Jam menunjukkan pukul 12:16 siang, Briella Amora melemparkan pandangannya kearah luar jendela kaca Bis yang terpaksa ia tumpangi untuk pulang menemui Ibunya, pulang ke tempat asal kelahirannya, dan Kota yang selalu membuatnya merasa ketakutan.
"Tenang Briella, ini hanya sebuah Bis, kau akan baik-baik saja, tenanglah." Gumam Briella Amora.
Kalimat yang berkali-kali di ucapkannya, seolah sedang membaca mantra dan berusaha sekuat tenaga untuk meredakan perasaan takutnya, bahkan sesekali ia nampak terlihat memejamkan mata saat Bis yang ia tumpangi berpapasan dengan mobil lainnya. Dengan tangan sedikit bergetar, Briella Amora meraih Headphone di dalam tasnya dan langsung menempelkan di kedua telinganya, dan mulai mendengarkan beberapa music clasic untuk mengusir rasa takutnya.
"Coba dengarkan ini, rasa takut kakak akan hilang jika mendengar lagu ini, ini lagu favorite Ayah dan Ibu Ray."
Suara itu kembali terngiang di ingatan Briella Amora, meskipun saat ini perasaannya tengah di penuhi kegelisahan, namun saat alunan music clasic tersebut masuk dan penyapa indra pendengarannya, perasaan Briella Amora seketika merasakan damai. Bahkan ia tidak menyadari jika saat ini air matanya sudah menetes membasahi wajahnya. Dengan isakan, Briella Amora menagkup wajahnya prustrasi, menyembunyikan air matanya di balik telapak tangannya yang bergetar.
Hingga tiga jam berlalu, perjalanan Briella Amora pun berakhir di sebuah Kota Tadoussac tujuannya. Untuk sesaat Venera terdiam sambil mengedarkan pandangannya ke setiap penjuru, entah mengapa, kakinya serasah berat untuk melangkah, hingga akhirnya Venera tertuju pada satu tempat yang sudah lama tidak ia kunjungi.
TADOUSSAC.
Terletak tiga jam dari kota Quebec, Tadoussac terkenal karena kemungkinan menyaksikan paus yang sangat baik. Desa ini terletak dititik pertemuan Saguenay fjord dan muara st Lawrence, sebuah situs di mana ikan paus berlama-lama musim panas sebelum berimigrasi ke samudera Atlantik di musim gugur.
Banyak perusahaan menawarkan tur pada Zodiak, tetapi paus yang lebih kecil seperti Cerpelai dan pelugas kadang-kadang dapat terlihat di pantai. Selain ikan paus, Tadoussac menawarkan suasana yang berseni dan bersejarah dengan banyak Toko dan Butik unik yang berjejer di jalan-jalan, dan salah satu yang terlihat paling menonjol karena memiliki bangunan paling mewah, besar elegant di antara butik lainnya adalah "ARANA BUTIK" dari keluarga Orion yang sangat terkenal di wilayah tersebut.
Lama Briella Amora berdiri di sana dengan perasaan gelisah, sebab informasi terakhir yang ia dengar, sejak insiden kecelakaan tersebut, keluarga Orion pindah ke satu kota kelahiran sang istri, agar lebih dekat dengan makam sang istri, bahkan Briella Amora mulai bertanya-tanya, apakah ia akan sering bertemu dengan keluarga Orion sekarang. Jika keluarga Orion benar-benar pindah di desanya Tadoussac.
* * * * *
KEDIAMAN CLAUDIE CAVERO ORION.
Dengan sedikit berlari Reynand Sky menghampiri Claudie Cavero yang tengah duduk di atas sofa dengan tablet di tangannya, untuk memeriksa beberapa file laporan pengiriman barang yang dikirim oleh Aksel Regan Asistennya.
"Jangan berlari seperti itu, Rey bisa terjatuh," Tegur Claudie Cavero yang langsung meletakkan tabletnya seraya mengulurkan tangannya untuk menyambut Putranya yang tengah berlari ke arahnya.
"Ada apa? Nampaknya Rey sangat senang hari ini," Tanya Claudie Cavero yang langsung mendudukkan Putranya di sampingnya.
"Bukankah sebentar lagi Uncle akan pulang?" Tanya Rey yang balik bertanya ke pada Ayahnya dengan wajah yang di penuhi kebahagiaan.
"Benarkah?" Tanya Claudie Cavero mengernyit dengan ekspresi yang nampak seperti sedang berfikir.
"Apa Daddy lupa lagi? Sebentar lagi kan Uncle libur, Uncle juga sudah janji ke Rey jika liburan kali ini Uncle akan pulang," Jelas Rey yang membuat Claudie Cavero tersenyum sambil mengusap pucuk kepala Putranya.
"Tentu saja Daddy ingat, apa Rey sudah sangat merindukannya?" Tanya Claudie Cavero.
"Iya Daddy, sudah sangat lama Rey tidak bertemu Uncle."
"Sabarlah.. Sebentar lagi Rey akan bertemu degan Uncle Ken, dan... Bagaimana dengan sekolah Rey yang baru? Apa menyenangkan? Rey sudah mendapatkan teman baru di sana?" Tanya Claudie Cavero yang terlihat antusias untuk mendengarkan cerita-cerita Reynand Sky di sekolah barunya, tanpa menyadari jika ekspresi Putranya saat ini tiba-tiba berubah menjadi murung. Untuk sesaat Reynand Sky terdiam, seperti ada beban berat yang sedang dipikirkan.
"Rey.. Ada apa?" Tanya Claudie Cavero perlahan yang langsung mengerti dengan perubahan ekspresi Putranya.
"Tidak apa-apa Daddy, Rey hanya belum mendapatkan teman baru." Jawab Reynand Sky berbohong dan tidak ingin membuat Ayahnya merasakan khawatir.
Sebab sikap dewasa yang Reynand Sky miliki memang sangat jauh berbeda dengan anak seumurannya, Reynand Sky bahkan bisa berfikir lebih bijak di banding teman-teman seumurannya, sikap pengertian dan penuh kasih sayang yang di miliki almarhuma Ibunya semua di miliki oleh Reynand Sky, dan yang terlihat sangat jelas dalam sikap Reynand Sky adalah, kasih sayangnya kepada sang Ayah, hingga tidak ingin melihat sang Ayah merasa khawatir dan bersedih. Sebab selama Ibunya meninggal dunia, Reynand Sky sudah sering melihat Ayahnya bersedih, melihat Ayahnya selalu murung, bahkan kadang juga melihat Ayahnya menitikkan air mata jika sedang duduk seorang diri. Dan hal itulah yang membuat anak sekecil Reynand Sky yang bahkan masih berusia 7 tahun lebih memilih untuk tidak menceritakan semua masalah yang ia hadapi di sekolah. Masalah pertengkarannya dengan teman sekelasnya yang ia yakin jika Ayahnya sampai mengetahuinya, sang Ayah pasti akan merasa sangat khawatir padanya. Dan hal itulah yang tidak di inginkan oleh Reynand Sky.
"Apa Rey baik-baik saja?" Tanya Claudie Cavero sekali lagi yang kembali membuat Reynand Sky mengangguk pasti.
"Apa hari ini Daddy tidak ke makam Ibu?" Tanya Reynand Sky dengan senyumnya.
"Daddy akan ke sana. Apa Rey mau ikut bersama Daddy?"
"Tentu saja, Rey sudah sangat merindukan Ibu." Balas Reynand mengangguk.
* * * * *
COLUMBARIUM.
Dengan sedikit membungkuk setelah memberi hormat dan mendoakan Alamarhuma Arana Richela Orion, Briella Amora kembali terpaku dengan perasaan gelisah dan takut seperti biasanya, dan ia akan mulai menagis sambil mengucapkan kata maaf hingga berulang-ulang kali.
"Maafkan saya.. Sekali lagi maafkan saya.. Bahkan sampai saat ini pun saya masih belum bisa memaafkan diri saya sendiri atas semua yang terjadi, seandainya saja waktu itu saya tidak melakukan satu kesalahan, mungkin Nyonya masih di sini sampai saat ini, berkumpul bersama putra dan suami anda, sekali lagi maafkan saya, saya juga tidak bisa menepati janji saya untuk menjaga putra anda, saya terlalu takut untuk berada di sini, maafkan saya." Isak Briella Amora.
Tangisnya semakin pecah, hingga membuat tubuhnya merosot kebawah seolah tidak mempunyai tenaga lagi untuk tetap berdiri dengan kedua kakinya. Briella Amora hanya bisa terisak sambil menyembunyikan wajahnya di balik kedua lututnya yang ia tekuk. Rasa bersalah yang hampir setahun ini menghantuinya sungguh membuatnya sangat menderita, hingga untuk menangis dan bersujut sampai kapanpun tidak akan bisa menghapus semuanya, dan mengembalikan semuanya seperti semula.
"Siapa anda?"
Tiba-tiba terdengar suara bariton yang menyapa pendengaran Briella Amora, bahkan tanpa menoleh ke arah suara, Briella yang masih merasakan ketakutan langsung berdiri seraya mengusap air matanya dan kembali memakai sebuah topi lalu di dobel dengan tudung Hoodie untuk menyembunyikan wajahnya, sebab ia tahu persis, jika yang saat ini sedang berdiri tepat di belakangnya tidak lain adalah suami Almarhuma Arana Richela, bahkan Briella Amora masih sangat mengingat suara tersebut, hingga ia dapat melihat jelas bayangan pria tinggi bertubuh tegak berwajah tampan namun memiliki tatapan tajam dan dingin itu di sebuah lemari penyimpanan pasu yang berisi abu jenaza almarhumah yang terbuat dari kaca bening di hadapannya.
"M-aaf.. " Jawab Briella Amora membungkuk hingga 90 derajat.
"Apa yang anda lakukan di sini?" Tanya Claudie Cavero yang masih belum mengalihkan pandangannya ke arah Briella Amora yang sejak tadi terus menunduk menyembunyikan wajah ketakutannya di balik tudung hoodienya.
"S-aya.. "
"Apa anda mengenal almarhumah istri saya?" Tanya Claudie Cavero lagi.
"T-idak T-uan... S-aya hanya.. "
"Silahkan pergi dari sini," Tegas Claudie Cavero dengan wajah yang masih terlihat datar. Bahkan tanpa menunggu Briella Amora menyelesaikan kalimatnya terlebih dahulu, sedang Reynand Sky yang masih berdiri di samping Ayahnya dengan tangan yang masih menggenggam tangan Ayahnya nampak terlihat sedang berfikir saat melihat sekilas wajah Briella Amora yang masih menunduk juga sebuah headphone yang masih melingkar di leher Briella Amora.
"Kakak malaikat... " Gumam Reynand Sky yang terus menatap Briella 6 yang semakin menundukkan kepalanya, saat menyadari jika tatapan putra Almarhumah Arana Richela terus menatapnya.
"M-aaf T-uan, s-aya.... "
"Silahkan." Jawab Claudie Cavero yang masih fokus di depan kaca yang di sana terletak foto, guci, dan beberapa kembang untuk istrinya, bahkan tanpa berpaling dan melihat wajah Briella Amora sedikitpun, hingga Briella Amora berlalu dari tempat itu.
Apa dia kakak malaikat yang waktu itu? Tapi kenapa dia tidak mengenali Rey, bahkan kakak itu masih menyimpan beadphones milik Rey. Batin Reynand Sky yang sedari tadi termenung, hingga ia nampak sedikit tersentak saat Claudie Cavero menyentuh kepalanya lembut.
"Apa Rey tidak ingin menyapa Mommy?" Tanya Claudie Cavero saat usai berdoa.
"Ah iya Daddy.. " Jawab Reynand Sky yang langsung membungkuk kecil, menagkup kedua tangan yang di letakan di depan dada dan mulai berdoa untuk Ibunya.
Mommy... Rey baru saja bertemu kakak malaikat, tapi... Sepertinya kakak malaikat itu tidak mengenali Rey lagi, dan hal itu membuat Rey sangat sedih sekarang, apa kakak malaikat itu sudah tidak ingin bergemu Ray lagi? Tanya Reynand Sky dalam hatinya. Ia dengan ekspresinya yang tiba-tiba terlihat sedih dan bingung tersebut cukup menarik perhatian sang Ayah yang sudah sejak tadi memperhatikan gerak-geriknya.
"Rey.. Ada apa Nak?" Tanya Claudie Cavero perlahan sambil menatap wajah putranya yang tidak seperti biasa, sebab di hari-hari kemarin jika mereka mengunjungi Almarhuma Ibunya, Reynand Sky tidak pernah menampakkan wajah sedihnya sedikitpun, bahkan ia selalu berusaha untuk tetap tersenyum di depan abu Ibunya, namun sungguh berbeda dengan hari ini, sebab kesedihan sangat jelas tergurat di wajah polosnya.
"Apa Rey sangat merindukan Mommy?" Tanya Claudie Cavero perlahan yang langsung di balas anggukan oleh Reynand Sky.
Bagaimana tidak, hanya dengan melihat Briella Amora yang ia panggil dengan sebutan kakak malaikat itu, membuat ingatan Reynand Sky kembali tertuju pada kejadian satu tahun yang lalu, di mana saat Reynand Sky membuka mata setelah tidak sadarkan diri cukup lama di dalam mobil yang di kendarai Ibunya yang sudah terbalik, Wajah Briella Amora lah yang pertama kali di lihat Reynand Sky juga menggendongnya. Bahkan Briella Amora tidak memperdulikan tubuhnya yang juga terluka saat itu. Reynand Sky juga bisa melihat dengan jelas air mata yang terus mengalir dari pelupuk mata Briella Amora juga menggumamkan kata-kata m-aaf secara terus menerus. Hingga dengan perlahan Reynand Sky mengambil headhones yang masih melingkar di lehernya dan memasangkannya ke telinga Briella Amora, berharap musik yang keluar dari headphones tersebut bisa membuat Briella Amora berhenti menangis juga menenangkan hatinya agar tidak merasakan ketakutan lagi.
* * * * *
Bersambung...