"Tapi Tuan, Tuan muda Rey juga pasti membutuhkan sosok seorang Ibu, dengan sikap dewasa nyang di miliki Tuan muda, mungkin dia tidak akan pernah mengatakannya kepada anda, karena tidak ingin anda merasa cemas, tapi... Anak seumuran Tuan muda masih membutuhkan sosok Ibu." Balas Aksel Regan.
"Iya aku tahu," Ucap Claude Cavero yang masih dengan posisinya, "Tapi aku tidak bisa menggantikan sosok Arana di hatiku Aksel, dan sampai kapanpun, tidak ada yang bisa menggantikan kedudukannya di hatiku," Sambung Claude Cavero mengusap wajahnya.
"Meskipun itu Trixie?" Tanya Aksel Regan sekali lagi sambil menatap wajah Claude Cavero lewat spion.
"Apa? Xie?" Tanya Claude Cavero menyipit, balik bertanya.
"Jangan bilang jika selama ini anda tidak mengetahui jika sudah sejak lama Trixie menaruh hati kepada anda." Tanya Aksel Regan yang masih menatap wajah presdirnya yang hanya melongo sebelum akhirnya menggeleng.
"Aku tidak pernah mengetahuinya." Jawab Claude Cavero santai.
"Iya, saya bisa mengerti, karena di hati dan pandangan anda masih ada bayangan Nyonya Arana." Balas Aksel Regan yang sudah sangat mengerti dengan situasi Claude Cavero selama ini. Biar bagaimanapun, Aksel Regan adalah sosok yang sudah sangat lama menemani Claude Cavero, bahkan sudah menjadi tangan kanan sang presdir sejak LUCE Corporation berdiri. Jadi tidak heran jika Aksel Regan lebih banyak mengetahui semua tentang Claude Cavero di bandingkan yang lainnya. Bahkan Kenzo Aristide lebih nyaman berbicara ataupun mengungkapkankan segala keluhannya kepada Aksel Regan yang sudah ia anggap seperti kakaknya sendiri.
"Kau sendiri mengetahui alasannya Aksel, lagi pula aku sudah tidak membutuhkan seseorang lagi saat ini, sebab aku bisa menjadi sosok Ibu untuk putraku, bahkan bisa menjadi sosok apa saja yang putraku inginkan." Ucap Claude Cavero yang masih menatap ke arah luar jendela dengan bayangan sang istri yang kembali terlintas di dalam pikirannya.
Tidak pernah sedikitpun Claude Cavero melupakan sosok sang istri, seolah wanita itu masih bernafas di sampingnya. Satu tahun bagaikan kemarin. itulah yang di rasakan Claude Cavero, bayang-bayang sang istri masih sangat melekat di ingatannya, bahkan aroma sang istri masih terus menempel di tubuhnya. Aroma lembut vanila yang selalu ia semprot kan di tubuh, hingga membuatnya selalu merasakan kehadiran sang istri yang memeluk tubuhnya.
"Saya yakin anda pasti bisa melakukannya Tuan," Balas Aksel Regan yakin.
"Yah, bukankah aku sudah melakukannya? Dan kau lihat sendiri, aku tidak pernah merasa kesulitan, karena aku bahagia melakukan, tapi... " Kalimat Claude Cavero mengambang,
"Ada apa Tuan?"
"Sebenarnya Rey sedang menginginkan seorang pengasuh," Jawab Claude Cavero nampak terlihat bingung.
"Pengasuh?" Tanya Aksel Regan mengernyit.
"Hm, tiba-tiba saja Rey meminta itu." Balas Claude Cavero mengurut keningnya.
"Bukankah Tuan muda dari dulu tidak pernah mau di temani oleh seorang pengasuh? Kenapa tiba-tiba?"
"Entahlah... Pagi tadi Rey memintanya padaku."
"Lalu? Bagaimana menurut anda?"
"Aku masih memikirkannya, dan mungkin tidak ada salahnya."
"Baiklah, saya akan mencarikan pengasuh yang... "
"Tidak perlu repot-repot Aksel," Sela Claude Cavero memotong pembicaraan Aksel Regan yang langsung melongo.
"Maksud anda?"
"Karena Rey sudah memiliki pilihannya sendiri." Jawab Claude Cavero.
"Benarkah? Siapa?"
"Seorang gadis remaja yang sering di panggilnya dengan sebutan kakak Malaikat." Jawab Claude Cavero.
"Kakak Malaikat? Gadis lucu yang kita temui beberapa menit lalu itu?" Tebak Aksel Regan yang hanya di balas anggukan oleh Claude Cavero.
"Kau benar, seorang gadis yang pernah menolong Rey dan membawanya kerumah sakit saat kecelakaan tahun lalu." Jelas Claude Cavero yang lagi-lagi membuat Aksel Regan nampak mengernyit, seolah sedang berfikir.
"Benarkah? Apa benar gadis itu?Gadis hoodie itu? Dia bahkan lebih terlihat seperti seperti seorang gadis kutu buku yang cuek dan tidak suka bergaul, bagaimana bisa?"
"Yah, aku sempat tidak percaya saat Rey mengatakan itu, tapi kenyataannya memang benar, dia. Aku bahkan sudah mengingat wajah gadis itu, dia memang berada di rumah sakit waktu itu, dan... Dia juga yang menelfonku di saat kejadian tersebut." Sambung Claude Cavero saat kembali mengingat sosok gadis berlumuran darah yang sudah mengering di tangannya, dengan kepala terbalut perban yang tengah duduk dengan tubuh bergetar di sebuah kursi dekat ruang ICU. Bahkan mata gadis itu terlihat sembab dengan rambut yang terlihat berantakan.
Itu memang dia. Batin Claude Cavero.
"Kenapa kebetulan sekali?" Tanya Aksel Regan membuyarkan lamunannya.
"Entahlah... Bahkan aku dan Rey pernah bertemu gadis itu di Columbarium dan tepat di depan guci Arana." Jawab Claude Cavero. "Aku tidak tahu, itu suatu kebetulan atau tidak, dan entah gadis itu ke columbarium untuk mengunjungi keluarganya atau tidak, yang jelas saat itu aku melihatnya berdiri di tepat di depan guci Arana." Sambung Claude Cavero.
"Columbarium?"
"Hm, sebenarnya sudah beberapa kali aku melihat gadis itu, bahkan aku pernah membawanya ke Mansion." Jawab Claude Cavero yang langsung membuat Aksel Regan terperangah.
"A-pa? A-nda membawa gadis itu di m-ansion? T-api.... " Kalimat Aksel Regan mengambang, tidak percaya dengan apa yang di dengarnya, seorang Claude Cavero membawa seorang gadis remaja di mansion. Oh Tuhan, apa selera presdirnya sudah berubah sekarang?
"Memang apa yang kau pikirkan Aksel Regan?" Tanya Claude Cavero saat mendapati ekspresi terkejut di wajah Aksel Regan yang langsung tersentak saat mendapati tatapan datar dan tajam dari Claude Cavero lewat kaca spion. "Kau tidak berfikir macam-macam kan?" Tanya Claude Cavero menyipit.
"Ah, t-idak Tuan, saya hanya terkejut, kenapa Anda bisa membawa gadis itu ke Mansion?"
"Aku nyaris menabraknya malam itu, dan entah karena apa, dia tiba-tiba terjatuh dan tidak sadarkan diri," Jawab Claude Cavero. "Namun ada hal aneh yang tidak aku mengerti,"
"Hal aneh? Sepertinya apa?"
"Aku merasa, jika gadis itu selalu terlihat gugup dan ketakutan saat melihatku, Apa aku seseram itu Aksel?" Tanya Claude Cavero menatap dengan pandangan yang kembali tertuju kearah kaca spion.
"Yah, dengan ekspresi anda yang seperti sekarang ini, wajar saja, jika orang lain merasa takut ataupun segan. Maaf Tuan, bukan maksud saya untuk... "
"Iya aku tahu." Balas Claude Cavero mengangguk pelan dan kembali mengurut kening.
"Sepertinya anda sering bertemu dengannya, dan Rey juga keliahatannya sangat menyukai gadis itu, mungkin anda berjodoh dengan... "
"Jangan berfikiran aneh, apa yang bisa aku lakukan dengan gadis remaja yang bahkan jauh di bawah usiaku, yang aku tahu dia teman Kenzo dan juga seumuran dengan Kenzo," Sela Claude Cavero dengan cepat.
"Ah, Iya Tuan. Maaf... " Jawab Aksel Regan yang kembali fokus dengan kemudinya.
"Sebelum menemuinya untuk menanyakan perihal keinginan Rey, aku ingin kau mencari tahu soal latar belakang gadis itu terlebih dahulu." Pinta Claude Cavero.
"Baik Tuan," Jawab Aksel Regan mengangguk pelan, dan mengakhiri pembicaraan mereka, sebab mobil mereka sudah terparkir tepat di depan LUCE Corporation.
* * * * *
Bersambung...