Hiruk pikuk orang-orang yang sudah menyibukkan diri mereka nampak terlihat memadani trotoar jalan, berlalu lalang dengan wajah dan senyum yang berbeda, seolah pagi ini adalah hal baru yang membuat mereka bersemangat untuk melakukan aktifitas seperti biasa.
Dengan sedikit berlari, Briella Amora melewati trotoar jalan yang pagi itu sudah nampak ramai oleh orang-orang berbeda beda profesi. Dengan wajah yang sedikit di penuhi kekhawatiran, Briella Amora terus melirik jam tangannya, mungkin ia sedikit beruntung, sebab tempat kerjanya saat ini tidak begitu jauh dari rumahnya. Hingga ia tidak perlu membuang tenaga lebih untuk menempuh perjalanan yang cukup jauh tanpa menggunakan kendaraan apapun.
"Kakak Malaikat... "
Hingga suara teriakan dari dalam sebuah mobil Ranger Rover berwarna putih menghentikan langkah Briella Amora seketika.
"Tuan muda Rey," Seru Briella Amora yang langsung membalikkan tubuhnya, sedikit berlari menghampiri mobil mewah tersebut, menarik sedikit tudung hoodie yang menutupi wajahnya ke belakang, agar manik coklat keemasannya dapat melihat dengan jelas sosok di tengah memanggilku.
Meskipun tidak mendekatinya, namun Briella Amora bisa dengan jelas melihat Reynand Sky di sana yang tengah tersenyum di dalam mobil mewahnya, juga sosok Claude Cavero dengan wajah tampan namun datar yang tidak pernah berubah, tengah fokus dengan tablet di tangannya. Hingga fokus Briella Amora kembali tertuju kepada Reynand Sky yang sudah mengeluarkan kepalanya lewat jendela mobil dengan lambaian tangannya yang juga di balas senyum dan lambaian oleh Briella Amora.
"Apa kabar Tuan muda?" Tanya Briella Amora dengan senyum manisnya.
"Rey baik-baik saja, Rey merindukan kakak," Balas Reynand Sky berbinar.
"Benarkah? Kakak juga sangat merindukanmu." Ucap Briella Amora dengan senyum yang tidak pernah lepas dari wajahnya yang sebagian tertutupi tudung.
"Kakak akan ke kampus?"
"Tidak, kakak akan ketempat kerja."
"Kakak kerja?" Tanya Reynand Sky penasaran.
"Iya, dan Tuan muda.. Semangat yah sekolahnya."
"Iya Kak, tapi... Apa kakak akan berjalan kaki ke tempat kerja?" Tanya Reynand Sky sekali lagi, sedang Claude Cavero hanya menyimak perbincangan keduanya sambil melirik jam yang melingkar di lengannya.
"Iya, ada apa Tuan muda?"
"Bukankah itu melelahkan?"
"Tidak sama sekali, justru ini sangat menyenangkan. Apa Tuan muda mau mencobanya? Kita bisa berlomba. Sedikit bocoran, kakak terkenal sebagai gadis yang memiliki langkah tercepat." Ucap Briella Amora sedikit berbisik sambil mengedipkan sebelah matanya.
"Benarkah?" Tanya Reynand Sky dengan ekspresi polos yang penuh kekaguman.
"Tentu saja benar, mau mencobanya?" Tanya Briella Amora dengan senyum lebarnya, hingga menampakkan deretan gigi putihnya disana.
"I will try,"
"Iya sudah, nanti jika Tuan muda libur sekolah Oke..." Balas Briella Amora tertawa renyah yang juga di balas anggukan antusias oleh Reynand Sky.
"Rey, kita hampir terlambat." Ucap Claude Cavero.
"S-elamat pagi Tuan," Sapa Briella Amora sambil membungkuk 90 derajat untuk memberi hormat, hingga tudung hoodienya menutupi setengah wajahnya.
"Pagi," Jawab Claude Cavero datar dengan sekali anggukan pelan.
"Kak, sepertinya Rey harus pergi sekarang," Sambung Reynand Sky kembali melambai.
"Iya Tuan muda, semangatlah, dan jangan lupa... Senyum." Balas Briella Amora sambil melebarkan senyumnya yang lebih mirip cengiran kuda dengan kedua tangan yang melingkar ke atas kepala membentuk sebuah hati, entah di sadari atau tidak. Hingga membuat Claude Cavero yang tidak sengaja melihat tingkah yang ia anggap konyol langsung mengernyit, bahkan sudut bibirnya sedikit tertarik ke atas meskipun hanya berlangsung selama sedetik saja. Dan mobil mewah tersebut kembali melaju meninggalkan Briella Amora yang masih berdiri dengan perasaan bahagia, entah kenapa, pagi ini ia merasa kembali mendapatkan semangatnya hanya karena melihat senyum bahagia dari Reynand Sky.
"Semoga senyum itu tidak pernah hilang dari wajahmu Tuan muda, kakak sangat berharap itu." Gumam Briella Amora yang juga kembali melanjutkan langkah kakinya.
"Dan sepertinya.... Aku juga harus.... Berlari.. " Seru Briella Amora yang langsung berlari saat menyadari jika ia sudah sangat terlambat pagi ini.
"Selamat pagi Bos, maaf... Saya... Terlambat." Sapa Briella Amora dengan nafas tersengal sambil memegangi dadanya yang terasa sesak.
"Ada apa? kau nampak kacau, apa kau berlari?" Tanya Dilwyan Kin keheranan.
"Tidak, saya hanya berolahraga sebentar." Jawab Briella Amora yang masih membungkuk dengan kedua tangan menopang ke kedua lututnya.
"Ha? Ya sudah... Kau bisa kerja sekarang." Balas Dilwyan Kin yang hanya menggeleng dan kembali ke meja kasir.
"Siap Bos," Jawab Briella Amora yang masih membungkuk untuk mengatur nafasnya hingga beberapa saat, dan kembali melangkah ke arah loker untuk mengganti seragam saat nafasnya sudah normal.
Sepertinya Tuan Claude terlihat tidak menyukaiku. Batin Briella Amora saat membuka hoodienya dengan pikiran yang kembali teringat pada kejadian beberapa menit lalu, wajah datar tanpa senyum Claude Cavero selalu membuat nyalinya menciut, bahkan ketakutan. Ia bahkan nyaris tidak pernah melihat senyum dari pria dewasa tersebut.
Oh Tuhan, bahkan nafasku bisa tiba-tiba sesak jika berada di sekitarnya. Batin Briella Amora mulai memakai seragamnya sambil terus menarik nafas panjang dan menatap wajahnya di sebuah cermin. Apa aku terlihat buruk baginya?
Astaga, wajar saja jika tidak ada kebahagiaan di hatinya saat melihatku. Bahkan aku merasa sikap Tuan Claude lebih menyeramkan dari si pangsit beku Kenzo. Keluh Briella Amora yang langsung mengikat rambutnya ke atas dan menggulungnya, sebelum menutupinya dengan topi.
"Semangat, demi uang pelunasan apartemen untuk ibu." Ucap Briella Amora penuh semangat sambil merapikan topinya dan melangkah keluar dan mulai membersihkan.
"Ve,"
"Iya kak," Jawab Briella Amora menghentikan aktifitasnya saat Dilwyan Kin sudah berdiri di belakangnya.
"Apa kau memang selalu berjalan kaki saat akan ke sini?" Tanya Dilwyan Kin lagi.
"Iya,"
"kenapa?" Tanya Dilwyan Kin keheranan.
"Itu hal yang menyenangkan."
"Menyenangkan? Apa kau tidak lelah?"
"Tidak, aku sudah terbiasa." Balas Briella Amora dengan senyum lebarnya dan kembali menyusun beberapa barang yang sudah ia bersihkan dengan atas rak.
"Terbiasa? Jadi, kau selalu berjalan kaki, kemanapun?"
"Iya," Jawab Briella Amora mengangguk. Kembali menghentikan aktivitasnya dan menatap wajah Dilwyan Kin yang nampak keheranan. "Aku sudah biasa berjalan kaki kemanapun, dan hal itu sudah aku lakukan sejak dulu. Jadi Kakak tidak perlu khawatir dan merasa heran." Sambung Briella Amora.
"Aku tidak heran, hanya merasa sedikit aneh saja."
"Yah, aku tahu. Semua orang juga sering merasa seperti itu. Bukan kakak saja." Balas Briella Amora kembali melanjutkan aktifitasnya.
"Apa ada masalah lain? Padahal kau bisa saja menggunakan kendaraan kan? Mobil, motor, Bis, atau sepedah."
"Seandainya aku bisa melakukannya," Gumam Briella Amora yang masih dengan aktivitasnya.
"Baiklah, kakak hanya penasaran, dan mungkin kakak akan mencoba untuk mengerti. Mungkin kau punya alasan sendiri." Balas Dilwyan Kin. "Kakak akan keluar sebentar," Sambungnya lagi.
"Iya kak," Balas Briella Amora mengangguk saat melihat punggung Dilwyan Kin yang perlahan menghilang dari balik rak.
"Yah, aneh... aku memang gadis yang aneh, bahkan aku akan merasa heran jika kakak menganggapku gadis yang normal." Gumam Briella Amora terus fokus dengan pekerjaannya.
* * * * *
"Daddy,"
"Iya nak,"
"Rey ingin seorang pengasuh," Ucap Reynand Sky mengejutkan sang Ayah.
"Pengasuh? Kenapa begitu tiba-tiba, bukankah Rey yang selalu menolak jika Daddy memperkerjakan seorang pengasuh?" Tanya Claude Cavero menatap wajah putranya yang terlihat nampak serius.
"Jika itu Kakak Malaikat, Rey tidak keberatan." Sambung Reynand Sky yang lagi-lagi membuat Claude Cavero terkejut.
"Apa? Jadi.... " Kalimat Claude Cavero mengambang dengan pandangan yang langsung tertuju kearah spion, menatap Aksel Regan yang juga tengah menatapnya dengan alis yang terangkat ke atas.
"Bisakah kakak Malaikat saja yang menjadi pengasuh Rey?" Tanya Reynand Sky dengan wajah penuh permohonan.
"Tapi Rey.. Belum tentukan kakak itu setuju untuk menjadi pengasuh Rey? Lagi pula Daddy tidak percaya sepenuhnya jika dia bisa melakukan pekerjaannya dengan benar." Sambung Claude Cavero.
"Tapi Rey percaya, jika kakak Malaikat bisa menjaga Rey dengan sangat baik." Balas Reynand Sky berusaha meyakinkan ayahnya.
"Baiklah... Daddy akan mencoba untuk memintanya." Ucap Claude Cavero.
"Terimakasih Daddy."
"Iya Nak," Balas Claude Cavero seraya mengusap pucuk kepala putranya yang nampak berbinar.
Hingga 15 kemudian, Mobil mewah Claude Cavero sudah terparkir tepat di depan gerbang gedung sekolah putranya. Meskipun di dalam gerbang sana sudah menunggu wali kelas untuk menjemput, namun Claude Cavero menolak, dan meminta agar mengantarkan sang putra sendiri sampai ke dalam kelasnya.
"Daddy... Apa yang akan Daddy lakukan?" Tanya Reynand Sky perlahan saat melihat Claude Cavero yang masih menggenggam tangannya, meskipun mereka sudah berdiri tepat di depan wali kelasnya.
"Selamat pagi Tuan Cavero, selamat pagi Reynand," Sapa Mis Hellena, wali kelas Reynand Sky dengan senyum ramahnya.
"Pagi," Jawab Claude Cavero.
"Ayo Reynand, saatnya masuk kelas," Ucap Mis Hellena sambil membungkuk seraya mengulurkan tangannya ke arah Reynand Sky.
"Biar saya sendiri yang mengantarkan Reynand sampai ke kelasnya," Pinta Claude Cavero.
"Daddy?" Balas Reynand Sky mendongak menatap wajah sang Ayah.
"Ada apa Nak?"
"Daddy tidak perlu mengantarkan Rey," Bisik Reynand Sky.
"Tapi Daddy ingin melihat suasana di ruangan kelas Rey, juga teman-teman baru Rey," Balas Claude Cavero.
"Untuk apa Daddy?"
"Yah, Daddy hanya ingin tahu,"
"Tidak ada yang istimewa di sana Daddy," Bisik Reynand Sky menolak.
"Benarkah? Daddy jadi semakin penasaran," Balas Claude Cavero dengan senyumnya.
"Daddy, bukankah hari ini Daddy sangat sibuk dan banyak pekerjaan?" Tanya Reynand Sky mencoba mencari alasan.
"Daddy bisa mencansel semuanya, demi Rey," Jawab Claude Cavero mengedipkan satu matanya. Hingga membuat jantung Mis Hellena seketika berdebar dengan sangat kencang. Pria yang tampan, batinnya terpesona.
"Tapi Rey malu, Rey kan sudah dewasa Daddy, tidak perlu di antar lagi." Balas Reynand Sky.
"Baiklah." Balas Claude Cavero mengakhiri perdebatan mereka.
Bahkan tanpa mereka sadari jika perdebatan mereka baru saja sudah mengundang perhatian Mis Hellena dan security yang hanya bisa tersenyum saat melihat tingkah antara Ayah dan anak yang terlihat menggemaskan.
"Waktunya masuk Reynand," Ucap Mis Hellena lembut yang langsung menggenggam tangan Reynand Sky saat Claude Cavero melepaskan genggaman tangannya karena permintaan sang putra sendiri.
"Daddy akan menjemput Rey siang nanti." Sambung Claude Cavero yang langsung mengecup dahi Putranya dan melambai saat Reynand Sky dan Mis Hellena sudah memasuki ruang kelas.
"Ternyata Rey sudah semakin dewasa Aksel," Ucap Claude Cavero saat sudah berada di dalam mobil yang tengah melaju.
"Iya Tuan, dan pemikiran Tuan muda Rey juga sudah semakin dewasa." Balas Aksel Regan masih fokus dengan kemudinya.
"Seandainya Arana masih ada, dia pasti akan sangat bahagia jika melihat Rey sekarang." Ucap Claude Cavero yang langsung memalingkan pandangannya keluar jendela mobil, saat kembali mengingat sosok sang istri.
"Tuan... Bisakah saya menanyakan sesuatu kepada Tuan?" Tanya Aksel Regan nampak ragu.
"Katakan Aksel,"
"Apa Tuan sudah tidak memiliki niat untuk menikah lagi?" Tanya Aksel Regan sambil menatap wajah Claude Cavero lewat kaca spion.
"Sepertinya tidak Aksel, aku sudah sangat bahagia dengan hidupku sekarang, selama masih ada Rey dan Ken di sampingku, aku sudah tidak butuh apa-apa lagi." Jawab Claude Cavero yang dengan pandangan masih tertuju ke luar jendela.
* * * * *
Bersambung...