung muncul dan kayanya yang lu denger lanjutannya kaya yang diomongin Izza." Ara yang tadinya menunduk langsung mendogakkan kepalanya untuk melihat ekspresi muka Nazla. Nazla hanya diam sambil menutup mulutnya dengan ekspresi tidak percaya.

"What? Sejak kapan lu suka sama Izza? Gw kira lu suka Arlan tapi belum sadar aja."

"Emm- udah lama sih dari senam pas kelas 1."

"Sumpah kok lu ga ada cerita-cerita sih. Sumpah ya lu tuh kaya ga ada rasa sama siapapun kecuali pas Arlan dateng."

"Sorry ya soalnya gw ga biasa cerita."

"Ga papa santai. Trus lu jadinya mau gimana sama Izza? Trus kok lu sama Arlan kaya ga ada masalah apa-apa dah. Gila Arlan kok kuat banget gw jadi sad. Eh tapi gw juga ga nyalahin lu ya."

"emm ya kalo sama izza gw pingin coba deket sih. Kalo Arlan gw suka dia sebagai temen makanya gw ga mau kehilangan dia dan dia pun tau. Gw juga udah bilang kalo dia ngejauh pun gw bakal ngerti tapi besoknya dia kaya biasa, mau nolak sikapnya yang kaya gitu tapi gw sebenernya gw seneng."

"Gila sih Arlan."

"Kadang gw mikir bisa aja gw suka sama Arlan kalo gw nerima Arlan. Tapi gw ga mau manfaatin rasa sukanya Arlan karena takutnya nanti udah nyoba pun gw ga bisa suka sama Arlan. Yang gw lakuin bener kan?" Ara tidak sadar malah mengeluarkan air mata saat berbicara, sebenernya ia takut. Takut menyakiti Arlan dan takut ditinggal Arlan walaupun orang baru nyatanya selain Rafi hanya Arlan yang mampu membuatnya nyaman.

Nazla memeluk Ara dan menepuk pelan bahu Ara menenangkan.

"Perasaan manusia tuh emang rumit ya. Ya menurut gw lu ga salah kok kan perasaan ga ada yang bisa paksain Ra. Lu juga udah bilang ke Arlan alasannya apa dan Arlan nerima, mungkin Arlan ngerasa sakit dideket lu tapi satu sisi dia juga ga bisa jauhin lu makanya dia malah bersikap biasa."

"Ga ada yang salah disini. Rasa aja yang datang tanpa tau tempat dan waktu." Lanjut Nazla. Ara yang tadinya menangis mendengar kata-kata Nazla malah terkekeh pelan.

"Sejak kapan lu jadi puitis gitu." Ucap Ara melepaskan pelukannya.

"Ga tau kayanya ketularan sama lu." Nazla mendesis pelan lalu mengangkat bahunya acuh.

"yaudah yok." Anak Nazla.

"Eh tapi lu udah ga malu liat Izza?" Lanjutnya.

"Ga sih kalo dia ga tau gw biasa aja." Mereka pun kembali ketempat duduk dan ternyata para cowo sedang asik berbicara.

"Ga perih kan mata lu." Tanya Arlan saat Ara duduk.

"Ga kok lan."

"Btw ra kalo ngajak Izza liburan nanti gapapa?" Tanya Vero.

"Ehh yang ngajak liburan Gista kak. Kalo aku sih siapa aja boleh."

"Ohh Gista ya oke nanti gw bilang." Vero mengangguk-angguk paham.

"Anak skavo yang ikut siapa aja kak?"

"Kayanya gw, Rafi sama vio yang lainnya katanya ada urusan."

"Yah kak Bimo kok ga ikut."

"Ga tau tuh."

"Lagian lu beda sekolah sih."

"Kalo Ara sekolah di sana aku ga bakal ketemu Ara dong. Untung deh Ara masuk sekolah aku."

"Iya deh." Vero mengangguk-angguk tanda setuju saja. Ara terkekeh pelan melihatnya.

"Btw gw minta bikinin kue lagi bisa?" Ucap Izza.

"Hah?" Semua menatap Izza heran.

"Waktu itu kan lu ngasih kue ke gw dan gw pingin nyobain lagi." Ucapnya santai tanpa mengalihkan pandangannya dari hp.

"Ga sopan lu. Kalo ngomong ngadep orangnya." Ucap Vero mengingatkan.

"Emm boleh aja sih."

"Yaudah nanti gw kabarin maunya dibikinin kapan. Gw balik dulu." Izza langsung pergi setelah berbicara seperti itu.

"Hee-"

"Aduh sorry ya ra. Emang bocah itu ga sopan banget mana kaya bos banget lagi." Ucap Vero merasa tidak enak.

"Kalo ga mau bikin gausah dibikinin Ra." Ucap Arlan.

"Iya Gausah, kalo dia maksa bilang aja ke gw nanti gw pites."

"Emm bukan ga mau sih cuma kaget aja cara mintanya kaya gitu."