Waktu terus berjalan, hampir lebih satu jam Louis tak kunjung menjawab, hingga ...
Suara dering telefon kini tiba tiba saja terdengar dari handphone Nara.
Manik Nara membulat sempurna. Tanpa sadar ia sedikit melompat lompat kecil riang layaknya anak kecil yang mendapatkan sebuah hadiah yang ia inginkan.
Namun hal itu hanya berlaku beberapa saat, hingga ....
"Nate ! I need Nate!" pekik Nara menyadari bahwa tak mungkin jika dirinya yang mengangkat telefon dari Louis.
Dengan secepat kilat Nara keluar dari kamarnya menuju kamar dimana Nate berada tanpa memerhatikan keberadaan Dru yang sedari tadi merasa sedikit janggal dengan Nara.
'Apa yang sedang dia lakukan?' bingung Dru yang hanya memerhatikan Nara dari jauh.
Gadis itu dengan penuh semangat langsung menggedor gedor kamar Nate dengan cepat, sesekali arah maniknya menatap kearah handphone yang terus berdering menampilkan tulisan nama Louis disana.
Jika saja ia memiliki kunci duplikat kamar lamanya, tentu saja Nara dengan cekatan membuka kamar itu tanpa menunggu kembarannya membuka pintu kamar yang menurutnya sangat lama.
Ceklek
Nara tanpa adanya pemberitahuan lebih dulu pada Nate langsung menggeser tombol handphone nya agar langsung menjawab telefon Louis.
Nate yang masih bingung langsung mengambil handphone yang di pegang Nara, tetapi di arah kan ke telinganya.
Oh ayolah Nate tak secanggih itu langsung memahami keadaan yang Nara buat.
Manik Nate membulat sempurna saat melihat nama Louis tercetak jelas disana.
'Astaga! apakah Nara baik baik saja?!' geram Nate dalam hati yang tak dapat memaki sang adik.
Mau tak mau Nate segera menarik Nara masuk ke dalam kamarnya dan mengunci kembali kamar nya.
"Kau harus jelaskan padaku nanti," ujar Nate tampa suara hanya sebuah gerakan mulut yang ia perlihat kan pada Nara.
Gadis itu dengan cepat menganggukan kepalanya membalas ucapan Nate.
Nate menghela nafasnya sejenak, dan mengangkat telefon dari Louis tersebut.
"Hallo."
"Oh, hai! Aku kira kau tak akan membalas pesanku," lirih Louis dari seberang telefon.
Berhubung tatapan Nate kini menatap sang adik yang memberikan clue untuk menjawabnya, maka dengan terpaksa Nate mengikutinya, yang tak lain Nate mengatakan bahwa ia tak bermaksud seperti itu, adapun alasan ia telat menjawab lantaran ia dalam beberapa hari ini tak menggunakan handphonenya secara maksimal, ia lebih sering meninggalkannya yang di karenakan waktunya habis bersama sang kakak, terlebih Ed baru saja merayakan kelulusannya.
"Ah, jadi seperti itu, pantas saja ... kukira kau marah, atau mungkin kau tak berminat menemuiku karena pilihan pakaianku atau semacamnya."
"Tentu saja tidak," ujar Nate.
'Lama lama aku bisa gila, jika terus menerus berada di dalam tubuh Nara yang girly.'
Nara yang sedari tadi menguping pembicaraan kerap kali memohon pada Nate agar terus berbicara dan tak mengungkap kan kondisi yang terjadi saat ini.
Sebab menurutnya tak mungkin banyak orang yang akan memercayai dengan kondisi nya saat ini, dimana jiwa diri Nara dan Nate tertukar!
Setelah mengikuti pembicaraan yang tampak lebih maju dari sebelumnya, Nate pun pada akhirnya mengakhiri pembicaraan, dimana ia juga mengajak Nara kembali untuk bertemu.
"Baiklah, nanti saja kita atur kembali," ujar Nate pada akhirnya.
Sebab bagaimana pun juga ia harus memastikan bahwa jadwal saat ia bertemu dengan Louis, adalah waktu dimana Nate lah yang seharusnya menjaga, bukan dengan Ed ataupun Dru.
Tak lama setelah nya Louis pun menutup telefonnya.
Bruk!
Nara yang terlampau senang langsung berhambur ke pelukan Nate.
"Nar," lirih Nate yang merasa risih dengan adiknya.
"Diamlah, aku ingin mengucapkan banyak terimakasih padamu, karena telah membantuku, kau memang kembaran terbaikku."
Tuk
"Aww ... Nate!" pekik Nara kesal saat jitakan kecil mendarat di dahi nya.
"Memang nya kau fikir kau memiliki banyak kembaran, hanya aku yang merupakan satu satunya kembaranmu Nar," ujar Nate sedikit kesal.
Bukannya kembali kesal, Nara justru tergelak tawa mendengar alasan yang di berikan oleh Nate.
Menurutnya saudara kembarnya itu sedikit kekanak kanakan.
Tok Tok Tok
Nara dan Nate refleks terdiam menutup mulut nya rapat rapat setelah menyadari bahwa ada yang baru saja mengetuk pintu kamarnya.
"Kau yang buka," ujar Nara pada Nate.
Nate menghela nafasnya pelan, dan melangkahkan kaki nya malas menuju pintu kamarnya.
Ceklek
"Oh, hai Ka! Ada apa?" tanya Nate senatural mungkin.
"Mana Nate? Aku tadi melihat nya kesini," ujar Dru tiba tiba.
'Aku Nate ka...'
Sejenak Nate berfikir keras, dan membukakan pintunya memberitahu jika Nara atau disangka Nate berada di kamarnya tengah bersantai.
"Apa yang kau lakukan disini Nate?" tanya Dru pada Nara.
Nara mengendikkan bahunya pelan, dan memberikan sebuah novel pada Dru.
"Ini, aku ingin meminjamnya, sebab kemarin ada gadis yang mendekati ku dan setiap perkataannya selalu di kaitkan dengan novel ini, untuk itu aku kesini demi meminta izin meminjam novel yang ada."
"Ah ... kukira,"
Nara menyipitkan maniknya lalu sedikit menatap Dru seolah meminta penjelasan dengan apa yang di maksud oleh pemuda itu.
"Apa yang Ka Dru pikirkan mengenai diriku?" tanya Nara penasaran.
Dru mengendikan bahunya pelan.
"Sorry, sudah lah tak usah kau fikir kan apa yang kufikirkan ... sepertinya Nara perlu istirahat, ayo Nate kita keluar dari sini," ajak Dru pada Nara.
Mau tak mau Nara menuruti perkataan Nate di bandingkan ia mengelak atau mengabaikan perkataan Dru yang nantinya membuat pemuda itu curiga padanya.
Oh ayolah Nate ataupun Nara belum mau memberitahu keluarganya mengenai hal yang terjadi pada mereka, sebab mereka sedang mencari solusi terbaik mengenai cara agar mereka dapat kembali ke tubuhnya masing masing.
Hingga saat ini keduanya belum menyadari betul apa yang menyebabkan pastinya alasan mengapa jiwa mereka dapat tertukar.
.
.
'Sebenar nya apa perasaan ku saja yang aneh? Atau memang aneh? Mengapa aku merasa Nate sedikit berubah? Bukankah biasanya Nate lebih tenang dan diam, walaupun terkadang bisa sangat ramai karena beberapa alasan?' Monolog Dru sepanjang mengantar Nara ke kamarnya.
'Ugh ... mengapa Ka Dru menatap ku secara terus menerus? Tak sadarkah Ka Dru membuatku sangat risih dengab sikap nya itu? Semoga saja Ka Dru tak menyadari, ataupun berfikir aneh mengenai diriku ataupun Nate.'
———
Leave a comment, vote and gift