Chereads / Single Father / Chapter 18 - Satu penawaran.

Chapter 18 - Satu penawaran.

"Maaf.. Apa anda kelelahan?" Tanya Briella Amora sedikit panik saat melihat kondisi Aksel Regan sekarang. Wajah yang dipenuhi keringat, dengan nafas yang ngos-ngosan.

"Tidak, bisakah kita masuk sekarang?" Tanya Aksel Regan mengatur nafasnya sambil berkecak pinggang, berusaha bersikap keren di hadapan Briella Amora yang nampak khawatir.

Hingga akhirnya mereka memasuki Cafe tersebut, memilih meja paling pojok dekat jendela, tempat yang Aksel Regan paling nyaman untuk mengobrol. Dengan Briella Amora yang langsung duduk di kursi dan langsung membuka tudung hoodienya sambil merapikan rambut kecoklatannya yang sedikit berantakan. Hingga mata kecoklatan terang terpampang jelas disana, lengkap dengan senyum manis. Mata dan senyum yang indah, bahkan sempat membuat Aksel Regan terpaku.

Tidak buruk, dia gadis yang cukup menarik. Tuan muda Rey tidak salah memilih gadis ini untuk menjadi pengasuhnya. Batin Aksel Regan hingga perhatiannya teralihkan pada seorang pelayan yang tengah berjalan menuju ke meja mereka.

"Selamat siang, silahkan... " Kalimat pelayan cafe tersebut seketika terhenti saat hendak meletakkan buku menu di atas meja saat Aksel Regan langsung menyela.

"Bisakah kau membawakanku segelas air mineral?" Pinta Aksel Regan pada seorang pelayanan Cafe tersebut yang langsung mengangguk tanpa melanjutkan kalimatnya.

Sedang Briella Amora hanya bisa tertunduk dengan rasa bersalahnya, tidak sanggup menatap wajah Aksel Regan yang nampak di penuhi keringat. Bahkan wajah tampan itu terlihat memerah sekarang akibat terpapar sinar matahari di pukul dua siang. Hingga beberapa menit kemudian, pelayan Cafe tersebut kembali dengan segelas air mineral pesanan Aksel Regan, yang bahkan langsung di ambil sebelum pelayan tersebut meletakkan gelas di atas meja. Dan hanya dalam hitungan detik saja gelas itu sudah terlihat kosong.

"Maaf... Anda jadi kelelahan karena saya." Ucap Briella Amora dengan perlahan saat melihat Aksel Regan nampak mengatur nafasnya saat air mineral sudah menyegarkan tenggorokannya yang kering.

"Tidak masalah Nona, saya hanya bingung, kenapa Nona menolak untuk menggunakan mobil, apa memang sudah hobi Nona untuk berjalan kaki?" Tanya Aksel Regan gak percaya, ada orang yang lebih memilih jalan kaki di dalam cuaca panas yang bisa membakar tubuh di banding mengamankan diri di dalam mobil mewah yang sejuk dan berAC.

"Iya, maaf... Saya... " Kalimat Briella Amora mengambang, tidak ada jawaban atas pertanyaan Aksel Regan.

"Ah sudahlah, tidak perlu di pikirkan, anggap saja begitu. Saya mengerti. Sebaiknya saya mulai dari intinya saja sekarang." Balas Aksel Regan saat melihat ekspresi rumit dan kebingungan dari wajah Briella Amora yang lebih memilih menggaruk tengkuk lehernya sekarang sambil menampakkan jejeran gigi putihnya.

"Iya Tuan," Ucap Briella Amora mengangguk kecil.

"Apa Nona bersedia bekerja di keluarga Orion, untuk menjadi pengasuh Tuan muda Reynand?" Tanya Aksel Regan tanpa basa basi. Meski Briella Amora tidak begitu terkejut dengan permintaan sang asisten, sebab sebelumnya ia sudah mendengar permintaan tersebut terlebih dulu dari Reynand Sky.

"Pengasuh?" Tanya Briella Amora memastikan.

"Iya, Bagaimana?"

"Tapi... " Briella Amora kembali terdiam dengan kalimat yang mengambang.

"Sepertinya Nona agak ragu. Apa ada masalah?" Tanya Aksel Regan dengan kepekaannya.

Kenzo... Pria brengsek itu adalah masalahnya, aku sudah cukup stres karena menghadapi tingkah abnormalnya di kampus, haruskah aku melihatnya tiap hari lagi sekarang? Ah tidak, tidak... Batin Briella Amora tanpa sadar menggelengkan kepalanya dengan cepat hingga membuat Aksel Regan yang sejak tadi memperhatikannya tiba-tiba terkejut dan langsung mengernyit.

"Nona Briella Amora, ada apa?" Tanya Aksel Regan yang seketika membuat Briella Amora melongo dan kembali menggeleng kecil

"Tidak apa-apa Tuan," Jawabnya perlahan.

"Bisakah saya memikirkan hal ini terlebih dahulu?" Tanya Briella Amora.

"Tentu saja, tapi... Bisakah anda tidak memikirkannya terlalu lama? Sebab Tuan muda sepertinya tidak sabar untuk menunggu anda." Jawab Aksel Regan.

"Reynand?"

"Iya, dan maaf sebelumnya, sebenarnya ada satu hal yang ingin saya tanyakan kepada Nona Briella," Lanjut Aksel Regan lagi.

"Silahkan Tuan,"

"Apa Nona yang membawa Tuan muda Reynand di rumah sakit waktu itu?" Tanya Aksel Regan yang seketika merubah ekspresi Briella Amora yang langsung menurunkan kedua tangannya di bawah, memangku sambil merematnya dengan sangat kuat. Bahkan terlihat juga Briella Amora tengah menggigit bibirnya dengan sangat kuat hingga nampak memerah. Briella Amora tiba-tiba ketakutan saat itu juga, hingga tidak tahu harus menjawab apa kepada Aksel Regan yang masih mengamati dari sorot matanya yang terlihat tajam dan menusuk.

"Nona Briella, saya menunggu jawaban anda," Desak Aksel Regan.

"I-ya, s-aya yang membawa T-uan muda saat itu." Jawab Briella Amora mengangguk kecil tanpa memalingkan pandangannya dari jari-jari yang sejak tadi di rematnya.

"Terima kasih, mungkin saat itu Tuan besar belum sempat mengucapkan kata terima kasih kepada anda karena kondisinya yang buruk pada saat itu," Balas Aksel Regan yang membuat Briella Amora seketika mengangkat kepalanya dan menatap wajah Aksel Regan yang tengah tersenyum padanya. Tak percaya jika Aksel Regan akan mengatakan hal tersebut padanya, bahkan ia sudah memikirkan hal yang aneh hingga membuatnya merasa ketakutan.

"I-ya... "

"Nona tahu sendirikan, saat itu Tuan besar harus kehilangan seorang istri saat insiden kecelakaan terjadi, jadi saat ini saya mewakili Tuan besar untuk mengucapkan terima kasih kepada anda." Sambung Aksel Regan yang langsung berdiri dan sedikit membungkuk di hadapan Briella Amora yang spontan ikut berdiri.

"Silahkan duduk Tuan, anda tidak perlu melakukan itu, saya... Saya... "

"Dan saya harap, Nona mau mempertimbangkan tawaran saya untuk menjadi pengasuh Tuan muda Reynand, sebab anda adalah orang pertama yang bisa membuat Tuan muda memohon kepada Ayahnya dan meminta Anda untuk menjadi pengasuhnya." Sambung Aksel Regan yang sudah duduk di kursinya. Menyusul Briella Amora.

"Reynand? Apakah Reynand benar-benar melakukannya?" Tanya Briella Amora tak percaya jika Reynand Sky akan memohon ke pada sang Ayah untuknya.

"Benar, selama ini, Tuan muda yang selalu menolak jika akan di berikan seorang pengasuh. Sebab selama Tuan muda kehilangan Ibunya, ia tidak ingin seorang wanita lain berada di rumahnya apalagi di sekitar Tuan Cavero, namun kali ini, justru Tuan muda yang memohon agar anda mau menjadi pengasuhnya, dan... Sepertinya Tuan muda sudah merasa nyaman dengan anda." Jelas Aksel Regan.

"Dan saya bisa mengerti, Tuan muda merasa sangat nyaman sebab anda yang sudah menolongnya, Tuan muda memiliki hati yang tulus, dan ia tahu, siapa yang benar-benar tulus sayang kepadanya dan siapa yang hanya berpura-pura saja." Sambung Aksel Regan panjang lebar.

"Selama ini kebanyakan pengasuh yang pernah bekerja di keluarga Orion punya motif masing-masing, mereka hanya ingin mendekati Tuan besar, juga Tuan muda Kenzo, dan Tuan muda Reynand bisa mengetahui itu." Lanjut Aksel Regan yang membuat Briella Amora kembali berfikir.

Jika ingin mendekat Tuan besar Claude mungkin hal yang wajar sebab Tuan besar memiliki aura yang positif, tapi Kenzo... Apa yang membuat mereka ingin mendekati pria pucat bertabiat buruk itu. Batin Briella Amora kembali menggeleng kecil dengan bibir tipisnya yang sedikit mencibir, dan lagi-lagi tingkahnya tersebut kembali terlihat oleh Aksel Regan.

"Nona Briella,"

"Iya Tuan, saya hanya butuh waktu sehari untuk memikirkannya." Balas Briella Amora yang langsung melontarkan perkataan akibat keterkejutannya.

"Baiklah, dan satu lagi." Ucap Aksel Regan.

"Apa itu Tuan?" Tanya Briella Amora perlahan.

"Malam ini Tuan besar ingin mengundang anda untuk makan malam bersama. Saya akan mengirimkan alamat Restaurannya untuk Nona. Silahkan, tulis nomor ponsel anda di sini." Balas Aksel Regan mengambil ponselnya di balik jas dan langsung meletakkannya di atas meja.

Dengan perlahan Briella Amora mengangkat tangannya yang sedari tadi berada di atas pangkuannya dan meraih ponsel Aksel Regan untuk memasukkan nomor ponselnya di sana.

Ada apa dengan tangannya? Bukankah tadi tangannya baik-baik saja? Batin Aksel Regan saat tidak sengaja melihat jari-jari Briella Amora yang memerah, bahkan terlihat jelas goresan-goresan di sana yang nyaris berdarah

"Tapi malam ini saya masih harus bekerja," Ucap Briella Amora sambil meletakkan kembali benda pipi tersebut di atas meja.

"Saya sudah meminta izin kepada atasan anda, malam ini Nona tidak perlu masuk kerja." Balas Aksel Regan meraih ponselnya dan menekan nomor yang di masukkan Briella Amora, hingga terdengar suara dering ponsel dari saku hoodie Briella Amora yang langsung mengambil ponselnya. "Itu nomor ponsel saya." Lanjut Aksel Regan yang hanya di balas anggukan oleh Briella Amora dan kembali memasukkan ponselnya ke dalam saku hoodienya.

"Bagaimana? Apa anda bersedia menghadiri undangan makan malam dari Tuan Cavero?" Tanya Aksel Regan sekali lagi.

"Iya Tuan... " Jawab Briella Amora mengangguk kecil.

"Baiklah, sepertinya saya harus pergi. Terimakasih untuk waktunya Nona Briella Amora." Balas Aksel Regan beranjak dari duduknya. Di susul Briella Amora yang ikut berdiri.

"Iya Tuan," Balasnya yang langsung membungkuk memberi hormat.

Aksel Regan yang langsung melangkah meninggalkan Briella Amora seketika terdiam didepan pintu masuk Cafe dengan wajah terlihat bingung saat ia tidak melihat mobilnya terparkir di sana, hingga ia nampak terlihat memijat tengkuk lehernya saat baru mengingat jika mobilnya masih terparkir di depan Supermarket tempat Briella Amora bekerja. Sambil menarik nafas panjang, ia melangkahkan kakinya menelusuri trotoar jalan yang di penuhi debu lengkap dengan panas yang sangat menyengat.

Oh Tuhan, cuaca siang ini sangat panas, haruskah aku berjalan lagi ke sana? Sebenarnya ada masalah apa dengan gadis itu, apa dia tidak menyukai mobilku? Atau apa dia benar-benar seorang Atlet. Kelu Aksel Regan membatin sambil menengadah ke atas seraya mengusap tengkuk lehernya yang mulai menegang akibat panas yang menyengat dan semakin mempercepat langkah kakinya.

Sedang Briella Amora yang masih duduk di dalam Cafe tersebut terlihat tengah memijat pangkal hidungnya, kegelisahan tergurat jelas di wajahnya. Begitu banyak yang hal yang harus ia pertimbangkan jika harus menjadi seorang pengasuh di keluarga Orion, jelas jika ia bekerja sebagai pengasuh, ia akan mengikuti kemana Tuan mudanya pergi, dan tidak mungkin ia harus terus berjalan kaki, dan hal yang yang lebih tidak mungkin lagi jika ia harus memaksakan dirinya untuk menaiki mobil yang bisa membuatnya gila karena ketakutan.

"AARRRGGHH... "

Teriak Briella Amora dengan pikirannya yang sudah buntu, sebab wajah Reynand Sky dan permintaan terakhir Ibu Reynand Sky kembali terngiang di ingatannya.

Haruskah aku menerima pekerjaan itu? Oh Tuhan, aku ketakutan sekarang. Kelu Briella Amora dengan pikiran kalutnya yang akhirnya beranjak dari duduknya dan meninggalkan Cafe tersebut,

Melangkahkan kakinya melewati trotoar, hingga lampu merah membuat langkahnya semakin cepat untuk menyebrangi jalan, bersamaan dengan keringat yang sebesar biji jagung yang mulai membasahi pelipisnya, bahkan dengan sedikit berlari Briella Amora menyebrangi jalan tersebut. Dan itu adalah satu hal yang paling menakutkan bagi seorang Briella Amora dengan PTSD yang di deritanya, hingga ia selalu tidak sabar untuk cepat berada di ujung jalan tersebut sebelum mobil bergerak maju.

"Astaga Nona, AWAAASSSS.... "

Teriak beberapa pejalan kaki saat melihat ada satu mobil yang tengah melaju dengan kecepatan tinggi mengarah ke arah Briella Amora yang saat itu juga terdiam dengan tubuh bergetar karena ketakutan.

"ARRGGHHHH... " Teriak Briella Amora dengan tubuh yang seketika terpental cukup jauh dan terbaring di atas aspal panas, saat mobil tersebut menyambar tubuhnya sebelum akhirnya mobil tersebut menabrak trotoar jalan.

"Nona.... Nona... Anda baik-baik saja?" Tanya beberapa orang yang langsung menghampiri Briella Amora yang masih mengerang menahan sakit di tubuhnya.

"Aku... Baik-baik saja... " Jawab Briella Amora mengumpulkan tenaganya yang tersisa untuk bangkit. Oh Tuhan, kali ini aku beruntung. Gumam Briella Amora sebab ia tidak sampai tertabrak mobil tersebut, meskipun hanya tersambar, namun cukup melukai siku juga lututnya yang langsung mengeluarkan darah segar.

Kenapa aku sangat sial akhir-akhir ini, bahkan sudah beberapa kali aku nyaris tertabrak mobil, apa aku akan benar-benar akan mati jika kejadian ini kembali terulang? Aahhkkk.... Ini menyakitkan. Batin Briella Amora seraya meniup sikunya yang terluka hingga merobek hoodie yang di kenakannya.

"Nona tidak apa-apa?" Tanya seorang petugas kepolisian yang langsung datang saat kejadian tersebut terjadi.

"Saya tidak apa-apa, ini hanya luka kecil Pak," Jawab Briella Amora sambil berusaha untuk berdiri, meski rasa sakit benar-benar membuatnya ingin menyerah dan berbaring di pinggiran trotoar saja sambil menunggu ambulans untuk mengangkut tubuhnya, jika saja rasa takut dan panik tidak menyerangnya saat itu juga saat melihat dua pria berseragam polisi.

"Nona, apa anda baik-baik saja? Kami akan mengantarkan anda di rumah sakit, silahkan." Ucap pria tersebut..

"T-idak perlu, s-aya sungguh baik-baik saja, ini hanya luka kecil," Tolak Briella Amora menggeleng cepat. "Lalu bagaimana keadaan pengendara itu? Apa dia baik-baik saja?" Tanya Briella Amora nampak khawatir dan ketakutan saat melihat mobil yang nyaris menabraknya nampak rusak parah.

"Hanya mendapatkan luka ringan di kepala, mobilnya bermasalah dengan rem, dan hilang kendali. Nona bisa menuntut jika..."

"Tidak... T-idak perlu, anggap saja ini sebuah kecelakaan yang tidak di sengaja," Sela Briella Amora dengan cepat.

"Tapi Nona, di dalam masalah ini Anda sebagai korban atas kelalaian pengendara dan anda berhak membuat laporan atas..."

"Sungguh saya tidak apa-apa, lupakan. Sepertinya saya harus pergi Pak, maaf." Sela Briella Amora sekali lagi, bahkan ia langsung mengumpulkan tenaganya dan melangkah pergi meninggalkan tempat tersebut."

* * * * *

Bersambung...