Setelah setengah jam Ara pun kembali ke tempat Izza, tetapi Izza tidak berada di tempatnya.
"Harusnya kalo mau pergi bilang dulu kek, jahat amat ninggalin."
Ara pun langsung keluar dari salon sambil memperhatikan hp nya dan seperti biasa tidak memperhatikan jalan nya. Baru saja membuka pintu Ara hampir bertabrakan lagi dengan seseorang, tapi tidak jadi karna seseorang tersebut mendorong dahi Ara dengan jarinya.
"Apa-apan ni-" Ara yang kesal langsung mendongak dengan nada marah tapi saat melihat orangnya langsung tersenyum canggung.
"Hobi bgt nabrak orang?" ucap Izza datar.
"gw kira lu balik."
"Ga gw beli minum." Izza pun memberikan salah satu minumannya ke Ara.
"Makasih." Ara menerimanya sambil tersenyum tipis.
"Udah?"
"Udah kok mau pisah sekarang?"
"Gw anter."
"Eh gausah ga papa kok, gw ga enak. Lagian tempat yang gw tuju jauh."
"Balesan buat kue." Sebelum Ara menjawab Izza langsung berjalan duluan meninggalkannya. Ara pun langsung berjalan cepat mengikuti Izza dari belakang.
"Nih orang jalannya cepet banget, untung gw ga make high heels." Gumam Ara yang bersusah payah tidak ketinggalan oleh Izza. Mereka pun berjalan ke tempat parkir. Setelah sampai tempat parkir Izza menghampiri motor sport berwarna hitam lalu memakai helm dan menyalakan motor nya sedangkan Ara diam di sebelah Izza.
"Naik." Ucap Izza dan Ara tetap diam. Izza pun menyeritkan dahinya.
"Emm- gw balik naik taksi aja za."
"Ohh." Izza turun lagi dari motor nya dan membuka jaketnya lalu memasangkan jaketnya ke pinggang Ara.
"Ehh-" Ara yang kaget refleks bergerak mudur tapi kekuatan tangan Izza yang melingkar dipinggangnya tidak terlepas. Setelah selesai Izza memakaikan helmnya ke kepala Ara dan langsung menaiki motornya lagi lalu mengulurkan tangannya untuk membantu Ara menaiki motornya. Ara pun memegang tangan Izza dan menaiki motornya.
"Pegangan." Ucap Izza, Ara pun memegang bagian belakang jok motor. Izza melihat Ara dari spionnya karna responnya lama Izza pun melajukan motornya sesuai keinginannya.
Karena motor di gas dengan tiba-tiba Ara yang terkaget pun langsung memegang pundak Izza sedangkan Izza acuh dan menjalankan motornya.
"pelan-pelan dong." Ara membuka kaca helmnya dan memukul pundak Izza cukup keras.
"Gw udah nyuruh pegangan."
"Hah?" Ara yang kurang mendengar mendekatkan kepalanya dan malah bertubrukan dengan kepala Izza karena Izza berhenti di lampu merah.
"Gw udah nyuruh pegangan." ulang Izza.
"ohh ga tadi udah pegangan ke belakang jok, tapi lu tiba-tiba ngegas kan gw belum siap."
"Maksudnya pegangan ke gw."
"Hah?." Ara yang tidak mendengar jelas lebih mendekatkan kepalanya ke Izza.
"Maksud gw pegangan itu pegangan ke gw." Bertepatan Izza berbicara Izza memberhentikan motornya karna lampu yang tiba-tiba merah.
"Shh-" Izza meringis pelan karna kepalanya bertubrukan dengan helm walaupun pelan tetap saja helm itu keras.
"Ehh- yaampun sorry." Ara refleks mengusap kepala Izza karena merasa bersalah.
"Aduh anjir kenapa ada keuwuan di lampu merah sih." Ucap pengendara disebelah motor Izza. Ara yang mendengar perkataan itu menurunkan tangannya dan menutup kaca helmnya karena malu sedangkan Izza tetap acuh.
"Lu ga mau jadi cewe trus ngusap kepala gw fi?" Lanjutnya sambil mengobrol dengan orang yang diboncengnya.
"G." Jawab orang yang diboncengnya singkat.
"Kulkas sama nih kayanya sama yang disebelah gw." Cibir orang yang membawa motor. Ara yang masih mendengar percakapan tersebut tertawa pelan dan bahunya ikut bergetar.
"Loh nengnya ketawa? Kenalan boleh kali kayanya neng sama si kulkas itu bukan pacaran kan." Ucap seseorang itu sambil mengulurkan tangannya. Ara membuka kaca helmnya lagi hendak menjawab tapi tangan Izza dan orang yang dipanggil fi motor sebelah menepis tangan si pembonceng itu secara berbarengan.
"Bacot." Ucap Izza.
"Ga tau malu."ucap orang bernama fi.
"anjir kalian kaya kembar jahat orang nengnya aja ga marah."
"Sorry dia emang rada gila." Ucap orang yang bernama fi tersebut ke Ara.
"Ga papa kok santai aja."
"Jadi nama neng siapa? Gw Zidan." Cowo pembonceng tersebut mengulurkan tangannya lagi. Ara yang merasa tidak enak menerima uluran tersebut.
"Ara." Ucap Ara sambil tersenyum canggung.
"Cantik kaya yang punya nama." Ucap orang yang bernama Zidan tersebut.
"Oh iya ini kulkas yang gw bonceng namanya ian." Zidan memperkenalkan orang yang diboncengnya.
"Oke. Salam kenal ya." Ara tersenyum tipis dan dibalas anggukan lalu dia mengalihkan pandangannya.
"Ohh iya ini Izza." Karena suasana canggung Ara pun memperkenalkan Izza.
"Pacarnya ya? Tapi ga cocok neng mendingan sama gw aja." Ucap Zidan dengan percaya dirinya dan langsung mendapat toyoran dari Ian.
"Gc siap-siap udah mau lampu ijo." Ucap Ian.
"Ohh iya boleh mint-"
Sebelum Zidan menyelesaikan perkataannya lampu sudah berubah jadi hijau dan Izza menjalankan motornya tanpa aba-aba meninggalkan motor disebelahnya.
"Gila ya gw kan mau minta Ig main pergi-pergi aja anjir."
"Gc jalan sat ga denger udah di klakson in" Ian. menoyor kepala Zidan untuk kedua kalinya. Zidan pun buru-buru menjalankan motornya ke arah yang berbeda dengan Ara.
Kembali ke Ara.
"eh kok main pergi-pergi aja." Ara yang kaget menepuk pundak Izza pelan. Izza tidak menggubris nya, karena tidak di jawab Ara pun hanya diam dan menutup kembali kaca helmnya.
"Cii- aneh." Gumam Ara pelan.
Setelah lumayan lama menyusuri jalan langit yang tadinya terang berganti jadi gelap. Setelah menyusuri jalan dengan waktu yang cukup lama akhirnya mereka sampai ke rumah yang dituju oleh Ara. Motor pun berhenti tepat di gerbang rumah itu.
Izza yang ingin mengulurkan tangannya terkaget saat Ara yang sudah turun duluan.
"Ehh-"Ara melepaskan helm nya dan tersenyum canggung ke arah Izza. Izza pun mengulurkan tangan meminta helmnya, Ara lu memberikan helmnya.
"Ini rumah yang kata lu ada acara ultah?" Izza menyeritkan dahinya saat melihat rumah yang tidak ada tanda-tanda acara akan di adakan.
"Iya acara nya tertutup sih keluarga doang."
"Tapi lu dandan kaya gitu?"
"Ehh- aneh bgt ya?" Ara menunduk melihat pakaian yang dipakainya. Ara pun berfikir kalo outfitnya agak berlebihan ya walaupun ada acara makan malamnya juga, tapi karena dress ini diberikan oleh sahabatnya Gista dan dia memintanya agar memakai ini ya Ara kan jadi tidak bisa menolak.
"Ga sih."
"Yaudah gw balik." Lanjut izza.
"Ohh okay makasih ya udah nganterin jadi ngerpotin." Ucap Ara sambil tersenyum. Izza mengangguk lalu menyalakan motornya dan memakai helmnya.
"Kuenya enak." Ucap Izza setelah membuka kaca helm nya lalu setelah berbicara langsung melaju tanpa menunggu jawaban Ara. Ara terdiam mendengar perkataan Izza lalu tanpa disadar pipinya sedikit memerah.