"Batu." Ucap seseorang mengagetkan dan langsung duduk di hadapan Ara. Ara yang sedang mengetik balasan untuk Gista menundanya dan mendongak untuk melihat siapa yang menggangu me time nya.
Ara memutar bola matanya malas ketika melihat seseorang yang duduk dihadapannya. Ara tidak menggubris orang di hadapannya dan fokus ke hp nya.
me
Gista gf Rafi.
Tanpa bilang dia udah ada disini, pacar kamu kaya jelangkung :)
Setelah membalas pesan Ara meletakkan hpnya dan memakan cheesecake nya.
"ga bilang kalo sendirian?" Ucapnya lagi.
"Ga sendiri kok tadi sama Arlan." Balas Ara tanpa menatap lawan bicaranya dan terfokus memakan cheesecake nya.
Suasana hening beberapa saat, seseorang itu menghela nafas pelan.
"Lu beneran ga suka kan sama Arlan."
"Apasih gw udah jawab berkali-kali fi jawabannya tetep sama, lagian kalo pun gw suka kenapa lu se ikut campur itu sih." Ara memasang wajah kesal bukan hanya me time nya yang diganggu tapi sahabatnya ini menanyakan pertanyaan yang tidak jelas. Ya seseorang yang tiba-tiba duduk dihadapannya tidak lain tidak bukan adalah Rafi sahabatnya.
"Bikin rasa cheesecake nya jadi ga enak aja." Gumam Ara dan menyuapkan suapan terakhir dengan wajah kesal.
"Gw cuma ga mau lu sakit aja ra." Ucap Rafi menatap lurus ke luar jendela.
"Maksudnya?" Ara menaikan alis binggung mendengar perkataan Rafi.
"Dia baik tapi cuma 1 tahun di Jakarta."
"gw baru denger, wah parah dia ga cerita-cerita sama gw."
"Tapi bener kan lu ga suka sama dia?"
"Ck gaaa, cape gw harus jawab pertanyaan yang sama berkali-kali." Ara memutar bola matanya lagi dan mengalihkan pandangan ke luar jendela. Tiba-tiba ponsel Ara berbunyi tanda panggilan masuk, Ara pun langsung mengangkatnya. Rafi tersenyum tipis.
"Gw cuma takut disisa waktu gw, gw ga bisa jaga lu dengan baik. Dan ninggalin penyesalan pas gw pergi nanti." Rafi berkata lirih sambil menatap Ara.
"Apa?" Ucap Ara tanpa mengeluarkan suara.
"ga papa." Rafi mengalihkan pandangannya keluar dan Ara menyeritkan alisnya.
"jelas-jelas tadi gw denger dia ngomong sesuatu" Ara bergumam heran dan perhatian nya teralihkan lagi oleh suara teriakkan dari telpon.
"Woy lu dengerin gw ga sih?" Ucap seseorang di balik telepon.
"Dengerr."
"Emang apa yang gw omongin tadi?"
"Emm ga tau." Jawab Ara setelah diam beberapa saat.
"Anjir, rasanya gw pingin banget nampol lu."
"Nampol tinggal nampol." Jawab Ara acuh.
"punya temen gini amat." Ara terkekeh pelan mendengarnya.
"Jadi tadi lu ngomongin apaa??"
"Besok ada waktu ga? Gw mau ngajak main."
"Ga bisa besok gw mau bikin kue."
"Yaelah bikin kue bisa nanti-nanti."
"Ya masalahnya ga bisa, orang yang ultahnya besok."
"Lah siapa yang ultah?"
"Arlan."
"Anjir lu jadian sama dia?"
"Apasih nanyanya pada kesitu." Ara memutar bola matanya malas.
"Lah trus?"
"Sahabat gw Gista itu sepupunya Arlan trus dia minta gw buat bikinin kuenya."
"Ohh Kirain."
"Kirain ndasmu, trus lu nelpon gw cuma mau nanya itu?"
"Iya."
"Ga penting banget kalo gitu mah chat aja."
"Wah lu parah bgt sih."
"Dih emang ga penting, dah ah bye." Ara mematikan teleponnya secara sepihak. Notif pesan dari Nazla pun datang.
Nazlaa gils.
Araaaa parah banget sumpah
Masa ga ada yang nemenin gw sih :(
me.
Minta temenin sama Tasya/Putri?
Lagian mau kemana sih?
Nazla gils.
Aduh akhir-akhir ini gw canggung bgt sama mereka, ga mereka sih putri doang dan itu gara-gara lu tau.
me.
Apaa nih kok bawa-bawa gw
Nazla gils.
Yaa gara-gara si putri centil sama gebetan lu gw kan jadi kesel sendiri
me.
Gebetan?
Btw emangnya mau kemana? _-
Nazla gils.
Arlann
Gw mau ketemu sama gebetan yang kenal dari online.
Eh tapi karna Arlan yang ultah ga papa deh gw sendiri aja biar lu bisa pdkt wkwk
Ara mematung melihat chat masuk dari Nazla dan senyum di bibirnya tidak lagi terlihat. Rafi yang sedari tadi memperhatikan Ara menyeritkan dahi binggung.
"Ra?"
"Ra?" Rafi mengulang panggilan dan menepuk pundak Ara.
"Ehh- ya? Kenapa fi?" Ara tersadar dari diamnya dan langsung merubah ekspresi nya saat menatap Rafi.
"Kenapa?"
"Ga papa kok kaget aja ini ada spoiler manga." Ucap Ara sambil tersenyum canggung.
Rafi menatap Ara dalam diam. Ara kembali menatap hp nya lagi dan terlihat mengetik sesuatu.
me.
Emangnya jam berapa?
Najla gils.
Soree
me.
Okee gw temenin
Nazla gils.
Nah gitu dongg thanks
Eh tapi emangnya ga papa?
me.
Acaranya malem kok
Nazla gils.
Ohh oke Kalo gitu gw bakal selesaiin cepet-cepet!
Thanks lu emang terbaik ;)
Ara menghela nafas pelan. Lalu membereskan barang-barangnya.
"Pulang yuk." Ucap Ara ke Rafi dan dibalas anggukkan oleh Rafi.
Merekapun menuju parkiran tempat mobil Rafi diparkirkan.
Gista gf Rafi.
Aku khawatir sama kamu makanya aku langsung kasih tau aja kamu dimana hehe
Ara yang baru saja duduk di kursi sebelah pengemudi tersenyum kecil melihat notif dari sahabatnya.
"Lu beneran ga papa kan?" Tanya Rafi.
"Ga papa kok." Ara memberikan senyum tipis ke Rafi lalu dibalas anggukan oleh Rafi. Rafi pun menyalakan mobilnya dan bergegas pergi meninggalkan mall untuk menghantarkan Ara pulang.
Ara yang merasa sedikit lelah pun menutup matanya lalu tertidur, Rafi yang melihatnya hanya tersenyum tipis.
Ponsel di saku Rafi bergetar, Rafi pun bergegas mengangkat teleponnya.
"Kenapa?"
"Kamu udah pulang?" Terdengar suara perempuan diseberang sana. Ya dia Gista pacarnya Rafi.
"Ini bentar lagi sampe kok ke rumah Ara."
"Aranya kemana? Chat aku ga dibales sama dia."
"Tidur dia, kayanya dia cape bgt."
"Ohh pantes, yaudah hati-hati ya nyetirnya."
"Iya bye." Ucap Rafi mengakhiri.
Tidak beberapa lama mobil pun berhenti di kediaman Ara.
"Ra." Ucap Rafi pelan sambil mengguncang bahu Ara pelan.
"Ra."
"Raa." Kesabaran Rafi habis.
"Kebo bgt sih nih orang." Rafi mengampit hidung Ara, Ara yang merasa nafasnya tidak lancar pun mencari-cari udara dan membuka matanya dengan keadaan ngos-ngosan.
"Lu niat mau bunuh gw ya." Ara menatap Rafi dengan wajah kesal.
"Lagian lu dibangunin susah banget." Balas Rafi acuh. Ara memutar matanya lalu mendengus kesal.
"Ohh iya besok, kalo pas lu jemput gw tapi gw nya belum pulang dari urusan tolong bawain kuenya yaa sama kadonya."
"Emang mau kemana?"
"Ada deh."
"Dih."
"Dah pokoknya inget ya." Ara pun turun dan mengambil belanjaannya yang ditaruh di kursi belakang.
"Hati-hati fi." Ara melambaikan tangan melalui jendela. Rafi membalasnya dengan klaksonan lalu mobilnya pun pergi meninggalkan kompleks rumah Ara.