Chereads / Single Father / Chapter 17 - Identitas Briella Amora.

Chapter 17 - Identitas Briella Amora.

LUCE CORPORATION.

Dengan perlahan Aksel Regan meletakan sebuah map biru di atas meja kerja Claude Cavero yang masih fokus pada layar laptopnya.

"Ini data-data yang Tuan minta, soal gadis itu." Ucap Aksel Regan lagi sebelum ia memundurkan langkahnya.

Bahkan saat Aksel Regan menyebut data soal gadis itu, atensi Claude Cavero langsung beralih kesebuah map biru di hadapannya, membuka dan mulai membacanya satu persatu dengan sangat cermat dan teliti.

"Apa benar ini data gadis itu? Briella Amora Alexio?" Tanya Claude Cavero terlihat mengernyit seolah sedang membaca data yang salah.

"Benar Tuan, dia Putri tunggal Tuan Keanu Kael Alexio, seorang pria terkenal yang sering memberikan taruhan besar saat berada di meja judi. Pria ini juga yang pernah menjual Perusahaan keluarga mereka kepada kita. Namun, meskipun keluarganya sudah jatuh miskin, yang saya dengar pria ini masih sering menghabiskan waktunya untuk terus berjudi dengan taruhan besar." Jelas Aksel Regan.

"Info terakhir yang saya dengar, gadis ini sudah berhenti kuliah dan bekerja di sebuah Supermarket dan juga sebuah Kedai kopi, tengah menyicil sebuah Apartemen sederhana di kompleks yang tidak jauh dari Supermarket tempatnya bekerja." Lanjut Aksel Regan dengan informasinya yang membuat Claude Cavero kembali mengernyit.

"Apa kondisi keuangan keluarganya benar-benar separah itu?" Tanya Claude Cavero tanpa memalingkan pandangannya dari berkas yang ia baca sejak tadi.

"Tidak seburuk itu Tuan,"

"Lalu, kenapa gadis itu harus bekerja keras seperti itu?" Tanya Claude Cavero menopang dagu di atas meja dan menatap Aksel Regan yang masih duduk di hadapannya.

"Saya juga tidak tahu persis Tuan, sebab yang saya tahu, keluarga dari Ermelinda Kizia, Ibu dari gadis itu termasuk keluarga yang cukup berada, sebagai anak tunggal dari keluarga Vernon, Ibu dari gadis ini memiliki aset kekayaan yang terbilang cukup banyak." Jelas Aksel Regan.

"Lalu?"

"Sedikit informasi, Ibu dari gadis ini sudah di asingkan oleh keluarganya sendiri,"

"Di asingkan?"

"Yah, dan saya tidak tahu persis, kesalahan apa yang telah Ibu gadis ini perbuat, hingga ia sampai di asingkan oleh keluarga besarnya, bahkan Ermelinda tidak memakai nama Vernon lagi sejak saat itu. nehitu juga dengan putrinya. Yang saya tahu di sini, gadis ini tengah bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup juga Ibunya. Atau bisa di bilang tukang punggung keluarga." Jelas Aksel Regan.

"Aks, menurutmu apa gadis ini cocok menjadi pengasuh Rey?" Tanya Claude Cavero nampak ragu setelah membaca semua data-data Briella Amora.

"Yah, saya juga tidak bisa memberikan komentar banyak Tuan, sebab jika di lihat dari kisah hidup keluarga gadis ini, memang sangat..."

"Broken home," Sambung Claude Cavero menarik nafas panjang.

"Yah, tapi dia gadis yang cukup baik, ramah, pekerja keras dan... "

"Cukup aneh," Sambung Claude Cavero lagi-lagi menyela.

"Itu salah satunya, dan yang paling penting dia masih single." Timpal Aksel Regan dengan senyum tipisnya.

"Aku tidak menanyakan status dia Aks," Balas Claude Cavero menatap tajam.

"Maaf Tuan, saya hanya sedang memberikan informasi yang lengkap saja," Ucap Aksel Regan sedikit membungkuk, namun masih terlihat senyum tipis di bibirnya, hingga membuat Claude Cavero berdecak.

"Tapi, biar bagaimanapun gadis ini pernah menolong putraku, dan aku ingin bertemu gadis ini, sekalian makan malam bersama di Restoran seperti biasa." Balas Claude Cavero.

"Iya Tuan, tapi, bukankah anda punya janji untuk makan malam bersama dengan keluarga Alessio malam ini?" Tanya Aksel Regan mengingatkan.

"Cansel, aku tidak bisa menunda urusan jika ini bersangkutan dengan putraku." Balas Claude Cavero yang kembali melihat data-data Briella Amora di kertas tersebut. "Hari ini gadis itu ulang tahun?" Tanya Claude Cavero lagi.

"Iya Tuan." Jawab Aksel Regan mengangguk, hingga suara ketukkan pintu terdengar oleh mereka.

"Selamat siang Tuan Cavero," Sapa Trixie Viviane dari balik pintu sambil sedikit menyembulkan kepalanya dengan senyum yang selalu terlihat menawan.

"Masuklah," Jawab Claude Cavero dan Aksel Regan yang sedikit melangkah mundur untuk memberikan Trixie Viviane ruang.

"Ini berkas yang harus di tanda tangani sekarang juga, dan siang ini proses pengiriman barang akan di lakukan." Ucap Trixie Viviane saat sudah berdiri di hadapan Claude Cavero dan meletakkan beberapa map berisi berkas untuk di tanda tangani.

"Bagaimana dengan pihak bea cukai?" Tanya Claude Cavero masih meneliti berkas tersebut dengan seksama sebelum menandatangani semuanya.

"Pihak pengawas dari perusahaan dan staf akuntansi sudah mengurus semuanya, beberapa bahan baku, dan alat-alat mekanik, Sherwood termasuk dalam proses pengiriman." Balas Trixie Viviane kembali memeriksa sebuah tablet yang selalu di bawahnya sekali lagi.

"Good job." Puji Claude Cavero kembali dan mulai menandatanganinya saat usai memeriksa semua berkas dan menyerahkannya beberapa berkas yang sudah ia tanda gangani kepada Trixie Viviane, dan langsung menutup map yang berisi data diri Briella Amora.

Briella Amora Alexio, siapa gadis itu. Batin Trixie Viviane yang terlihat masih nampak berfikir saat tidak sengaja melihat data-data Briella Amora, hingga akhirnya tersadar saat menyadari jika Claude Cavero tengah memanggilnya.

"Maaf, aku... "

"Apa ada yang ingin kau sampaikan lagi Xie?" Tanya Claude Cavero seraya menatap wajah gugup Trixie Viviane.

"Em... Masalah makan malam bersama," Jawab Trixie Viviane mendudukkan dirinya di kursi.

"Ah iya, aku lupa memberitahumu, sepertinya malam ini kita tidak bisa makan malam bersama, Maaf." Balas Claude Cavero.

"Apa kau punya janji yang lain Clau?" Tanya Trixie Viviane nampak terlihat kecewa.

"Iya, maaf Xie,"

"Tapi... Setahuku, malam ini kau tidak memiliki jadwal makan malam dengan klien." Balas Trixie Viviane.

"Aku harus bertemu seseorang, ini bersangkutan dengan Rey dan calon pengasuhnya," Sambung Claude Cavero yang membuat Trixie Viviane nampak mengernyit.

"Pengasuh? Rey ingin seorang pengasuh? Bukankah... "

"Yah, kali ini Rey sendiri yang memintanya, sekali lagi maaf." Ucap Claude Cavero.

"Tidak masalah Clau, aku mengerti. mungkin lain waktu, sebab urusan Rey jauh lebih penting." Balas Trixie Viviane tersenyum, meski hatinya sedang merasa kecewa saat ini.

"Sampaikan maafku kepada Tuan Arnest,"

"Tentu saja Clau, Ayah pasti akan mengerti. Baiklah, aku permisi." Sambung Trixie Viviane yang masih dengan senyumnya.

"Iya," Jawab Claude Cavero singkat sambil menatap punggung sempit Trixie Viviane yang perlahan hilang dari balik pintu.

"Sepertinya Trixie sangat kecewa," Gumam Aksel Regan.

"Jangan sok tahu kamu Aks, cepat cari tahu di mana lokasi supermarket tempat gadis itu bekerja," Balas Claude Cavero menaruh data-data Briella Amora ke dalam laci meja kerjanya.

"Briella Tuan, nama gadis itu Briella Amora Alexio." Sambung Aksel Regan.

"Yah, cari tahu di mana lokasi si Dewi itu bekerja." Timpal Claude Cavero dengan satu alis terangkat ke atas.

"Baik Tuan," Jawab Aksel Regan yang lagi-lagi hanya bisa tersenyum sambil meraih ponsel di dalam saku jasnya dan terlihat tengah menghubungi seseorang.

* * * * *

SUPERMARKET.

"Selamat siang Tuan, silahkan berbelanja..." Kalimat Briella Amora mengambang saat melihat sosok pelanggan yang baru saja masuk di dalam supermarket tempatnya bekerja.

"Nona Briella," Sapa sang pelanggan tersenyum.

"Eh iya, maaf... " Briella Amora yang langsung melongo saat seseorang yang saat ini tengah berdiri di hadapannya langsung menyebut namanya, bahkan ia sendiri tidak pernah melihat pria tersebut. Pria berwajah cukup tampan, rambut klimis, nampak bersahaja, dengan setelan jas lengkap, tatapan mata tajam namun memiliki senyum yang manis.

Bukankah dia pria yang juga berada di rumah sakit waktu itu? Batin Briella Amora mencoba mengingat.

"Perkenalkan, saya Aksel Regan, Asisten pribadi Tuan Claude Cavero Orion." Ucap Aksel Regan memperkenalkan diri sambil membungkuk.

"Ah, iya. Selamat siang Tuan Aksel." Balas Briella Amora membungkuk.

"Bisakah kita berbicara sebentar, Nona Briella Amora?" Tanya Aksel Regan.

"Tapi... Saya sedang... "

"Pergilah, sekarang waktu makan siangmu," Jawab Dilwyan Kin yang tiba-tiba saja sudah berdiri di sampingnya.

"Ha?" Tanya Briella Amora melongo.

"Silahkan Nona Briella" Sambung Aksel Regan mempersilahkan Briella Amora untuk keluar. Seolah ikut bersamanya adalah keharusan, bahkan ia tidak menunggu jawaban dari Briella Amora yang hanya menurut tanpa mengetahui apapun.

"Terimakasih Kin." Balas Aksel Regan yang ternyata mengenal Dilwyan Kin yang hanya mengangguk dengan satu tangan yang ia angkat ke atas.

Dengan di penuhi berbagai macam pertanyaan di dalam kepala, Briella Amora terus mengikuti langka lebar Aksel Regan, hingga akhirnya langkah kakinya tiba-tiba berhenti saat melihat Aksel Regan yang berhenti di depan sebuah mobil, bahkan sudah membuka pintu mobil tersebut dan mempersilakannya untuk masuk.

"Silahkan Nona Briella." Ucap Aksel Regan menunggu di samping pintu mobilnya dengan senyum tipisnya.

Tubuh Briella Amora mendadak kaku dengan tubuh yang sedikit bergetar, bahkan sangat terlihat jelas saat ia mulai menelan salivanya secara berulang kali untuk menutupi rasa takutnya. Sedang Aksel Regan yang melihat hal tersebut membuanya nampak mengernyit bingung.

"Ada apa?" Tanya Aksel Regan saat mendapati wajah pucat Briella Amora yang tengah mematung tidak jauh dari mobilnya.

"B-isakah kita b-erjalan saja?" Tawar Briella Amora seraya mengepalkan tangannya dengan sangat kuat.

"Berjalan kaki?" Tanya Aksel Regan menyipit.

"Iya, jalan... Jalan kaki," Sambung Briella Amora dengan senyum lebarnya dan langsung menutupi kepalanya dengan tudung hoodienya untuk menutupi rasa takutnya yang sudah nampak terlihat jelas di wajahnya.

"Bukankah itu akan membutuhkan waktu lama? dan...." Dengan perlahan Aksel Regan mendongak ke atas hingga sinar panas matahari langsung menyambutnya dengan senyuman cerah hingga membuat matanya menutup sempurnah karena silaunya.

"Saya rasa tidak jika kita berjalan dengan cepat. Kita bisa mengobrol di Cafe dekat sini saja." Balas Briella Amora yang langsung menunjuk sebuah Cafe yang terletak di ujung jalan tersebut.

"Bukankah Cafe itu cukup jauh?" Tanya Aksel Regan mulai merasakan panas di kepala.

"Kita bisa berjalan dengan cepat." Jawab Briella Amora lagi yang membuat Aksel Regan kehabisan alasan untuk menghindari sinar matahari.

"Baiklah." Ucap Aksel Regan yang langsung menutup kembali pintu mobilnya.

"Silahkan Tuan," Briella Amora mempersilahkan dan mulai melangkah sambil mengatur perasaannya, kali ini Aksel Regan yang mengalah dan mengikuti langkah lebarnya yang terlihat cepat.

Apa gadis ini seorang Atlet? Kenapa langkah kakinya begitu cepat. Batin Aksel Regan yang masih mengikuti langkah Briella Amora yang hanya bisa pasrah saat matahari yang cukup terik menyapa kepalanya, seakan membakar kulitnya, hingga keringat mengucuri tubuhnya, bahkan dasi yang Aksel Regan kenakan tadinya terpasang sangat rapi sekarang berubah tidak karuan.

* * * * *

Bersambung...