Chereads / Single Father / Chapter 7 - Konflik keluarga.

Chapter 7 - Konflik keluarga.

"Apa Paman Ken sedang menyukai seseorang?" Tanya Reynand Sky saat mereka tengah berjalan menuju ketempat Claude Cavero, Aksel Regan juga Trixie Viviane.

"Ha? Tidak... Itu tidak benar," Sangkal Kenzo Aristide, sungguh bertolak belakang dengan gerakan tubuhnya yang mulai merasa gugup saat mereka sudah tiba ke tempat Claude Cavero yang langsung menyambut Reynand Sky. Bahkan Kenzo Aristide semakin tidak berkutik saat Trixie Viviane tersenyum lembut ke arahnya.

"Daddy, apa Daddy masih sibuk?" Tanya Reynand Sky perlahan.

"Tidak Nak, ada apa?"

"Bisakah kita pulang sekarang?" Tanya Reynand Sky lagi.

"Tentu saja Nak, kita akan pulang sekarang jika Rey merasa bosan."

"Tidak Daddy, Rey tidak merasa bosan, hanya saja Rey sedikit mengantuk." Balas Reynand Sky sambil menyandarkan kepalanya di bahu lebar sang Ayah.

"Baiklah.. Kita pulang sekarang." Ucap Claude Cavero yang langsung pamit untuk pulang kepada beberapa rekan bisnisnya.

"Apakah Bibi Trixie akan ikut di mobil kita lagi?" Tanya Reynand Sky saat melihat Trixie Viviane yang juga ikut melangkah mengikuti mereka. Bahkan Trixie Viviane yang mendengar pertanyaan Reynand Sky hanya membalas dengan tersenyum tipis.

"Ada apa?"

"Bukankah Ayah dari Bibi Trixie ada di sana? Kenapa Bibi tidak ikut Ayahnya saja untuk pulang?" Tanya Reynand Sky yang sontak menghentikan langkah kaki Trixie Viviane yang langsung merespon perkataan Reynand Sky.

"Clau, biar aku pulang bersama Ayah saja," Ucap Trixie Viviane.

"Ah, Baiklah.. Salam untuk Ayahmu." Balas Claude Cavero melangkah pergi meninggalkan Trixie Viviane menuju mobil yang sudah terparkir di depan pintu masuk Hotel tersebut.

Hanya ada senyum tipis yang tergambar di sudut bibir Claude Cavero saat melewati beberapa tamu yang menyapanya. Sedang di dalam perjalanan menuju Mansion, Kenzo Aristide masih saja terus berusaha untuk mengatur perasaannya yang sempat di kacaukan oleh senyum lembut Trixie Viviane beberapa saat lalu.

"Tuan muda Ken.."

"Iya, ada apa Aksel?" Jawab Kenzo Aristide yang tengah mengamankan tubuhnya di jok samping kemudi.

"Apa anda sedang sakit?" Tanya Aksel Regan khawatir.

"Ha? Tidak, memang ada apa?" Tanya Kenzo Aristide balik bertanya.

"Wajah anda terlihat memerah," Jawab Aksel Regan yang membuat Kenzo Aristide semakin gugup.

"Aku tidak apa-apa."

"Tapi Tuan.... "

"Sssttt... Kau bisa membangunkan Rey." Balas Kenzo Aristide sambil melirik Reynand Sky yang tengah tidur pulas di dalam pelukan sang Ayah.

* * * * *

KEDIAMAN BRIELLA AMORA ALEXIO.

Nampak Briella Amora yang sejak tadi terus terdiam di dalam kamarnya, menyamankan dirinya sambil mendengarkan beberapa lagi dari headphone miliknya, pandangannya menerawang jauh keluar jendela, menatap langit malam pekat yang tidak berbintang, juga dedaunan yang melambai mengikuti tiupan angin di awal musim semi.

Dengan kasar Briella Amora terus menarik nafas dalam, pikirannya kalut saat mulai mengingat jika harus mengambil satu keputusan untuk tetap tinggal di Kota ini dan siap menghadapi rasa takutnya atau harus pergi seperti seorang pengecut yang terus bersembunyi seperti biasa, bahkan wajah penuh permohonan dari sang Ibu kembali terlintas di ingatan dan membuatnya semakin merasa bimbang.

Hingga di detik kemudian semua lamunan Briella Amora hilang seketika saat indera pendengarannya menangkap sesuatu yang langsung membuatnya terperanjat kaget.

Apa lagi ini. Batin Briella Amora yang dengan cepat melepaskan Headphone yang masih menempel di telinganya dan kembali menajamkan pendengarannya.

"Oh Tuhan, Ibu... " Gumam Briella Amora yang seketika terlihat panik.

Hingga sedetik kemudian Briella Amora langsung beranjak dari duduknya dan berlari keluar kamar menuju ruang tengah di mana asal suara gaduh tersebut. Dan benar saja, matanya melebar sempurna saat melihat Ibunya yang tengah menangis dengan wajah yang sudah terlihat membiru. Bahkan beberapa barang dan guci sudah terlihat berserakan di lantai.

"Ibu... " Pekik Briella Amora berlari sambil meraih tubuh Ibunya yang terduduk di atas lantai.

Dengan tatapan tajam yang di penuhi dengan amarah, Briella Amora menatap wajah sang Ayah yang masih berdiri dengan kedua tangan yang berada di pinggangnya.

"Apa yang Ayah lakukan?" Tanya Briella Amora bernada rendah dan tajam.

"Akhirnya kau datang juga? Kenapa? Untuk menyelamatkan Ibumu?" Tanya Keanu Kael Alexio. Ayah dari Briella Amora.

"Lepaskan Ibu, jangan pernah menyentuhnya lagi." Balas Briella Amora yang langsung berdiri dan menyembunyikan tubuh Ermelinda Kizia di balik punggungnya.

"Lalu apa yang akan kau lakukan jika Ayah kembali menyentuhnya?" Tanya Keanu Kael yang kembali melangkah mendekati mereka berdua, bahkan dengan kasar menarik lengan Ibunya.

"LEPASKAN IBU.." Pekik Briella Amora yang langsung mendorong tubuh Ayahnya, meski dorongan yang ia lakukan tidak membuat tubuh kekar Ayahnya terhuyung namun setidaknya ia berhasil melepaskan Ibunya dari cengkraman Keanu Kael, Ayahnya sendiri.

"Kau berani membentak Ayah sekarang?" Desis Keanu Kael kalap dan langsung melepaskan satu tamparan keras ke wajah Briella Amora.

PLAAK...

"Jangan pukul dia... Aku mohon Kael.. Jangan..." Jerit Ermelinda Kizia yang langsung meraih tubuh putrinya yang tersungkur dengan kepala yang menghantam pinggiran meja.

"PUKUL SAJA SEPUAS AYAH.. TAPI JANGAN PERNAH MENYENTUH IBU LAGI." Erang Briella Amora yang masih menyerah untuk membela Ibunya.

PLAAAKKK... satu tamparan kembali mendarat di wajah ovalnya yang sudah membiru, bahkan Briella Amora merasa jika sebagian gigi grahangnya sudah goyang hingga mengeluarkan darah.

"AYAH SUDAH BILANG JANGAN PERNAH BERBICARA KERAS KEPADA AYAH." Murka Keanu Kael.

"HENTIKAAAN!!! Aku mohonnn hentikan.. Jangan sakiti anakmu." Raung Ermelinda Kizia sembari bersujud tepat di ujung kaki sang suami.

"LIHAT HASIL DIDIKANMU, BAHKAN DIA BERANI MEMBATAH DAN BERTERIAK LANTANG DI HADAPANKU." Sembur Keanu Kael.

"Maafkan aku.. "

"Itulah alasannya sejak dulu aku tidak pernah setuju jika kau melahirkannya, sebab selain sudah menjadi anak yang pembangkang, dia juga sudah mencoreng nama baik keluarga," Ucap Keanu Kael yang membuat Ermelinda Kizia kembali terisak.

"Maaf... Aku yang tidak tidak berhasil mendidiknya dengan baik. Tapi aku mohon.. Jangan memukulnya lagi, aku yang salah." Isak Ermelinda Kizia masih bersujud.

"IBU... CUKUP!! Jangan pernah mengemis kepada orang itu lagi." Kelakar Briella Amora yang langsung meraih tubuh Ibunya.

"Aku lebih memilih hidup susah bersama Ibu di bandingkan hidup bersama Ayah. Dan sampai kapanpun aku tidak akan hidup bersama Ayah. Dan apa Ayah tidak sadar jika sikap Ayah selama ini juga sudah mencoreng nama baik keluarga?" Lanjut Briella Amora lantang tanpa rasa takut sedikitpun, meski darah segar terus keluar dari mulutnya.

"Kita lihat saja nanti, apakah kau dan Ibumu mampu bertahan hidup tanpa belas kasihan dan uang dari Ayah." Balas Keanu Kael yang langsung melangkah pergi meninggalkan Ermelinda Kizia dan Briella Amora di sana.

"Ibu.. Apa Ibu baik-baik saja?" Tanya Briella Amora yang langsung menangkup wajah Ibunya. "Ah, Syukurlah.. Ayah tidak sampai melukai wajah Ibu lagi, dan lebam ini, Briel akan ke Apotek untuk membelikan Ibu.... "

"Anakku... " Ucap Ermelinda Kizia yang langsung terisak sambil memeluk tubuh Briella Amora.

"Ibu.. Berhentilah menangis, aku baik-baik saja." Balas Briella Amora menepuk punggung ibunya lembut.

"Kau bahkan terluka, lihatlah dirimu Nak.." Ucap Ermelinda Kizia yang semakin terisak saat melihat luka sobek di sudut bibir juga luka lebam di pelipis puterinya.

"Ibu, ini hanya luka kecil, aku tidak merasa sakit sedikitpun." Rayu Briella Amora untuk menenangkan sang Ibu.

"Seharusnya kau tidak berkata kasar kepada Ayahmu. Lihatlah sekarang, wajahmu..."

"Jika aku terus diam layaknya seorang bisu dan tuli, mungkin Ibu akan terus di pukuli oleh Ayah, dan aku tidak bisa jika harus terus menerus diam dan menyaksikan semuanya." Balas Briella Amora.

"Tapi Nak.. "

"Ibu... Ini hanya luka kecil, tenanglah.. Dan aku mohon, berhentilah menangis. aku akan ke Apotek sekarang, bisakah Ibu menunggu sebentar?" Tanya Briella Amora yang langsung beranjak dan memapah tubuh Ibunya, menuntunnya menuju ke sebuah sofa.

"Jika Ayah kembali, cepat hubungi aku dengan segera," Ucap Briella Amora yang hanya di balas anggukan oleh Ermelinda Kizia.

* * * * *

Bersambung...