Chereads / Aira : begins with a smile / Chapter 17 - panic attack

Chapter 17 - panic attack

Ara selesai berdandan dan bergegas turun karna taksi yang dipesannya sudah didepan rumah. Ara mampir ke dapur sebentar untuk mengambil mini cake yang dibuatnya tadi pagi. Jam menunjukkan pukul 2 lewat Ara pun memasuki taksi dan taksi pun langsung melaju menuju salah satu mall yang Ara tuju. ara memakai earphone nya dan berniat tidur selama perjalanan tapi baru beberapa menit menutup mata nada dering tanda panggilan masuk berbunyi.

"Hm?" Ara menjawab sambil menutup matanya.

"Udah otw?"

"Ini udah ditaksi, lu udah otw?"

"Udah nyampe."

"..." Ara diam tidak habis pikir.

"Kesambet?" Ara membuka matanya lalu bersandar ke jendela dan melihat jalanan yang ramai oleh kendaraan.

"Gw gugup anjir."

"Ga sabar ketemu orang sebaik dia hehe." lanjut Nazla.

"Cinta emang merubah segalanya ya."

"Iya makanya lu juga cari pacar biar ga suram hidupnya."

"Rasanya gw pingin puter balik deh."

"Yaelah ngambekan banget canda gw btw gw lupa bilang, kan gw bawa lu nah gw suruh pacar gw bawa orang juga supaya lu ga jadi nyamuk. Baik kan gw."

Ara terdiam sebentar entah kenapa nafasnya jadi agak berat.

"Pacar?"

"Semalem baru hehe."

"Gerak cepet banget ya, udah dulu gw bentar lagi nyampe bye." Ara menutup teleponnya secara sepihak lalu mengatur nafasnya yang beberapa lalu tersendat.

"Apaan sih Ra, ga ada yang perlu lu takutin." Ara mengatur nafasnya lalu menepuk pipinya pelan lalu tersenyum.

Tidak beberapa lama taksi yang ditumpangi Ara berhenti di depan lobby mall. Ara turun setelah mengucapkan terima kasih kepada supir taksi. Ara berjalan masuk ke dalam mall. Ara pun berjalan menuju restoran yang sudah diberitahukan oleh Nazla. Saat memasuki restoran seseorang memanggil dan melambaikan tangan, Ara pun langsung menghampirinya.

"Sinii." Ucapnya tanpa suara. Arapun langsung duduk disebelah orang itu.

"Mau pesen minum Ra?"

"Emangnya ga papa? Doi lu kan belum dateng zla."

"Kalo minuman doang mah ga papa, emangnya lu ga haus?"

"Haus." Ara pun langsung memanggil waiters dan memesan jus mangga kesukaannya. Tidak beberapa lama jus mangga nya pun datang.

"Doi lu masih lama?" Ara menghela nafas lega setelah meminum jusnya. Ntah kenapa walaupun sudah tenang sejak memasuki mall tapi pernafasan Ara tetap terasa berat.

"Bentar lagi kok."

Tiba-tiba hp Nazla berdering tanda panggilan masuk dan Nazla pun langsung mengangkatnya. Ara menundukkan kepalanya lalu menaruh jus nya di atas meja dan memejamkan mata berusaha membuat nafasnya yang tiba-tiba tersendat agar lebih lancar.

"Sini kak." Suara Nazla membuat Ara langsung tertegun dengan jantung yang berpacu. Tiba-tiba serangan panik muncul Ara pun tidak bisa menyapa orang yang di panggil oleh Nazla.

Orang yang dipanggil oleh Nazla sekarang berdiri dihadapan Ara dan Nazla. Nazla menendang sedikit kaki Ara untuk memberi kode ke Ara agar bangun, Ara yang makin panik hanya bisa menundukkan kepalanya.

"duduk kak vero." Nazla tersenyum manis menyapa orang dihadapannya.

"Halo gw Nazla, loh kayanya kita satu sekolah ga sih?" sapa Nazla ke orang di sebelah doinya. Orang itu hanya diam dan malah mengalihkan pandangannya ke Ara.

"Ohh iya kak, ini Ara." Nazla menepuk pundak Ara tapi Ara tidak menggubris Nazla. Ara masih menundukkan kepala dan sedikit bergetar.

"Loh Ra." Nazla sedikit panik saat merasakan tubuh Ara yang bergetar dan langsung duduk menghadap ke Ara dan menggenggam tangan Ara.

"Ra?" Setelah memperhatikan Ara, Vero langsung menghampiri Ara dan berjongkok di sebelah Ara.

"Ra gapapa." Vero mengelus kepala Ara.

"Ini gw Vero tenang ra." Vero berbicara sangat lembut ke Ara. Nazla dan seseorang lagi hanya memperhatikan dalam diam.

Ara yang mendengar nama yang dikenalnya pun pelan pelan melihat ke sebelahnya, karena melihat orang yang dikenalnya Ara tanpa sadar menitihkan air mata dan Vero pun langsung memeluk Ara.

"Nanti aku jelasin." Vero berbicara tanpa suara ke Nazla yang sedang menatap Ara sedih tetapi bukan karna doi nya dipeluk Ara tapi karna sebagai sahabatnya Nazla malah tidak tau apa-apa.

"Ga papa ra ini gw Vero yang lu kenal." Vero mengulang kata-kata itu sambil mengusap punggung Ara lembut. Ara masih bergetar tapi nafasnya sudah mulai lancar. Setelah beberapa menit dalam posisi itu Ara pun tersadar dan langsung melepaskan pelukannya dan langsung menghadap ke Nazla.

"Zla ini ga kaya yang lu pikirin." Ara yang habis menangis berbicara dengan nada agak gagap.

"Iya ra gw tau." Nazla tersenyum dan langsung menggenggam tangan Ara. Untungnya suasana restoran cukup sepi dan mereka memilih tempat duduk yang pojok jadi kejadian ini tidak terlihat orang. Ara memeluk Nazla dia merasa bersalah.

"Ga papa ra." Nazla berbicara lembut dan mengusap punggung Ara.

"Gw ke toilet dulu." Setelah tenang Ara melepaskan pelukannya dan langsung bangun untuk pergi ke toilet.

"Mau ditemenin?" Nazla menahan tangan Ara dan Ara pun menggeleng pelan dengan senyum tipisnya lalu langsung bergegas ke toilet.

Ara langsung masuk ke salah satu pintu dan duduk di closet lalu memejamkan matanya. Rasanya masih sedikit takut tapi juga sedikit malu dan bersalah terlalu campur aduk.

Disisi lain.

Setelah Ara pergi Vero pun kembali ketempat duduknya di hadapan Nazla. Orang yang datang bersamaan dengan diapun ikut duduk ternyata dari tadi dia memperhatikan dengan keadaan berdiri.

Nazla masih melihat ke arah toilet dengan tatapan sedih. Vero yang melihatnya menggenggam tangan Nazla dengan lembut.

"Ga papa Ara cuma butuh waktu sendirian." Ucapnya lembut dan Nazla pun mengangguk lalu tersenyum.

"Jadi Ara itu kenapa?" Nazla membuka pembicaraan.

"Umm kalo masalah itu nanti kamu tanyain aja sama dia aku ga enak nyeritainnya. Intinya tadi dia kena panic attack." Ucap vero sambil tersenyum Nazla pun mengangguk.

"Trus kalian kok bisa saling kenal?"

"Ara itu adek kelas aku pas SMP trus dia sahabatnya temen se gang aku, dia udah aku anggep kaya adek kandung aku sendiri."

"Gista?"

"Bukan pacarnya Rafi."

"Ohh oke." Nazla pun mengangguk paham dan dibalas senyuman manis oleh Vero.

"Ohh iya kenalin dia sepupu aku Raihan, iya dia satu sekolah sama kamu."

Raihan yang dimaksud mendongak kan kepalanya dan mengalihkan perhatian dari hpnya. Raihan aka Izza iya Izza yang di sukai oleh Ara.

"Gw Nazla, kayanya kita sama-sama Mpk ga sih?" Nazla mengulurkan tangannya.

"Raihan." Ucapnya singkat dan menerima uluran tangan Nazla dengan wajah datar.

"Kayanya gw lebih sering denger lu dipanggil Izza, apa gw panggil lu Izza aja?" Setelah berbicara Nazla langsung melepaskan uluran tangannya.

"Bebas."

"Oke." Ucap Nazla karna canggung di jawab singkat oleh Izza.

"Dia emang sok dingin ga usah di perduliin." Vero kembali menggenggam tangan Nazla dan tersenyum manis. Nazla pun tersipu malu karena diberikan senyuman oleh Vero. Izza yang melihat kemesraan itu sekilas hanya acuh dan kembali melihat hpnya.

"Gw pengen pergi tapi kepo." Gumamnya pelan.