Sepanjang perjalanan pulang dari tempat yang akan ia bangun sebelumnya, Louis tampak melamun. Pikirannya bercabang ke sana kemari.
Jack yang dapat melihat nya dalam pantulan kaca, langsung memanggil sahabatnya itu.
"Kau baik baik saja?" tanya Jack pada akhirnya merasa ada yang janggal terjadi pada Louis.
Louis yang menyadari Jack memerhatikannya balas menatap Jack dari pantulan cermin, dan mengatakan bahwa ia baik baik saja.
Jack menghela nafasnya pelan. Sejauh Jack mengenal Louis, maka baru kali ini Jack mendapati Louis yang tak seperti biasanya.
Seingat nya Louis bukanlah seorang yang mengandalkan perasaannya mengenai seseorang untuk ia paksakan berfikir, tetapi kali ini justru mengatakan hal sebaliknya.
Jack menduga Louis tengah mengingat perkataan pak Tua yang mereka temui sebelumnya dan mengkonversikan dengan keberadaan Nara.
"Kau memikirkan gadis itu?" tanya Jack pada akhirnya.
Louis tampak enggan menjawab, dan setelah nya ia mengendikan bahunya pelan.
Ia tak dapat mengelak, maupun mengakui begitu saja pada Jack, sebab ia sendiri merasa aneh pada dirinya.
Oh ayolah, selama hidupnya ia tak pernah merasakan seperti ini. Ia fikir ia tak pernah merasakan apa itu "cinta", tapi yang terjadi justru sebaliknya.
Ia merasakannya!
"Bagaimana menurutmu, apakah Nara cocok denganku?" tanya Louis dengan santai tanpa adanya beban.
"Kau yakin tak akan merubah pendirianmu? Masih banyak wanita cantik yang lain," lirih Jack mencoba mengetes Louis.
Louis terkekeh pelan, sembari menyandarkan tubuhnya di kursi yang sedang ia duduki.
"Wanita cantik memang banyak, hanya saja sejauh ini hanya dirinya seorang yang mampu mengalihkan perhatianku."
Suara helaan nafas pelan terdengar dari belah bibir Jack. Pemuda itu tak menyangka kali ini Louis benar benar serius akan perkataan yang sebelumnya ia kira hanya lah sementara.
"Baiklah, apakah kau mau aku kenalkan pada Ed?" tanya Jack pada akhirnya setelah menimbang cukup lama.
"Kau mengenalnya?" tanya Louis cukup kaget.
Seingatnya Jack paling menentang dirinya dengan Nara, bahkan tak sungkan sungkan Jack juga mengatakan mengenai saudara laki laki Nara yang ia katakan protektif sebelumnya.
Lalu mengapa Jack tiba tiba menawarkan perkenalan antara Louis dan Ed?
"Kurang lebih, tapi tak terlalu akrab, hanya saja jika kau ingin bertemu dengannya untuk mengenal dekat keluarganya agar kau dapat mendekati gadis itu, maka aku akan membantumu."
"Itu bagus! Aku tak menyangka kau mengenalnya."
"Tapi kau jangan terlalu berharap positif setelah menemuinya, dia bukan orang yang mudah kau taklukan begitu saja seperti pemikiranmu," ujar Jack benar benar mengingatkan Louis.
Louis dengan santai mengiyakan ucapan Jack, karena ia sendiri pun bukanlah orang yang muda beradaptasi dengan orang, untuk itu ia tak mempermasalahkan ucapan Jack.
'Nar ... aku merindukanmu... ugh ...sepertinya memang ada masalah dengan hati dan pikiranku.'
***
"Nar, tunggu aku," ujar Nara yang berada di dalam tubuh Nate saat berada di sekitar kampusnya.
Jujur saja ia merasa geli memanggil namanya sendiri, hanya saja ia tak bodoh jika ia memanggil nama Nate dan orang melihat dari luar adalah Nara, maka otomatis ia seketika akan menjadi pusat perhatian di kampusnya.
Nate mau tak mau menghentikan langkahnya saat Nara terus menerus mengikutinya.
"Ada apa?" tanya Nate pada akhirnya menghentikan langkahnya.
Nara mencoba menetralkan deru nafasnya terlebih dahulu, baru setelah itu ia kembali membuka suaranya untuk menjawab pertanyaan dari Nate.
"Mengapa kau langsung pergi begitu saja saat aku melihatmu di lobby tadi, bukankah aku sudah memberikan pesan padamu untuk menungguku?" tanya Nara dengan nada merajuk.
Nate memutarkan maniknya malas. Sejenak ia melihat gadis gadis yang tengah menatap dirinya dan juga Nara.
"Kita ke mobil, nanti akan ku jelaskan," ujar Nate pada akhirnya.
Mau tak mau Nara hanya mengikuti langkah Nate yang ada di depannya.
"Kau yang bawa mobilnya," ujar Nate sembari menyerahkan kunci mobil nya.
"Aku lagi?" tanya Nara sedikit kesal.
Nate memutarkan maniknya malas.
"Kau tak melihat gadis gadis itu menatapmu, jika aku yang membawa mobilnya maka bagaimana aku dapat menaruh wajahku saat aku kembali ke tubuhku?" ujar Nate dengan nada rendah.
Dengan segala keterpaksaan Nara mengikuti apa yang di katakan oleh Nate, sebab ia bisa melihat sendiri banyak nya tatapan gadis yang kini menatap nya.
Jika saja tak diingatkan oleh Nate, pastinya Nata akan lupa dengan status nya saat ini.
Nara yang menyadari kesalahannya, akhirnya langsung merubah sikap nya dan mencoba mengikuti cara berjalan Nate, sedangkan Nate sedari tadi memang mengikuti cara langkah kaki Nara.
.
.
"Apakah gadis gadis itu tak mengenal ku bahwa aku adalah saudara kembarmu?" tanya Nara pada Nate saat berada di dalam mobil.
Nate mengendikkan bahunya. Ia sendiri juga tak tahu, dan ia juga malas menjelaskan mengenai kebenaran yang ada mengenai Nara yang merupakan kembaran dirinya.
Tetapi bagi yang memang mencari tahu tentang dirinya pastinya tahu bahwa Nara adalah kembarannya, tetapi bagi gadis yang belum mencari tahu mengenai Nate lebih jauh, pastinya menganggap Nara adalah gadis yang ikut mengejar ngejar Nate seperti gadis lainnya.
"Ugh menyebalkan," ujar Nara sambil melipatkan kedua tangannya di dada. Nate hanya terkekeh mendengar celotehan adiknya itu.
"Sudah cepat jalan, aku tak ingin tatapan gadis gadis itu semakin menyudutkan ku seolah aku membawa kabur pacar mereka," ujar Nate pada Nara.
Kali ini Nara lah yang tergelak tawa saat mendengar kalimat yang menggelikan untuk di dengar di telinga nya menurut gadis itu.
Oh ayolah tak bisakah saudara kembar nya itu tak terlalu percaya diri di saat tubuhnya masih tertukar?
"Siapa suruh, kau berlagak dingin di hadapan mereka seakan kau menjadi sosok misteri dan menjadi sempurna untuk di dapatkan gadis gadis itu," ujar Nara santai.
Nate yang mendengar jawaban Nara langsung mengarahkan pandangannya pada sang adik meminta jawaban dari perkataan Nara apakah yang baru saja ia katakan dapat di sama artikan bahwa adiknya mengakui kalau Nate dapat di katakan sosok sempurna yang memang di cari para gadis.
Nara seketika terdiam. Ia enggan sekali mengatakan kejujuran yang memang dalam hatinya ia menyetujui apa yang ia katakan sebelumnya.
"No comment," ujar Nara singkat, dan setelah nya langsung menyalakan mesin mobilnya, untuk menjalankan mobilnya itu.
"Sudah kau akui saja jika kakak mu ini adalah laki laki yang sempurna, dimana banyak wanita tergila gila pada ku, bukan begitu adikku tersayang?"
Nara tak menjawab perkataan Nate, melainkan memberikan gerakan tutup mulut dengan tangannya.
Ia sedikit gengsi mengatakan hal tersebut secara jelas, jika memang permintaan Nate padanya.
'Ck, ternyata kau tak mau jujur, paling tidak tadi kau sudah mengungkapkannya.'
———
Leave a comment, and vote