Chereads / Aira : begins with a smile / Chapter 25 - Secret?

Chapter 25 - Secret?

Tidak beberapa lama Ara dan Gista pun menghampiri Arlan dengan berbagai macam jajanan yang mereka pegang.

"Gw heran sama kalian, trus tadi gunanya jogging apa kalo jajanan nya berminyak gitu." Ucap Arlan. Ara dan Gista hanya mengangkat bahunya acuh. Arlan terkekeh pelan, mereka pun berjalan ke parkiran mobilnya Arlan.

Terlihat seseorang yang familiar bersandar di mobil Arlan, Gista pun langsung berlari memeluk orang tersebut.

"Kamu udah dari tadi?" Ucap Gista setelah melepas pelukannya.

"Baru."

"Ngapain lu disini." Ucap Ara yang sudah mendekat kearah mereka diikuti Arlan disebelah nya.

"Suka-suka gw."

Ara pun memutar bola matanya malas.

"Kalian lagi marahan?" Arlan menyeritkan dahinya melihat kelakuan sahabat ini.

"Ga kok dia emang kadang suka kaya anak kecil." Ucap Ara santai sambil memakan jajanannya. Gista terkekeh sedangkan Arlan masih dengan muka datarnya bersikap acuh.

"Mobil kamu dimana?" Ucap Gista ke Rafi.

"Disana." Balasnya sambil menunjuk mobil dengan wajahnya.

"Yaudah yuk pulang. Ra hari ini masakin aku ya." Ucap Gista sambil menarik Rafi ke mobilnya. Rafi pun membuka pintu untuk Gista dan menunggu Ara untuk naik ke mobilnya.

"Mau ikut kerumah gw lagi lan?" Ucap Ara.

"Boleh?"

"Ya boleh lah."

"Yaudah kapan lagi nyobain masakan lu."

"Gw sama Arlan fi." Ucapnya sedikit teriak ke Rafi. Rafi pun memasuki mobilnya dan menjalankan mobilnya duluan.

"Berarti temenin beli bahan-bahan dulu ga papa kan?"

"Gapapa lah yuk." Arlan pun membukakan pintu untuk Ara. Ara pun berterima kasih lalu Arlan pun memasuki mobilnya dan menjalankan ke salah satu supermarket.

[Disisi lain]

"Kamu masih belum bilang kalo semester depan mau pindah?" Ucap Gista membuka pembicaraan.

"Belum."

"Kenapa ga jujur aja soal penyakit kamu? Aku ga enak bohongin Ara terus."

"Aku ga mau Ara khawatir."

"Tapi Ara bisa marah banget loh fi."

"Gapapa."

"Apalagi dia ga di kasih tau kamu mau pindah. Dia bisa kecewa dan benci sama kamu."

"Ga papa kamu pura-pura aja ga tau."

"Kan aku ikut gimana pura-pura ga taunya."

"Bilang aja mendadak."

"Tau ah."

"Mama Ara, meninggal gara-gara penyakit yang sama kaya aku." Ucap Rafi masih fokus dengan jalanan.

"Ehh- aku baru tau."

"Iya sih aku ga pernah mau bahas karna takut buat Ara sedih. Oke-oke aku ngerti." Gista pun langsung mengalihkan pandangannya ke luar jendela. Rafi mengelus kepala Gista dengan sebelah tangannya. Suasana mobil pun jadi hening.

[Dimobil Arlan]

"Oh iya lan liburan akhir tahun lu pulang ke Bandung?" Ucap Ara membuka pembicaraan.

"Ga sih kenapa?"

"Gista ngajakin liburan mau ikut?"

"Boleh?"

"Ya boleh lah yang ngajak sepupu lu masa ga boleh."

"Iya juga ya."

"Aneh." Ara pun terkekeh pelan.

"Emang sama siapa aja?"

"Sama anak skavo trus 3 temen sekolah gw."

"Anak skavo tuh ada berapa?"

"8 ehh 5 deh 3 nya udah lulus dan kayanya ga ikut soalnya udah kerja."

"Cowo semua?"

"Iyaa itu kan temennya Rafi semua kalo ada ciwinya Gista bisa ngamuk."

"Iya juga ya, yaudah gw ikut."

"Okay."

Bertepatan dengan akhir obrolan, mobil yang Arlan kendarai sampai disalah satu supermarket dan Arlan pun memarkirkan mobilnya.

Arlan dan Ara pun keluar dari mobil dan berjalan beriringan memasuki supermarket. Arlan yang mendorong trolly mengikuti Ara yang memilih-milih bahan.

"Ga ada alergi kan lan? Atau yang ga disukain?" Ucap Ara saat sedang mengantri kasir.

"Ga ada kok."

Ara pun mengangguk paham dan saat ingin membayar belanjaan nya lagi-lagi Arlan menyerahkan kartu nya terlebih dahulu.

"Eh gausah lan masa lu yang bayarin mulu." Ara mengeluarkan kartu kredit nya.

"Jadi yang mana nih mba mas." Ucap kasirnya binggung.

"Saya aja." Ucap Ara dan Arlan berbarengan.

"Kompak banget mba sama masnya. Yaudah saya ambil punya cowonya aja." Sang kasir pun mengambil kartu kredit milik Arlan. Arlan pun tersenyum menang dan Ara pun memasukan kembali kartunya.

"thanks lan." ucap Ara sambil tersenyum sebenernya merasa tidak enak tapi rejeki ga boleh ditolak.

"Yang langgeng ya mas." Ucap sang kasir ke Arlan sambil mengembalikan kartu kredit nya, Arlan hanya membalasnya dengan senyuman sedangkan Ara yang sudah duluan membawa sebagian belanjaan tidak mendengar.

Arlan dan Ara pun keluar dari supermarket dan Arlan pun menjalankan mobilnya menuju rumah Ara. Setelah sampai rumah Ara melihat Gista yang tidur di pangkuan Rafi.

"Lu ga macem-macem kan dirumah gw?"

"Menurut lu?"

"Ga mungkin sih, kalo sampe siap-siap aja gw bantai."

"Nanti gw mati nangis."

"Cii- ngapain nangisin lu kerajinan." Ara pun melangkah ke dapur untuk menyiapkan makanannya.

"Bagus deh." Balas Rafi pelan. Arlan yang masih di ruang keluarga menyeritkan dahinya mendengar ucapan Rafi. Tapi dia langsung buru-buru mengikuti Ara ke dapur.

"Ini taro dimana Ra?"

"Di meja aja lan."

"Ada yang bisa gw bantu ga Ra?"

"Ga ada lan lu pasti capek kan, lu ke ruang keluarga aja."

"Tapi gw mau bantu."

"Gausah elah udah sana-sana." Ara mendorong badan Arlan agar keluar dari dapur. Arlan pun pergi ke ruang keluarga. Dihadapannya terlihat Gista masih tertidur dengan posisi sama, Rafi yang memainkan hp dengan sebelah tangannya mengelus rambut Gista pelan.

"Gw lebih baik bantuin masak dari pada liatin uwu-uwu kaya gini." Arlan pun duduk di salah satu sofa.

"Btw fi lu nyembunyiin sesuatu dari Ara?" Ucap Arlan membuka pembicaraan.

"Maksud?"

"Ntah gw kaya ngerasa ada yang lu sana Gista sembunyiin dari Ara." Arlan mengangkat bahunya acuh.

"Ara tau?"

"Nope. Berarti ada ya?"

"Ga."

"Lah."

"Bacot, pulang sana."

"Rumah siapa yang ngusir siapa." Arlan acuh dan memainkan hpnya.

"Lu bilang ga bakal deketin Ara gara-gara bakal pergi."

"Namanya laki masa nyerah."

"Gw kira lu bencong. Bagus deh."

"Sembarangan."

"Tapi kalo sampe lu maksa sama nyakitin Ara abis lu sama gw. Persetan lu sodara nya Gista." Ucap Rafi dengan nada dingin.

"Tenang aja." Arlan membalasnya dengan nada serius.

Merekapun akhirnya asik dengan kegiatan masing-masing dan beberapa waktu pun berlalu.

Setelah Ara selesai membuat makanan, Ara pun pergi ke ruang keluarga terasa suasana yang sepi.

"Sepi banget pada ga mati kan?" Ucap Ara memasuki ruang keluarga. Arlan dan Rafi langsung menenggok ke arah Ara sedangkan Gista masih terlelap dengan posisi yang sama.

"Udah selesai Ra?"

"Udah kok yuk makan."

"Bangunin Gista nya Fi, suruh cuci muka juga." Ara pun pergi lagi ke dapur diikuti oleh Arlan.

"Duduk lan, maaf ya masakannya bukan kaya makanan restoran." Ucap Ara sambil duduk ditempatnya. Masakan yang Ara masak hanya ayam goreng serundeng, tumis kangkung perkedel dan sambal juga lalapan.

"Ehh ga papa Ra. Udah lama gw ga makan ginian kayanya enak nih."

"Ya semoga aja enak ya."

Rafi dan Gista pun datang dan langsung menduduki masing-masing tempatnya.

"Aaa- udah lama banget ga makan masakan Ara." Gista yang tadi madih lesu langsung tersenyum sumringah melihat makanan di depan matanya.

Ara hanya terkekeh mendengar ucapan Gista. Mereka pun makan dengan hikmat. Setelah makan Ara mencuci piringnya dengan ditemani oleh Rafi. Sebenernya tadi bertiga sama Arlan tapi menurut Ara, Arlan pasti masih cape jadinya hanya Rafi yang membantu. Walaupun harus Ara pelototi baru mau. Sedangkan Gista Ara ga mau membuat tangan Gista kotor.