LUCE CORPORATION.
Pukul 22.00 malam, cukup larut buat seorang Presiden Direktur untuk berada di Perusahaan. Berkas yang menumpuk cukup menyita waktu Claude Cavero, pertemuan penting yang di lakukannya secara berturut-turut, membuatnya sangat sibuk hingga di jam sekian. Mungkin Claude Cavero tidak akan sesibuk ini jika saja Asistennya Aksel Regan tidak ke luar kota guna menemui pihak bea cukai untuk melakukan pengawasan kegiatan impor bahan baku mereka. Dan selama beberapa hari ini sepertinya Claude Cavero akan menanganinya sendirian, dan sisanya tentu saja akan di bantu oleh Sekretarisnya Trixie Viviane.
"Apa kau akan menyelesaikan semuanya malam ini juga?" Tanya Trixie Viviane yang tiba-tiba muncul dari balik pintu sebelum ia mengetuknya hingga beberapa kali dan tidak mendapatkan respon dari Claude Cavero.
"Trixie kau belum pulang?" Tanya Claude Cavero sambil melirik jam yang melingkar di tangannya.
"Belum," Jawab Trixie Viviane tersenyum lembut.
"Ada apa?" Tanya Claude Cavero tanpa memalingkan pandangannya dari kertas berkasnya.
"Aku hanya mengkhawatirkan kondisimu, setidaknya istrahatlah dulu." Balas Trixie Viviane memberikan perhatian seperti apa yang sering ia lakukan selama ini.
"Terimakasih Trixie."
"Iya," Balas Trixie Viviane yang langsung melangkah masuk keruangan Claude Cavero dan hanya terdiam di sana saat melihat dirutnya yang tengah sibuk dengan pena dan tumpukan berkas juga dokumen yang tersusun rapi di atas mejanya. Tidak ada satu kata lagi yang keluar dari mulut Claude Cavero sejak percakapan meraka tadi, meskipun hanya sekedar basa basi kepada Trixie Viviane yang bahkan sudah duduk di sebuah Sofa yang terletak di tengah ruangannya dan tepat di hadapan Claude Cavero. Pria itu lebih memilih untuk tetap fokus pada pekerjaannya di banding harus mengobrol dengan Sekretarisnya.
"Sepertinya kau sudah kelelahan Clau," Ucap Trixie Viviane perlahan.
"Lumayan," Jawab Claude Cavero tanpa mengalihkan pandangannya sedikitpun.
"Mungkin anda bisa meneruskannya besok, sekarang sudah sangat larut." Saran Trixie Viviane yang terlihat sedikit khawatir.
"Kau bisa pulang sekarang jika lelah," Balas Claude Cavero menatap Trixie Viviane sekilas sebelum akhirnya fokus pada berkasnya.
"Iya, tapi.. "
Aku masih ingin bersamamu Clau.. Bisakah kau melihatku sebentar saja, aku sudah sangat lama melihatmu, tapi kenapa... Kau seolah menganggapku tidak pernah ada. Batin Trixie Viviane.
"Clau, mungkin Rey sedang cemas sekarang menunggumu."
"Astaga, aku sampai lupa waktu. Baiklah, kita pulang sekarang," Balas Tuan Claude Cavero yang langsung menghentikan aktifitasnya dan beranjak.
"Oh baiklah,"
Dengan sedikit terburu-buru, Claude Cavero melangkahkan kakinya keluar ruangan yang sudah terlihat sepi, hanya ada beberapa security yang berjaga di sana dan sengaja menunggunya.
"Kau bisa pulang sendiri kan?" Tanya Claude Cavero saat hendak masuk kedalam mobilnya.
"Maaf... Tapi Clau, mobilku sedang berada di bengkel sekarang, jadi aku..."
"Bengkel?" Tanya Claude Cavero membalikkan tubuhnya saat hendak masuk ke dalam mobil.
"Hm, jadi bisakah malam ini kau mengantarku pulang?"
"Iya sudah, masuk." Ucap Tuan Claude Cavero langsung membuka pintu untuk Trixie Viviane juga dirinya sendiri, hingga sedetik kemudian mobilnya sudah melaju meninggalkan besmen parkiran dan melesat membelah malam yang semakin beranjak larut.
Suara deru mobil yang terdengar halus menemani perjalanan pulang mereka, keheningan terasa jelas di dalam mobil tersebut. Terdengar sesekali Trixie Viviane menarik nafas dalam gelisah, melirik Presdirnya yang masih fokus dengan kemudinya.
"Clau, "
"Hm,"
"Ayah bermaksud mengundangmu, untuk makan malam bersama di rumah," Ucap Trixie Viviane memecahkan keheningan di antara mereka. Dengan sedikit ragu, wanita itu menatap wajah pria yang duduk di sampingnya dan melihat ekspresi yang nampak terlihat sedang berfikir.
"Kapan?" Tanya Claude Cavero masih fokus dengan kemudiannya.
"Ayah tidak menentukan waktunya, Ayah ingin mengikuti jadwalmu. Kapan kau mempunyai waktu senggang," Jawab Trixie Viviane masih menatap wajah sang pria pujaan dengan perasaan berdebar.
"Bukankah kau yang lebih tahu jadwalku?" Tanya Claude Cavero yang masih fokus dengan kemudinya.
"Ah tentu saja. Dan besok malam jadwalmu kosong Clau," Sambung Trixie Viviane tersipu.
"Besok malam?"
"Iya, kau hanya memiliki waktu kosong besok malam saja." Ucap Trixie Viviane berbinar.
"Baiklah, tapi sebelumnya aku harus melihat jadwal les musik Rey dulu," Balas Claude Cavero.
"Tentu saja Clau, bahkan aku sangat berharap, Rey bisa ikut bersama kita." Jawab Trixie Viviane antusias.
"Baiklah,"
"Terima kasih Clau,"
"Hm," Balas Claude Cavero singkat.
Hingga tidak berselang lama, mobil mewah itu sudah terparkir tepat di depan gerbang Mansion keluarga Allesio.
"Terima kasih atas tumpangannya Clau, apakah kau tidak akan singgah sebentar?" Tanya Trixie Viviane saat sudah turun mobil.
"Mungkin lain waktu," Ucap Claude Cavero.
"Baiklah. Salam buat Rey," Balas Trixie Viviane sedikit kecewa.
"Sampai bertemu besok, salam buat Tuan Arnest." Ucap Claude Cavero dengan anggukannya dan langsung meninggalkan Trixie Viviane yang masih setia menatap punggung mobil Presdirnya hingga sinar lampu dari mobil tersebut hilang tertelan kabut malam.
"Sampai kapan kau akan melihatnya terus Nak?" Tanya Tuan Arnest Tyaga yang langsung mengejutkan Trixie Viviane.
"Ayah, dan sejak kapan Ayah di sana?" Tanya Trixie Viviane sambil melingkarkan tangannya di pinggang sang Ayah.
"Sejak melihat putri Ayah turun dari mobil sang Pangeran." Jawab Tuan Arnest Tyaga tersenyum.
"Ayah... Berhenti menggodaku," Balas Trixie Viviane tersipu.
"Hahahaha... Nampaknya kau terlihat sangat bahagia sekarang?"
"Tentu saja, Ayah kan tahu sendiri, sudah sejak lama aku menunggu Clau. Meski sampai sekarang Clau masih belum melihatku," Kelu Trixie Viviane berubah murung.
"Ayah yakin, cepat atau lambat Clau akan melihatmu, kau adalah anak Ayah yang sempurna, semua pria menginginkanmu, yah, meskipun Ayah tahu, hanya Clau yang pantas untukmu," Balas Tuan Arnest Tyaga
"Tapi.. Nana sedikit ragu Ayah," Balas Trixie Viviane dengan nada suara merendah.
"Ragu?"
"Iya, mau sampai kapan aku bersabar, sedang Ayah tahu sendiri, sudah hampir enam tahun aku menjadi Sekretaris Clau, rela meninggalkan Perusahaan demi menjadi wanita yang paling dekat dengan Clau, tapi... " Kalimat Trixie Viviane mengambang.
"Ada apa Nak?"
"Sejak kehilangan Nyonya Arana, sikap Clau jadi berubah Ayah, Clau semakin bersikap dingin, lebih irit bicara dan hal yang paling membuatku sedih, Clau sudah jarang tersenyum lagi," Tutur Trixie Viviane muram.
"Bersabarlah sayang, semua butuh proses, Ayah bisa mengerti kegelisahanmu, selain hati Clau yang harus kau menangkan, ada hati putranya juga yang harus kau tahklukan," Balas Tuan Arnest Tyaga menyemangati sang putri.
"Tentu Ayah, aku tidak akan melupakan itu." Balas Trixie Viviane yang tersenyum sambil melangkahkan kakinya masuk ke dalam Mansion.
"Ayah, besok malam Clau dan putranya akan makan malam bersama kita. Aku ingin semua menu masakan di masak oleh koki ternama di Kota ini, ini momen paling langkah Ayah, aku tidak ingin, acara makan malam bersama Clau menjadi acara makan malam yang biasa," Balas Trixie Viviane bersemangat.
"Tentu saja sayang, Ayah akan menyiapkan yang terbaik buat putri Ayah, jadi kau tenang saja."
"Terimakasih Ayah," Balas Trixie Viviane berbinar.
* * * * *
Bersambung...